The Chapter 5

159 50 30
                                    

Di sepanjang perjalanan Soobin dan Wendy hanya diam saja, tak ada obrolan apapun di antara mereka berdua.

Rambut Wendy berkibar karena angin yang melewati dirinya, ingat kalau Soobin pergi bersama Wendy bukanlah janji, jika tau begini Soobin akan sedia membawa helm untuk Wendy pakai.

"Kita mau kemana?!" tanya Wendy setengah berteriak.

"Ha?!" jawab Soobin yang ikut setengah berteriak.

"Kita! Mau! Kemana!" Wendy kembali berteriak sambil mendekatkan dirinya pada punggung Soobin.

"Ha?! Oh! Iya saya sedang membuat skripsi Noona!"

"Ha? Skripsi? Anak ini apa sih. KITA MAU PERGI KEMANA BODOH! BUKAN SKRIPSIMU YANG KU TANYAKAN!" Wendy berteriak sambil mnepuk nepuk helm Soobin.

"Ohh, ahahah! Maaf, lihat saja nanti!"

Wendy mendengus kesal karena Soobin tidak mau memberitahu kemana mereka akan pergi.

Awan jingga yang tadi menyelimuti awan kini nerganti dengan awan gelap.

Tak butuh waktu lama, Soobin berhenti di taman?

Soobin turun dari motornya lalu membuka helmnya, rambutnya yang tadi berantakan sekarang jadi rapih hanya dalam satu kali usap dengan tangannya.

"Kenapa ke taman?" tanya Wendy yang sudah turun dari motor Soobin.

"Ingin saja."

Soobin berjalan mendahului Wendy, Wendy yang tak mau di tinggal pun mengikuti Soobin dari belakang.

Mereka berhenti di sebuah pondok kecil.yang terbuat dari daun anyaman.

Taman malam hari ini tidak terlalu sepi karena ini adalah taman kota, masih ada orang yang berjalan jalan, olahraga, dan juga berkencan.

"Biar ku lihat lukamu."

Soobin menangkup pipi Wendy lalu menghadapkannya pada dirinya.

Soobin mendekatkan wajahnya pada wajah Wendy dan otomatis Wendy memundurkan kepalanya dari Soobin.

Bukannya melepaskan, Soobin malah semakin dekat dengan Wendy.

"Kau mau apa?" tanya Wendy sambil mengerucutkan bibirnya karna tangan Soobin yang masih menangkupnya.

Soobin hanya menggeleng lalu melepaskan tangannya dari Wendy.

"Maafkanku.. Karena ulahku, kau harus memberikan banyak uang pada Oppaku," gumam Wendy sambil menatap Soobin.

"Hmm, sudah ku bilang ini bukan masalah," Soobin menjawab sambil mengusap kepala Wendy.

"Biar ku beri obat pada lukamu."

Soobin mengangkat dagu Wendy lalu mengusap luka goresan di pipi Wendy dengan alkohol.

"Shh,"

"Maaf."

Soobin mengerucutkan bibirnya lalu meniup luka Wendy dengan pelan, sedangkan Wendy hanya menutup matanya menahan perih.

Setelah mengoleskan alkohol, Soobin meneteskan obat merah pada luka Wendy dan menutupnya dengan kapas yang di tumpuk dengan plaster.

"Sudah selesai."

Soobin mengusap pipi Wendy yang luka tadi, Wendy membuka matanya dan melihat Soobin sedang mengusap pipinya.

"Terimakasih banyak ya," gumam Wendy sambil tersenyum tulus pada Soobin.

"Boleh ku lihat lukamu?" tanya Soobin sambil menunjuk ke arah tangan Wendy yang masih terbalut.

NOONA SARANGHAE | SOOWEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang