Hari Terakhir

2.1K 444 29
                                    

"Mama nggak seng—“

"Ma, kita bicara nanti ya, saya mau mengejar Dira." Ryco menyela ucapan mama salahnya ia tidak segera mencegah mama melanjutkan ucapannya, malam ini semua kesalahannya terbongkar seolah tak memberi jeda dan Ryco terlihat orang yang hobi sekali berbohong.

Niat baik yang ia jalankan tak selalu baik di mata orang lain, Ryco lupa akan hal itu. Bagaimana kalau nanti Dira menerka-nerka tentang dirinya.

"Ra, tunggu... Saya bisa jelasin." Teriak Ryco 

"Dira...!!" Ryco berhasil menahan tangan Dira, perempuan itu terus berusaha melepaskannya.

Apakah Ryco tahu bahwa kesalahannya sangat membuatnya marah, sudah berapa kali ia katakan bahwa dirinya tak suka ada orang lain ikut campur perihal mamanya. Bukan ia tak suka ada bantuan, bukan ia merasa kuat menghadapinya tapi ini adalah awal dari kehancuran nama baiknya. Ia tidak mau mama terus tergantung pada orang lain.

"Ra... Saya salah, saya minta maaf."

Dira menunduk. "Terlambat Mas, nggak semua harus diselesaikan dengan uang."

"Iya, saya tahu. Kamu pasti nggak suka. Saya bingung Ra..."

"Kalau kamu tahu harusnya tidak melakukan itu Mas, kamu tahu saya nggak suka begini. Pantas Alexander bilang saya hanya memanfaatkan keuangan kamu karena memang benar, kamu malah menjamin mama saya. Masalah mama biar jadi urusan kami, Mas. Kamu nggak berhak ikut campur terlalu jauh." Ucap Dira. Ia mengontrol napasnya, terasa sesak karena sembari menahan tangisnya.

"Ra, coba kamu pikir Ra, pria mana yang membiarkan perempuannya tersakiti? Pria mana Ra, coba jawab?!" Dira harus tahu semua tak seburuk apa yang ada di isi kepalanya, sedikit saja Dira paham tentang niatnya, "Nggak semua langkah saya kalah, saya melindungi kamu. Apa kamu tidak sadar?"

"Caranya salah Mas, sekarang kamu tahu kan, keluargamu memandangku sama seperti mama. Hanya mencintai kamu karena harta, karena keuntungan. Sakit hati saya, Mas..." Dira terisak.

"Saya nggak tega lihat kamu ditampar, dihina sama mama kamu sendiri. Kalau saya bisa melakukan lebih dari itu akan saya lakukan Ra, menjauhkan kamu dari mama. Tapi saya selalu menahan diri. Kenapa Ra, kenapa kamu hanya melihat keburukan saya?" Ryco akan jujur setelah ini, ia tidak mau menahan beban kebohongan, "Saya sempat membayar uang apartemen kamu hanya dua bulan, ibu pemilik apartemen menolak untuk membayar satu tahun karena beliau tidak memiliki alasan. Saya melakukan itu  diam-diam karena jujur pun kamu akan menolak, saya tidak menghina kamu atau bahkan mengira kamu hanya menyukai harta saya. Tidak Ra, saya murni membantu meringankan bebanmu. Buka matamu Ra, kamu sebenarnya membutuhkan itu."

Ryco menatap nanar Dira. Kedua mata Dira terlihat seperti bayi bagian bawah matanya terlihat bengkak, Ryco tidak tahu sudah berapa lama perempuan itu menangis.

"Sudah berapa lama kamu menangis?" Tanya Ryco

"Tidak perlu tahu. Setelah ini mari menjaga jarak, saya sudah cukup lelah dengan semua ini. Biarkan hidup saya tenang, Mas."

Suaranya benar-benar merendah. Ryco sadar semua ini karenanya, semua ini karena Alexander yang selalu berpikir bahwa Dira bukan perempuan yang baik. Ryco benar-benar menyesal.

"Saya nggak punya tenaga buat bertengkar, saya lapar." Ucap Dira

Ryco mengangguk-angguk. "Saya temani kamu."

"Saya bilang apa tadi? Jauhi saya."

"Baik." Tiba-tiba Ryco menarik tubuh Dira.

Sangat erat tak biasanya. Namun pelukan itu selalu membuatnya tenang seperti ia baru saja meminum delapan butir obat, menyembuhkan segala rasa sakitnya. Dira tak menepis itu karena laki-laki inilah yang membuat Dira percaya bahwa masih ada manusia baik di bumi.

Finally, We Meet Again (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang