Siang ini terlihat sangat aneh tiba-tiba bertanya yang jarang sekali ia pernah pertanyakan, Dira menyimpan ponselnya setelah membalas pesan dari Nana. Mengapa ia merasa akhir-akhir ini mentalnya terguncang apalagi waktu Ryco pernah membisikkan sesuatu yang membuat dirinya terus berpikir.
"Melamun terus."
Dira tersadar spontan menepis satu tangan di bahunya. Ternyata tangan itu milik Ryco. "Kok Bapak di sini?"
"Saya mau mantau, kerjaanmu hanya melamun?"
Dira menggeleng. "Lagi nunggu mereka selesai make up."
"Nih," Ryco memberikan satu cup minuman untuk Dira.
"Bapak kasih saya aja?"
"Yang lain juga, jangan geer kamu." Sahut Ryco
Bibirnya mencebik. Pria di sampingnya menyebalkan padahal ia hanya bertanya. "Cuman nanya, kenapa sih jawabnya gitu."
Ryco melirik. Memperhatikan wajah Dira, sejujurnya ia masih marah karena tadi pagi Dira tidak membuatkan sarapan pagi untuknya. "Saya masih ngambek."
"Lagi kerja. Tolong profesionalnya yang mulia..." Dira bukan sengaja tak memberi sarapan pagi untuk Ryco, ia kesiangan lalu bergegas ke kantor. Ia juga sempat mengucapkan kata maaf untuk Ryco.
"Saya nggak ada selera sarapan pagi jadinya."
"Bisa diam nggak?" Dira menatap tajam ke arah Ryco. Ia menjauhi Ryco karena beberapa model sudah selesai mengubah make up.
"Bisa kok Dir, bisa." Balas Ryco sedikit berteriak. Tak peduli dengan tatapan para karyawan yang nampaknya terkejut.
"Bapak ada something sama Dira?" Namanya Eli salah satu karyawan bagian marketing.
Ryco menoleh. "Nggak. Kenapa memangnya?"
Eli tiba-tiba terkekeh. "Ada something juga nggak apa-apa Pak, kelihatan banget lho, cinta banget sama Dira?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, We Meet Again (END)
Literatura FemininaDiralova pikir bekerja di butik Yesi adalah awal dari mimpinya tapi semua itu harus ia relakan karena butik terpaksa tutup setelah merasa penjualan selalu menurun setiap harinya, berbagai cara sudah mereka lakukan termasuk membenahi marketing mereka...