Saling Melengkapi

1.9K 343 32
                                    

Dira bohong jika dirinya merasa tidak nyaman karena nyatanya ia nyaris tertidur karena pijatan, rendaman air hangat meski waktunya sebentar ditambah beberapa karyawan membantu merias wajahnya. Ia terserang ngantuk beberapa kali ia tertidur karena riasan wajahnya belum selesai. Sekarang mereka sedang menata rambutnya agar terlihat indah.

"Masih lama ya, Mbak?" Tanya Dira. Ia bukan tidak nyaman tapi ia takut tagihan yang Ryco terima sangat tinggi. Apalagi ia sempat pijat, membereskan, memperindah kuku.

"Sebentar lagi ya, kelihatannya Pak Ryco sayang banget sama Mbak. Dulu beliau sering mengantar mamanya ke sini." Ucapnya

Dira bisa menebak bahwa salon ini langganan keluarga Ryco. "Gitu ya, memangnya kelihatan Pak Ryco sayang sama saya?" Dira mencoba bertanya.

"Iya, beliau nggak pernah membawa wanita ke sini."

Dira harus senang atau sebaliknya. Benarkah Ryco tidak pernah membawa perempuan. "Nggak punya pacar." Sahut Dira asal.

"Iya, baru Mbak deh, kita lumayan hafal sama Pak Ryco."

"Terkenal juga kan,"

Dua karyawan itu mengangguk. Masih fokus menata rambut Dira. "Ngomong-ngomong Mbak pasti jarang dandan ya?"

"Gimana ya, jawabnya. Nanti saya dibilang pick me nggak kalau nggak suka dandan? Maksud saya, suka sih, tapi dandanan saya ya, biasa aja begini. Pakai bedak, lipstikan." Jelas Dira

"Nggak lah, emang kalau kita beda dari yang lain harus dibilang pick me? Nggak kan, semua orang punya selera masing-masing. Kalau kita nggak suka dandan ya, sudah. Ngapain harus judge orang yang suka dandan atau sebaliknya?" Jawab karyawan salon.

Nyaris dua jam di sini tapi waktu tidak terasa lama karena kedua karyawan pintar sekali mengajak Dira bercengkrama, bahkan sesekali mereka bertanya tentang gaya rambut dan make up malam ini.

"Yuhuuu... Selesai juga," ucapnya. Untuk terakhir kalinya karyawan salon memasang pita untuk mempercantik Dira, "Yakin banget pasti pak Ryco langsung kaget, sambil bengong lihat kecantikan nan abadi ini."

Dira terkekeh. Kapan ia berpenampilan seperti ini memakai gaun, mengoles wajahnya tentu saja beberapa bulan yang lalu itu pun ia datang ke acara keluarga Yesi dan hasil riasannya tak serapi hari ini. Ia sangat suka dengan tampilannya hari ini, riasan tipis dan warna yang pas dengan warna kulitnya.

"Saya suka..." Ucap Dira

"Oh iya, wah... Terima kasih Mbak, kami senang mendengarnya." Jawabnya antusias. 

Keluar dalam keadaan yang berbeda dari biasanya memakai dress pilihannya, tidak terlihat terlalu terbuka karena lengannya panjang. Panjang rok menutupi lutut. Rambut diikat tengah dengan pita. Riasan wajah yang begitu sempurna di matanya, seperti imajinasinya bahwa Dira cocok dengan dress yang ia pilih. Ia tersenyum hangat melihat Dira yang sedang berjalan ke arahnya.

"Cantik." Komentar pertama yang ia lontarkan.

Terlihat Dira tersipu malu bahkan mengalihkan pandangannya sebentar, sementara Ryco menyodorkan tangannya meminta Dira agar segera menggandengnya.

"Mau ke mana sebenarnya?"

"Nggak kesel lagi kan?" Ryco mengalihkan pertanyaan.

"Nggak ada alasan buat marah, terima kasih ya, terima kasih juga atas pujiannya." Balas Dira 

Ryco mengangguk. Ia berhasil mendapatkan tangan Dira, hanya menggenggam sebentar lalu terlepas karena ia harus membayar tagihan hari ini. "Lebihkan aja buat kalian." Ucap Ryco sembari menyodorkan kartu kreditnya.

Finally, We Meet Again (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang