ENAM PULUH TIGA

113 10 0
                                    

Untunglah kehamilan Dita bertepatan dengan selesai nya ujian kelulusan nya, jadi baik Rey maupun Dita tidak perlu khawatir menutupi kehamilan nya.

Dita melangkah bersama Rey menuju kelas nya, sepanjang jalan Dita merasa ada yang aneh, kenapa mereka saling berbisik dan menatap ke arah nya dengan tatapan sulit di artikan.

Dini yang sudah dulu datang kesekolah sedang duduk di bangku nya dalam kelas tiba-tiba saja salah satu teman nya mendekati nya lalu bertanya. "Lo pasti tahu, berapa bulan kandungan Dita, gue penasaran bener apa bukan sih? Anak yang di kandung nya anak nya Rey." Tanya nya.

Membuat Dini melotot tajam kearah nya, "Lo ngapain sih!? Ngurusin hidup orang lain."

"Yang kita tahu, lo kan cukup deket sama mereka."

Dini menggebrak meja nya lalu bangkit dari duduk nya, "Urusan kalian semua apa sih!? Seoenting itu yah? Masalah orang lain kalian yang repot."

Dada Dini naik turun karena kesal, bagaimana tidak. Mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi tapi kenapa mereka berasumsi sendiri tanpa bertanya dulu.

Dimas yang juga sedang berjalan menuju kelas nya tak sengaja melewati kelas Dini mengerutkan kening nya, lalu menerobos masuk kedalam kelas tersebut.

"Manfaat nya buat kalian apa sih!? Kak Dita juga gak pernah ngusik kalian kan!? Kenapa kalian yang selalu mengusik nya, bahkan tanpa bertanya terlebih dulu kalian membuat asumsi publik sendiri." Ucap nya dengan suara yang lantang membuat beberapa teman satu kelas nya menjadi diam.

Dimas yang mendengar amarah Dini pun berjalan ke tengah dan mendekati gadis itu yang sudah emosi.

"Kalian masih gak mah bubar? Apa perlu gue yang nyeret kalian satu persatu dari sini biar bubar." Ujar Dimas dengan nada tajam.

Dini duduk kembali di kursinya, gadis ini benar-benar jengah, bagaimana tidak, sejak pagi tadi awal Dini masuk beberapa siswa yang kepo pun mulai menyelidiki nya lewat Dini.

"Kenapa? Kok, bisa semarah kaya tadi?" Tanya Dimas, yang sudah duduk di atas Meja Dini.

Dini menghembuskan nafas nya kasar. "Kesel banget, mereka kan gak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi mereka mambuat asumsi publik sendiri, bagaimana pun juga Kak Dita itu kan Kaka dan juga teman buat Dini."

"Maksud nya gimana sih?" Tanya Dimas lagi masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Kak Dimas..., masa dari tadi Dini jelasin masih aja gak ngerti." Ujar Dini kesal.

"Lah. Emang gak tahu Din,"

Dini mulai menarik ujung lengan baju Dimas membuat Dimas menunduk dan mendekatkan telinga nya, "Isu Kak Dita hamil sudah menyebar di sepenjuru sekolah." Bisik nya.

"Apa!?"

Di tempat lain, Dita menangis sesenggukan karena kondisinya yang sedang hamil muda membuat hati nya menjadi lebih sensitif dan gampang menangis.

"Udah lah Dit, gak usah lo dengerin mereka." Ujar Gina mencoba memberi ketenangan pada sahabat nya.

Rey melangkah lebar menuju meja redaksi sekolah, lalu merobek beberapa berita mengenai istrinya di mading sekolah.

Bisma yang baru masuk pun masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Lah, kok, Dita nangis."

"Lo sih, baru dateng." Ujar Gina.

Dimas dan Dini masuk kedalam kelas Dita, sudah mereka duga pasti Dita sedang nangis mendengar isu yang sedang beredar di sekolah.

CERITA CINTA SMA (END) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang