"Apa salah saya?" Tanya Ryco
"Maaf Pak..."
"Apa kamu kurang puas bekerja di kantor saya, apa hadiah yang saya berikan kurang? Kenapa, kenapa kamu ikut menghancurkan saya juga. Kamu bekerja di sini sudah lama, nyaris enam tahun. Ini balasan kamu?"
"Maaf Pak, maaf. Saya tidak punya pilihan, Pak Alex mengancam saya." Jawabnya
"Lalu kamu menuruti, padahal kamu punya opsi meminta perlindungan terhadap saya!" Bentak Ryco
Pria itu tak berani memandangi wajah Ryco yang dipenuhi amarah, ia menyesal bahkan ingin mengembalikan waktunya agar tak menaruh luka pada bosnya.
"Maaf saja memang tidak cukup mengembalikan keadaan, tapi sumpah demi Tuhan saya berusaha menolak tapi ancaman Pak Alex membuat saya takut Pak, dia ingin menyelakai keluarga saya." Pria itu menunduk. Ia tidak peduli dengan nantinya ia hanya membela diri sendiri.
Apa tujuan Alex mengapa mengancam dengan hal yang tak berguna, apa salah Dira dan karyawannya.
"Pak tolong jangan pecat saya, saya mohon..." Pria itu memohon.
"Saya kecewa, sangat kecewa bahkan saya tidak tahu bagaimana cara memaafkanmu." Jawab Ryco
"Bapak boleh memberi saya hukuman dengan apapun tapi jangan memecat saya, istri saya sedang hamil Pak, saya butuh uang untuk lahiran."
"Bagaimana caramu mengambil desain itu?"
Pria itu menunduk. "Mbak Dira meninggalkan desain di kantor lalu malam hari setelah saya selesai membersihkan kantor, saya membuka buku milik Mbak Dira lalu memotretnya."
Dira mencengkram pinggiran mejanya. Ia marah bahkan ingin memukul pria di depannya, tapi ia segan untuk melakukan. Ia emosi tapi ia tidak bisa sembarangan, pria di depannya juga korban dari kejahatan Alexander.
"Kamu keluar sekarang."
"Tapi status saya bagaimana?"
"Masoh pekerja." Jawab Ryco
Namanya Danang salah satu cleaning servis di kantornya, pria itulah yang membantu Alexander untuk menghancurkan semuanya. Ryco terdiam di kursi kerjanya, tatapannya kosong. Ia bingung apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ryco menunduk, mengacak rambutnya atau sesekali memukul kepalanya. Ia benci dirinya sendiri.
"Pak stop, Pak!" Juna berlari ke arah Ryco. Menahan tangan pria itu agar tidak berlanjut memukul dirinya sendiri, "Pak sadar, ini bukan waktunya melakukan seperti ini."
"Saya capek Jun..."
"Saya tahu. Tunggu sebentar," Juna mengambil gelas milik Ryco lalu menuangkan sedikit air hangat, "Minum dulu."
Ryco menerima cangkir itu ia meneguk air hangat hingga tandas. Ia sedikit tenang. "Dira pergi Jun..."
"Pak, selesaikan urusan dengan Pak Alex dulu baru Dira."
"Saya tahu. Siapa yang egois Jun, saya atau Dira? Dira bilang mau berjuang bersama." Ucap Ryco
Juna menghela napas. Ia sendiri tidak mau asal bicara karena emosi Ryco tidak setabil. "Pak lebih baik pulang, kita bicara lagi besok."
Juna benar. Ia tidak boleh terlalu lama di sini. Ia harus bertemu Alexander, mari lupakan sejenak soal Dira. Ia bangkit dari tempat duduknya melempar kunci mobil miliknya.
"Antar saya pulang, mobil kamu yang bawa. Besok pagi kamu juga jemput saya. Saya akan pulang ke rumah mama."
"Baik Pak." Jawab Juna
***
"Kamu di mana?"
"Di taman Mas."
"Bisa ke rumah sakit, Papa kena serangan jantung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, We Meet Again (END)
ChickLitDiralova pikir bekerja di butik Yesi adalah awal dari mimpinya tapi semua itu harus ia relakan karena butik terpaksa tutup setelah merasa penjualan selalu menurun setiap harinya, berbagai cara sudah mereka lakukan termasuk membenahi marketing mereka...