Perusahaan Tiger berhasil menggaet desainer brand terkenal Paris. Mereka mengeluarkan produk hasil kolaborasi.
Dira menatap layar televisi. Sudah enam bulan berlalu semenjak ia keluar dari sana, nampaknya pria itu benar-benar bangkit lagi. Begitu juga dengan Dira memilih semakin menjauh. Apalagi kini ia menjadi lebih mandiri, uang bonus ia gunakan untuk usaha barunya. Dira tak lagi mengambil pekerjaan sebagai desainer, masalah kemarin ternyata memiliki efek trauma untuk Dira.
"Ra bunga pesanan Mas mana ya?"
"Sebentar." Dira melepas sarung tangannya lalu beranjak mengambil pesanan bunga milik Erik, "Nih, Mas." Dira memberikan buket bunga gang di dalamnya ada 3 macam bunga.
"Cantiknyaaa..." Erik memuji.
"Mbak Dera pasti suka."
Erik mengangguk. Bertepatan dengan hari ulang tahun istrinya sengaja memberikan bunga dan kejutan lain. "Mas bangga sama kamu."
"Biasa aja ah, terima kasih ya, Mas sudah menemaniku selama enam bulan ini."
"Sudah seharusnya menjadi orang pertama untuk rumahmu kan?" Kata Erik
Dira mengangguk. "Sudah sana pergi, nanti Mbak Dera nyariin."
"Mas pergi dulu." Pamitnya
Dira melambaikan tangannya. Ia kembali memakai sarung tangan lalu mematahkan duri-duri bunga mawar. Enam bulan berlalu hatinya benar-benar kosong, bohong jika dirinya baik-baik saja. Selama enam bulan bahkan sampai hari ini ia berusaha melupakan semuanya meski beberapa bulan belakangan ada seseorang yang berusaha menghubunginya.
"Selamat datang di Lova Flowers..."
Dira mendengar suara salah satu karyawannya menyambut tamu. Nama Lova adalah nama dirinya. Selama enam bulan ia menghabiskan waktunya di toko bunga miliknya.
"Mbak Ra..." Panggil Susan
"Kenapa?"
"Itu ada pembeli tanya soal bunga aku nggak paham." Jawab Susan tidak enak.
"Sebentar..."
Dira melepas celemek, sarung tangannya dan bergegas keluar. Sosok perempuan paruh baya berdiri di sana.
"Ada yang bisa saya bantu, saya Dira pemiliki toko bunga Lova." Ucap Dira
Perempuan paruh baya itu menoleh. Dira terkejut mencoba memundurkan langkahnya.
"Ra ..."
"Mam..." Balas Dira
Enam bulan tanpa pertemuan dengan perempuan di depannya, sering kali mengajak bertemu tapi Dira lebih sering mengabaikan. Ia takut.
"Ra apa kabar?"
"Baik, Ma." Dira merasa canggung. Enam bulan berlalu untuk pertama kalinya dira bertemu dengan mama Ryco, "Mama mau pesan bunga?" Tanya Dira
"Iya. Buat anak Mama yang baru saja berhasil mengajak kerjasama desainer Paris." Jelasnya
"Mama mau bunga yang mana?"
"Tulip Aureola kamu punya Ra?" Tanyanya
"Ada Ma." Dira menyuruh mama menunggu. Tak lama kemudian ia membawa beberapa contoh buket yang sudah jadi.
"Cantiknya Ra... Aureola itu kaya api, Mama mau yang ini biar Ryco makin semangat."
Dira mengangguk. "Tunggu sebentar ya, Ma."
Mama memandangi Dira yang kembali merangkai bunga itu karena mama hanya ingin bunga tulipnya saja, diam-diam ia memotret.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, We Meet Again (END)
Chick-LitDiralova pikir bekerja di butik Yesi adalah awal dari mimpinya tapi semua itu harus ia relakan karena butik terpaksa tutup setelah merasa penjualan selalu menurun setiap harinya, berbagai cara sudah mereka lakukan termasuk membenahi marketing mereka...