The Chapter 29

74 27 7
                                    

Selama di perjalanan Wendy tak hentinya bercerita tentang kejadian saat ia terjebak di toilet.

"Kira-kira siapa ya?" ucap Wendy sambil bersender di jendela mobil yang tertutup.

"Apa sebelum kau masuk ada yang lain selain noona?" tanya Soobin sesekali melirik ke arah Wendy.

"Tidak ada, hanya aku sendiri yang ada disana, tapi.. Aku melihat bayangan yang melewati pintu," gumam Wendy sambil mengingat.

"Apa.. Lia?" sambung Soobin sambil memicingkan matanya.

"Bagaimana bisa? Dia kan masih di dalam penjara," gumam Wendy sambil menatap Soobin.

"Hanya satu jawabannya, kita pergi ke kantor polisi sekarang."

Soobin melajukan mobilnya menuju kantor polisi dimana Lia di penjara disana.

Tak butuh waktu lama, Soobin dan Wendy sampai di tempat Lia berada.

"Permisi, apa tahanan bernama Lia masih disini?" tanya Wendy pada penjaga.

"Lia? Ya, dia masih di dalam penjara mari ikuti saya."

Soobin dan Wendy mengikuti penjaga itu menuju ruangan Lia.

"Lia?"

"Soobin?"

"H-hai Lia."

"Kalian merindukanku?" Lia memiringkan senyumnya saat tau kalau ia di jenguk oleh Soobin dan Wendy.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Soobin dengan lembut.

"Kau buta? Aku di dalam penjara sekarang, jadi keadaanku pasti tidak baik-baik saja," balas Lia tak senang.

"Kau sudah merenungi kesalahanmu? Jika belum kau harus melakukannya," sahut Soobin sambil menggenggam tangan Wendy.

"Cih, untuk apa? Aku tidak melakukan kesalahan, aku hanya sedang jatuh cinta padamu, apa itu salah?" jawab Lia yang masih tak menyadari kesalahannya.

"Lia kau seharusnya tau, kau ini tidak mencintai Soobin tapi kau sangat terobsesi untuk memiliki Soobin dan itu tidak baik Lia," sahut Wendy sambil menatap Lia.

"Obsesi? Ahh ya, kau benar. Aku sangat terobsesi memiliki Soobin, dan kau sudah mengambilnya dariku Son Wendy.. Dan jika kau tau, aku bukan tipikal wanita yang akan dengan mudah melepaskan targetku, kau tau?" sambung Lia sambil memberikan smirk pada Soobin.

"Lupakan saja, kau tidak akan bisa mendapatkan Soobin!" titah Wendy sambil menatap tajam Lia.

"Oh benarkah? Hahaha lucunya gadis ini yang tak tau banyak tentang Lia," gumam Lia sambil mengusap rambut Wendy pelan.

"Jangan menyentuh gadisku dengan tangan kotormu," timpal Soobin lalu menepis tangan Lia.

Meski Lia berada di balik jeruji, tapi bisa saja Lia melakukan hal yang nekat saat Wendy di hadapannya.

"Kekasih ya? Ahh manisnya kalian berdua yang bahagia di atas penderitaanku, bravo! Bravo Choi Soobin! Selangkah lagi kau akan dalam masalah," gumam Lia sambil bertepuk tangan pelan.

"Apa maksudmu?" tanya Wendy.

"Entahlah, aku masih membuat rencana baru agar kau dan Soobin bisa berpisah, aku bukan tipe wanita yang suka bermain di belakang jadi aku akan memberitahumu sekarang.. Kau harus berhati-hati Son Wendy karena aku punya banyak mata dan telinga yang akan selalu mengawasimu."

Soobin langsung menyuruh Wendy berada di belakangnya saat Lia mengancam Wendy.

"Jika ada hal yang akan membahayakannya, aku yang akan menjadi pelindungnya."

Soobin menarik Wendy keluar setelah berucap pada Lia.

Lia hanya bisa menatap punggung Soobin dan Wendy yang semakin menjauh darinya.

"Lakukan saja sesukamu Choi Soobin, karena pada akhirnya... Kau, akan menjadi milikku dan bukan gadis bodoh itu."

Soobin dan Wendy sudah berada di luar kantor polisi, Wendy menatap wajah Soobin yang terlihat khawatir.

"Hey, tenangkan dirimu ya? Semua akan baik-baik saja kau tau itu kan," gumam Wendy sambil mengusap pipi Soobin lembut.

Soobin menggapai tangan Wendy lalu mengecupnya.

"Terimakasih karena kau selalu sabar bersamaku meski aku terkadang menjadi ceroboh dan tidak peka denganmu, terimakasih noona."

Pelukan hangat mendarat di tubuh mungil Wendy, ia bisa merasakan kalau diri Soobin masih khawatir tapi Wendy tak ingin menambah beban pikirannya.

"Baiklah sudah cukup acara berpelulannya, bagaimana dengan sarung tinjuku?"

"Aku akan meminta tolong Taehyun untuk membelikannya, dia sering pergi ke tempat tinju jadi itu tidak akan masalah," gumam Soobin sambil mengetik pesan pada Taehyun.

Wendy hanya menganggukan kepalanya menurut pada lelaki di hadapannya ini.

Soobin mengajak Wendy untuk pulang karena hari sudah gelap.

Selama di perjalanan Wendy terus tefikir tentang perkataan Lia yang mengatakan kalau ia punya banyak mata-mata.

Padahal dia yang menyuruh Soobin untuk tidak panik dan khawatir, tapi pada akhirnya dia sendirilah yang sangat dan lebih khawatir dari Soobin.

Pasalnya Wendy sudah tau bagaimana gilanya Lia jika dia sudah gelap mata seperti yang sudah terjadi dulu.

"Noona?"

"Ah? Nee, ada apa?"

Lamunan Wendy buyar saat Soobin memanggilnya.

"Kau melamunkan apa?" tanya Soobin sambil mengusap pelan tangan Wendy.

"Aniyeo, bukan apa-apa aku hanya lelah saja," bohong Wendy.

"Baiklah, sebentar lagi kita sampai dan kau bisa segera beristirahat untuk besok."

Wendy memejamkan matanya sebentar, jujur ia sudah sangat lelah dengan semuanya, dengan Lia juga.

Tapi ia tak bisa menyerah begitu saja untuk melepaskan lelaki yang di sayanginya demu wanita psikopat seperti Lia.

Soobin yang melihat Wendy tertidur langsung mengusap kepala Wendy dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya fokus menyetir.

"Noona.. Maaf jika aku menyusahkanmu," gumam pelan Soobin sambil tersenyum kecut.

Ia benar-benar malu karena tidak bisa menjaga Wendy dengan baik, bahkan dia sampai kecolongan saat keadaan Wendy masih bisu, ia sangat menyesal jika mengingat kejadian menyebalkan itu.

Tak terasa mobil Soobin sudah sampai di dalam garasi dan Wendy masih tertidur, Soobin tak tega jika harus membangunkan Wendy dan menganggu tidurnya yang terlihat sangat pulas.

Soobin mengambil tas Wendy dan meletakkannya di bahu, lalu ia menggendong Wendy dengan perlahan.

Ia melangkahkan kakinya memasuki rumah besarnya, membawa Wendy menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, ia menidurkan Wendy di ranjangnya, melepaskan sepatu yang masih tertaut di kaki Wendy.

"Good night princess," gumam Soobin sambil mengecup pipi Wendy lalu menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mungil Wendy.

Soobin berjalan pergi hendak keluar dari kamar Wendy namun tak jadi, karena tak tega meninggalkannya ia memutuskan untuk menemani Wendy tidur.

Ia pergi ke kamarnya untuk mengambil bantal dan juga selimut miliknya lalu segera kembali ke kamar Wendy.

Soobin merebahkan tubuhnya di sofa dekat ranjang Wendy, ia tak berani tidur satu ranjang dengan Wendy jadi ia hanya tidur di sofa.

"Huffh.. Aku memang beruntung bisa memiliki gadis secantik dan sebaik Wendy noona, memang sangat beruntung.

NOONA SARANGHAE | SOOWEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang