Berbicara Lebih Dekat

3.4K 678 41
                                    

"Bapak salah lihat kali." Jawab Dira santai. Ia mencoba bersikap biasa saja, tanpa harus memastikan sepertinya pria itu melihat apa yang Dira lakukan barusan.

"Nggak. Rokok Mild dua bungkus."

Kali ini Dira terkejut. Berarti pria itu sudah sejak lama berada di belakangnya, memperhatikan setiap gerak-geriknya. "Bukan ko—”

"Jawab saja Dira." Ryco menyela ucapan Dira

Dira mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Iya, saya merokok."

"Sejak kapan?"

"Sejak keluarga saya hancur. Bapak mau?"

"Mau." Ryco mengambil satu bungkus rokok milik Dira, "Jangan sakiti diri kamu. Minum bir?"

Dira mengangguk lagi. "Iya, tapi nggak setiap hari. Kalau lagi pusing aja, rokok juga sama. Hari ini saya butuh ketenangan makanya ngerokok." Jelas Dira

Ryco mengangguk-angguk mendengar jawaban Dira. Ada sisi lain yang baru saja ia ketahui, apakah Ryco kecewa tentu saja tidak.

"Bapak pasti mikir saya begini karena jauh dari Tuhan kan? Nggak kok Pak, saya tetap ingat Tuhan cuman saya butuh ketenangan lain karena memang masalah yang saya hadapi selalu rumit. Apa Bapak akan memecat saya setelah ini?" Jelas Dira lagi karena melihat Ryco diam.

"Tidak. Itu bukan ranah saya. Jangan merokok dikantor!" Sahut Ryco

"Saya tahu tempat kok." Dira memasukkan kembali rokoknya.

Suasana mendadak hening sebenarnya tidak enak kalau Ryco tahu bahwa ia seorang perokok tapi ia tidak bisa menyembunyikan lagi, ia menyadari pasti ia semakin terlihat rendah tapi sejujurnya ia hanya merokok ketika keadaan sedang rumit. Dira mengambil ponselnya untuk meredakan rasa canggungnya, ada pesan dari mamanya. Ia segera membaca. 

"Apa sih, Ma? Aku lagi di jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa sih, Ma? Aku lagi di jalan." Dira mengangkat telepon mamanya. Ia terpaksa karena perempuan paruh baya itu tidak akan menyerah.

"Kamu ngomong apa aja sama Mas Erik, dia maki-maki Mama."

"Memang pantas kok. Lagian suami Mama yang sekarang bangkrut sampai minta uang ke anaknya terus?" Balas Dira

"Jaga mulutmu, Dira!"

Dira terkekeh. "Makan tuh pria kaya!" Ucap Dira lalu mematikan sambungan telepon. Ia kembali memblokir nomor mamanya. Ia tidak menyangka Erik akan memerahi mamanya. 

"Dir, saya nggak pengen ikut campur tapi kamu bisa nggak pelan-pelan ngomong sama ibu kamu?"

"Nggak bisa. Orang kaya begitu nggak bisa diperlakukan dengan lembut. Maaf kalau Bapak terganggu." Sahut Dira

"Saya nggak terganggu. Tapi bagaimana pun juga dia ibu kamu."

Dira tersenyum tipis. "Dia memang yang melahirkan saya, tapi hanya melahirkan saja. Dia tidak berperan menjadi Ibu."

Finally, We Meet Again (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang