LIMA PULUH TIGA

162 22 0
                                    

Akhirnya ada mood buat up.

Thanks ya readers yang udah setia dengan karya-karya saya.

Happy Reading.

                            ****

Bibir bisa saja berbohong, namun hati selalu bereaksi yang sebenarnya.

Pundak nyaman ini yang selalu Dita rindukan, pundak yang kekar ini yang hanya mampu membuat seorang Dita semakin nyaman untuk bersandar.

"Rasa nya sudah lama banget, aku gak ngerasa'in hidup senyaman ini bersama kamu."

"Hem. semoga saja yah, jangan ada masalah yang membuat kita berpisah lagi. rasa nya sangat berat." Ujar Rey.

Kedua nya saat ini sedang menikmati indah nya malam yang di hiasai bintang dan terang nya bulan.

Masalah yang lalu di jadikan keduanya pembelajaran untuk saling menguat kan cinta keduanya. mereka yakin akan ada kebahagiaan lebih jika kedua nya saling menggenggam erat menguat cinta keduanya.

"Andai bintang dan bulan bisa ngomong, pasti mereka sekarang iri sama kita." Ucap Dita, dengan posisi menyandar kan kepala nya di bahu Rey, dan tangan Rey tak lupa mengelus lembut puncuk kepala kekasih nya penuh sayang.

Rey bangun dari duduk nya lalu berjongkok di depan Dita menumpu kedua tangan nya di paha kekasih nya. menatap manik mata Dita yang indah, dan menenangkan hati Rey.

Tangan Rey terulur mengelus pipi Dita, "Jangan pergi yah, walaupun aku meminta nya please jangan pergi, tetaplah bertahan dengan ku. aku sangat mencintaimu dan menyayangimu Dita."

Mata Dita berkaca-kaca terharu mendengar penuturan Rey. lalu mengangguk, "Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu sayang, kecuali Tuhan yang sudah menentukan semua nya."

Rey memeluk tubuh Dita menghirup aroma yang selalu Rey rindukan, Dita membalas pelukan kekasih nya.

Rey melepas pelukan kedua nya, lalu menarik ceruk leher Dita mencium lembut bibir kekasih.

Langit malam ini menjadi saksi kebahagiaan kedua sejoli yang sedang di mabuk asmara.

Dimas dan Dini berjalan beriringan, senyum Dini tak pernah luntur dari bibir tipis nya.

"Makasih ya kak Dim."

"Ck. bosen gue denger lo bilang makasih mulu."

"Ya terus Dini harus bilang apa?"

"Ya apa kek, selain makasih." ucap Dimas ketus.

"Ya udah, aku mau bilang kalau aku sayang sama kak Dimas."

Dimas menghentikan langkah nya lalu menoleh ke samping dengan tatapan tajam.

Tangan nya menyentil kepala Dini keras, "Otak lo isi nya sayang-sayang an mulu yah." protes Dimas, namun siapa yang tau isi hati Dimas dan bibir Dimas yang berbeda.

Dimas berjalan lebih dulu di depan Dini ujung bibir nya sedikit terangkat, "lo lucu." gumam nya.

Dini berlari menyamakan langkah Dimas, namun sedetik kemudian Dimas menarik tangan Dini dan memutar tubuh nya memeluk nya menjadi menghadap kebelakang.

"Bangsat. kenapa mesti liat sih gue." ujar nya. masih dengan posisi memeluk Dini dari belakang.

Ini tak baik untuk jantung Dini, "Kak Dim, kenapa?" tanya Dini.

"Lo gak boleh liat masih kecil."

"Awas aja lo Rey," geram nya.

Dimas menyadari posisi nya saat ini tidak lah benar, lalu menarik tangan  Dini menjauh dari dua sejoli yang sedang asyik menikmati gejolak asmara di depan sana.

"Kenapa kak?" tanya Dini bawel.

"Bawel banget sih lo. udah ikutin gue aja."

"Tapi kan Dini mau kesana,"

"Lo mau liat Rey dan Dita ciuman!?" ucap Dimas gemas.

Dini menutup mulut nya, "Dini gak tau."

Dimas frustasi mengacak rambut nya, sepolos ini kah gadis di depan nya.


                            ******

Dimas, Bisma, dan Radit sudah berkumpul di ruang keluarga, Bisma dan Radit sedang asyik bermain PlayStation sedangkan Dimas duduk gelisah mengingat apa yang tadi dia lakukan.

"Bego banget sih gue, kenapa mesti meluk coba." gumam nya.

"Lo kenapa sih, uring-uringan mulu gue liat." tanya Bisma.

"Diem deh, lo." jawab Dimas.

Rey ikut duduk bergabung dengan mereka namun sebuah bantal melayang di muka nya.

"Bangsat lo Rey, gara-gara lo gue jadi ikutan khilaf."

Radit dan Bisma sontak saja menatap tajam ke arah kedua nya.

"Khilaf apa maksud nya?" tanya Radit serius.

Rey melempar balik bantal itu kearah Dimas, "Maksud lo apa sih?"

"Perlu gue jelasin di sini?" tanya Dimas kesal.

Rey mengerut kan kening nya, lalu menonyor kepala Dimas.

"Lo ngintip yah? dosa tau buat jones kek lo."

"Bangsat. apa nya yang ngintip, gue gak sengaja liat untung Dini gak liat." ujar nya misuh-misuh.

Radit dan Bisma semakin di buat bingung dengan obrolan kedua teman nya.

"Gue gak ngerti." ucap Radit lalu melanjutkan bermain.

"Lo berdua habis ngapain emang nya?" tuntut Bisma, "lo berdua jangan se enak jidat yah, ngerusak anak gadis orang, lelaki sejati itu tak merusak tapi menjaga nya."

Ketiga nya menatap heran kearah Bisma, "lo sehat Bis?" tanya Radit.

"Tau ah. gue doang perasaan yang jones di sini." ujar dengan nada sedih.

                           *****  

CERITA CINTA SMA (END) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang