"Saya permisi dulu Pak, Dir, Bu..." Darko pamit dari hadapan keduanya. Meski dalam hatinya banyak pertanyaan yang dilontarkan, tapi profesional yang sudah ia bentuk tidak boleh hancur hanya karena rasa ingin tahunya.
"Hati-hati di jalan..." Balas Dira
"Terima kasih sudah berkenan datang." Ryco mengatakan kata-kata terakhir sebelum akhirnya Darko pergi meninggalkan mereka bertiga.
Dira masih dalam posisi yang sangat canggung, mama Ryco menggandeng tangannya entah ingin dibawa ke mana dirinya. Tak ada pertanyaan karena ia bingung dimulai dari mana.
"Mama tumben ke sini?" Tanya Ryco
"Mama mau lihat keadaan kalian, kamu juga Co semenjak pindah rumah jarang banget ke rumah Mama." Jawab mama
"Aku sekarang sudah punya rumah sendiri Ma, terpenting aku masih tanya kabar Mama kan. Ini rumahku." Ryco merangkul Dira.
Membuat Dira lagi-lagi terkejut. Ia memang masih merasa canggung bercengkrama dengan mama Ryco, apalagi status mereka yang sekarang.
"Mama senang loh, senang banget. Kamu kurusan Nak, makan dengan baik kan?" Mama beralih berbicara dengan Dira.
"Iya Tante, akhir-akhir ini memang sibuk banget."
"Kok Tante, mama dong," sahut mama Ryco
Dira tersenyum canggung. "Iya, Ma..."
Ternyata mereka membawa Dira masuk ke dalam ruangan Ryco, menyuruh duduk dan mama Ryco mengeluarkan sesuatu dari kantong berwarna merah.
"Mama ke sini bawa makan siang, makan di sini saja sekalian Mama ngobrol-ngobrol sama Dira." Keduanya sangat sibuk, ia menginginkan waktu agar bisa bercengkrama dengan Dira.
"Nggak usah repot-repot Ma, Mama pasti capek." Ucap Dira tidak enak.
"Nggak lah Dir, nggak setiap hari." Jawabnya. Mama mulai membuka beberapa tempat makan. Mama membawa rendang, telor, dan tempe, sayur hijau lainnya, "Kira-kira suka nggak Dir sama menunya?"
"Suka Ma, terima kasih..." Ucap Dira tulus.
Makanan yang dibawa mama Ryco benar-benar enak, makanan rumahan rasanya yang nyaris sama dengan masakan mamanya. Dira mengakui bahwa ia sudah lama tak menikmati masakan rumahan ala ibu. Rasanya berbeda dari yang ia masak.
"Dir kok melamun?"
Dira tersadar dari lamunan. Ia segera menghabiskan makanan yang ada di dalam mulutnya. "Maaf Ma, cuman kepikiran aja dulu mama sering banget masakin makanan. Waktu itu juga beliau tiba-tiba masakin saya."
"Saya juga mama kamu sekarang, kamu bisa minta tolong saya buat masakin apapun Kesukaan kamu." Jawab mama Ryco
Hati Dira menghangat. Ia seperti menemukan rumah baru untuknya, ia melanjutkan makannya sedangkan mama memilih pamit dari hadapan keduanya.
"Makan yang banyak. Terutama Dira, Mama paham banget kalau kerjasama dengan Darko membutuhkan banyak tenaga. Jangan lupakan makan." Ucapnya sebelum pergi.
"Iya, Ma. Mas Ryco juga bawel, kalau saya nggak makan bakalan narik saya buat makan."
"Oh iya, Mama senang lihatnya. Kalau memang hubungan kalian sudah baik, beranjaklah ke arah lebih serius. Dira jangan takut, kamu punya kami yang bisa menjamin kebahagiaan kamu." Ucap mama lagi.
Dira paham ke mana arah pembicaraan mama Ryco tapi sejujurnya ia belum memikirkan ke arah sana, ia masih fokus menyembuhkan dirinya. Masih fokus menghilangkan rasa takutnya.
"Ma, santai aja. Kita masih banyak waktu untuk saling mengenali satu sama lain." Ryco yang sejak tadi diam ikut menyahut, seakan tahu keresahan yang dialami kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, We Meet Again (END)
ChickLitDiralova pikir bekerja di butik Yesi adalah awal dari mimpinya tapi semua itu harus ia relakan karena butik terpaksa tutup setelah merasa penjualan selalu menurun setiap harinya, berbagai cara sudah mereka lakukan termasuk membenahi marketing mereka...