"Jadi waktu malam itu kamu ke mana deh?"Dira menghentikan aktivitas sarapan paginya. Ia tersenyum di depan Nana. "Pulang." Jawab Dira santai.
Nana melempar tisu yang sudah berbentuk bulat. "Nggak setia kawan ya, untung ada asistennya Darko nganter balik. Jadi kenapa?"
"Kok kenal sih?"
Nana mendengus kesal. "Jangan mengalihkan pembicaraan!"
Dira memberengut. Ia hanya penasaran kenapa Nana bisa mengenal asisten Darko. "Ngantuk. Acaranya membosankan." Jawab Dira. Ia tidak akan jujur di depan Nana soal ciuman malam itu. Dira segera menggelengkan kepala, bayangan malam itu kembali mengusik kepala.
"Yang benar? Pasti ada sesuatu." Nana mencoba menebak. Sahabatnya ini tiba-tiba pulang tanpa mengabari padahal malam itu Nana berusaha mencari sampai ke area toilet.
"Nggak ada Na, sumpah. Lagian aku juga baru putus dari Kala. Masih suasana patah hati. Ngomong-ngomong besok aku wawancara sama perusahaan Tiger." Dira mengalihkan pembicaraan.
"Semoga lancar deh, kabarin ya, kemarin Mbak Yesi bilang kalau perusahaan itu bagus."
"Kita lihat saja nanti. Aku mau menyiapkan barang-barang dulu." Dira pamit dari hadapan Nana. Ia kembali ke kamarnya.
Menyewa sebuah apartemen yang tidak terlalu luas di Jakarta, ia tinggal bersama Nana sahabatnya. Sengaja berdua agar mereka keberatan saat membayar uang sewa. Dira masuk ke kamarnya lalu mengambil kertas yang isinya adalah karya Dira. Besok ia akan membawa sebagai bentuk dukungan agar ia bisa diterima di sana. Ponselnya berdering Dira segera mengambil ponsel yang ia letakan di atas meja. Ada satu pesan dari Aruana— sahabatnya.
Dir di mana? Butuh pekerjaan?
Nggak perlu Ru. Thanks ya, besok mau interview ke perusahaan Tiger.
Oh iya? Sukses ya, Anjani dan aku kangen kamu.
Baik-baik di China ya, cepat pulang. Aku juga kangen :(
Pasti. We love you...
Dira tersenyum hangat. Aruana adalah salah satu sahabat yang tahu kisah hidup Dira sejak dulu. Dira meletakan kembali ponselnya di atas meja.
Dira memandangi foto Kala dan dirinya, ia pernah jatuh cinta dan kini dipatahkan oleh pria yang harusnya bisa ia percayai. Dira mengambil foto dari dalam bingkai lalu ia menyobeknya. Foto ini tidak ada gunanya. Tidak ada kata maaf yang dilontarkan oleh Kala, seolah memaklumi perselingkuhannya karena Dira yang tak pernah ada waktu.
Dira kembali mengambil ponselnya tatkala mendengar suara yang ternyata pesan notifikasi dari kakaknya.
Papa minta kamu pulang.
Iya. Nanti.
Dira membalas pesan dari Erik— kakaknya. Bukan enggan untuk pulang tapi ia malas menginjakkan kaki lalu bertemu dengan perempuan itu lagi.
Kamu masih punya orang tua. Jangan t
Iya-iya. Bawel banget.
Dira menonaktifkan ponselnya ia harus segera mandi, nanti malam akan keluar bersama Nana. Mereka akan mendatangi salah satu toko baju yang baru-baru ini buka. Banyak diskon di sana, diskon salah satu momen menyenangkan bagi semua orang.
"Na, kamu tahu nggak jas ini dirancang siapa?"
"Nggak tahu tuh, nggak paham." Jawab Nana cuek. Ia masih memilih beberapa baju yang malam ini harganya lebih murah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, We Meet Again (END)
ChickLitDiralova pikir bekerja di butik Yesi adalah awal dari mimpinya tapi semua itu harus ia relakan karena butik terpaksa tutup setelah merasa penjualan selalu menurun setiap harinya, berbagai cara sudah mereka lakukan termasuk membenahi marketing mereka...