Lampu Hijau

2.2K 370 28
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















Papa Dira kembali menyimpan ponselnya. Ia menggerakan tangannya sejenak karena terasa nyeri, sakit yang diderita papa membuat ia tidak bebas bergerak seperti dulu. Papa memandangi keadaan apartemen Ryco yang cukup mewah, pria itu baru saja izin untuk membuat minuman untuknya.

"Kamu anak orang kaya ya,"

"Orang tua saya yang kaya, saya nggak. Buktinya masih tinggal di apartemen." Jawabnya sembari menaruh gelas berisi air teh di atas meja untuk papa Dira.

Papa mengangguk-angguk. Berpelukan di depan apartemen seperti memiliki sebuah hubungan, papa penasaran dengan keduanya terlebih Dira karena akhir-akhir ini perempuan itu tidak pernah lagi bicara atau ngobrol dengan papanya. "Apa yang kamu lakukan pada anak saya, biasanya dia pulang lalu cerita-cerita sama saya."

Ryco merasa suasana mendadak tegang. Atmosfer di dalam ruangannya terasa berbeda, pertanyaan papanya seperti menyentil ulu hati Ryco. Apa jangan-jangan papa Dira menyalahkan dirinya. "Maaf Om, beberapa minggu belakangan ini kita memang sedang sibuk-sibuknya. Saya minta maaf kalau ada perubahan dalam diri Dira." Ucap Ryco

"Masalah kerjasama dengan Darko?"

"Iya Om." Jawab Ryco

"Sekarang sudah beres?"

Ryco mengangguk. Tiba-tiba ia merasa tidak enak hati karena keadaan papa Dira yang sekarang pasti sangat membutuhkan anak perempuannya, Ryco merasa bersalah karena beberapa minggu ini mengharuskan lembur. "Om, maafkan saya. Sebagai gantinya saya menyuruh Dira libur sehari, atau kalau Om ada keperluan apa-apa dan ingin quality time sama Dira disaat jam kerja saya izinkan. Sebentar..." Ryco mengambil sesuatu dari saku jasnya, sebuah martu nama, "Om bisa hubungi saya jika membutuhkan Dira."

"Terima kasih. Tapi anak saya cukup profesional dan saya mengerti keadaannya, kenapa kamu terlihat tegang? Saya tidak menggigitmu." Papa Dira terkekeh melihat raut wajah, ucapan bos Dira yang formal.

"Maaf Om, saya sedikit panik." Jujur Ryco

"Padahal saya cuman tanya. Saya sebenarnya nggak keberatan Dira lembur, saya memastikan aja kalau dia aman di kantor. Ngomong-ngomong soal yang tadi, kalian pacaran?"

Ryco menggeleng lemah. Bagaimana bisa pacaran kalau hati Dira tertutup rapat. "Saya lagi berusaha, saya suka sama anak Om diizinin nggak?" Tanya Ryco hati-hati.

"Silakan aja. Kalau anaknya mau, tapi Om takut apalagi kamu anak orang kaya. Citra mamanya Dira sangat jelek. Semua orang mengetahui sifatnya, mungkin mamamu juga. Dira selalu malu setiap dekat dengan pria. Terakhir sama Kala, mereka putus karena ibunya tidak mau memiliki calon besan mata duitan." Jelas papa.

Nada suaranya merendah. Soal ini Ryco tahu bahwa Dira dihantui rasa trauma karena hubungan orang tuanya. "Om apa Anda mengizinkan saya mendekati Dira?" Ryco mencoba meyakinkan lagi.

Finally, We Meet Again (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang