ENAM PULUH DELAPAN

97 8 0
                                    

Tak perduli seberapa berat masa lalu nya, tak perduli seberat apa trauma nya. Seharus nya Radit bisa lebih terbuka kepada Gina yang berstatus sebagai kekasih nya.

Keberangkatan Bisma semakin mendekati hari H+ nya baik Gina maupun Bisma masih berperang dingin kedua nya masih sama-sama diam tidak ada niat untuk berbicara.

Radit pun hilang tanpa kabar seolah di telan bumi. Pacar macam apa seperti itu? Seharus nya Gina paham bagaimana Bisma memperlakukan nya, memperhatik'kan nya.

"Mau sampai kapan, lo diem terus kaya gini Gin?" Tanya Dita.

"Tinggalin gue sendiri dulu Dit, gue butuh waktu." Balas Gina.

Dita mengerti kalau sahabat nya ini sedang tidak baik-baik saja, kalaupun Gina tidak mengetahui bahwa Bisma menyukai nya pasti Gina juga akan terpukul karena berpisah dengan Bisma yang selama ini selalu ada dan selalu menemani nya di saat-saat terpuruk nya Gina.

Dita keluar dari kamar Gina menuju ruang tamu rumah gadis itu yang sudah ada Rey, Dimas, dan Dini.

"Gimana Kak?" Tanya Dini. Dita menggeleng sebagai jawaban.

"Kasihan Kak Gina," Gumam Dini.

Dimas melirik kearah Dini yang menunduk sedih. "Kasihan kenapa?"

"Kaka masih aja gak ngerti gimana perasaan nya kak Gina!?" Sentak Dini.

"Udah-udan, berantem nya nanti aja." Relai Rey.

Jika kedua nya di biar kan berdebat maka akan semakin panjang. Dini yang mudah terpancing emosi Dimas yang suka memancing emosi Dini, sungguh seperti pasangan yang luar biasa bukan.

"Laper." Ujar Dita.

"Bumil lo laper, tuh!" Ucap Dimas.

"Ya udah nanti aku pesenin yah." Jawab Rey, lalu mencium kening Dita.

"Pengin." Ucap Dini sambil menyangga dagu nya lalu menoleh ke arah Dimas.

"Mimpi!" Balas Dimas ketus.

••••

Bisma mengusap wajah nya dengan kasar, kenapa di saat diri nya semakin mengikhlas kan Gina untuk orang lain justru hati nya semakin di buat kacau dengan permasalahan ini.

"Arrght!! Kenapa." Ucap nya dengan geram.

Radit berdiri di belakang Bisma dengan tatapan datar, "Apa separah itu perasaan lo untuk cewek gue?" Ucap Radit lalu berdiri di samping Bisma dengan congkak.

Ekspresi cowok itu seolah berbicara bahwa semuanya akan baik-baik saja, dan seolah tidak ada masalah yang mereka hadapi.

"Kenapa diam?" Tanya Radit kembali.

"Ck. Apa penting nya cinta kalau berujung menyakiti." Imbuh Radit lagi.

"Apa cinta nya Gina itu tak penting buat lu!?" Tanya Bisma dengan nafas tersenggal karena menahan emosi.

Panggil Kaka sudah tak pantas untuk Radit di rasa Bisma, cowok itu sudah sangat keterlaluan.

Radit mengedikkan bahu nya, lalu memasukan kedua tangan nya kedalam saku celana nya. "Ck. Cinta hanya membuat nya semakin terlihat bodoh." Ucap Radit. Sebelum pukulan melayang tepat di rahang nya.

"Lo tahu. Gue percaya kan lo buat menjadi sumber kebahagiaan nya dia, bukan untuk menjadi sumber penderitaan nya." Ucap Bisma.

Radit mendorong tubuh Bisma lalu merapikan kembali kerah baju nya yang sempat kusut akibat cengkraman cowok itu.

"Lo nya aja yang bego. Gak ada yang mau hidup dengan pasangan yang manja, yang terlalu lemah. Lo tahu, gue gak suka sama sekali dengan cewek cengeng seperti cewek yang lo damba kan itu."

Rahang Bisma semakin mengeras, lalu memukuli Radit dengan membabi buta. Radit pun tak berusaha melawan Bisma, dia membiarkan Adik sepupu nya itu dengan puas memukuli nya.

"Gue berhasil mempermain kan perasaan adik sepupu kesayangan gue." Ujar Radit.

Dimas berjalan dengan tergesa-gesa masuk kedalam rumah Bisma. Setelah Radit babak belur cowok itu menelfon Dimas untuk menenangkan Bisma. Gila memang, tak ada yang tahu maksud dari perbuatan Radit.

Dimas berdiri di ambang pintu kamar Bisma bau alkohol dan asap rokok menyeruak di indra penciuman Dimas.

Dimas merebut gelas yang di genggam Bisma, "Apa otak lo hanya sekedar untuk minum!? Apa dengan cara ini masalah lo bisa selesai gitu aja, gak kan!?" Ucap Dimas.

"Gue pengecut. Gue brengsek. Gue penjahat yang sesungguhnya." Ujar Bisma ngelantur.

Dimas menggeleng lalu merapikan beberapa bungkus rokok dan menyingkirkan botol minuman menjauh dari Bisma.

Bisma sempat mencegah nya namun langsung di tepis oleh Dimas. "Kalau lo masih mau hidup, jangan lakukan apa yang tak biasa lo lakukan." Ucap Dimas tajam.

"Gue cinta sama dia!!" Teriak Bisma.

Dimas menyeret tubuh Bisma masuk kedalam kamar mandi lalu menduduk kan nya di atas kloset, Dimas menarik sower lalu mengguyur kepala Bisma dengan air dingin.

Bisma tertawa terbahak seolah menertawakan nasib dan kebodohan nya telah membiarkan gadis yang dia cintai menderita beberapa tahun.

"Sadar Bisma!!" Bentak Dimas. "Lo tahu, hidup lo tidak hanya tentang Gina, tidak hanya tentang percintaan, tidak hanya tentang masalah apa yang lo hadepin. Ingat Bisma! Masih ada harapan di depan sana yang harus lo gapai."

"Gue gak pantas buat bahagia." Balas Bisma.

Dimas mencengkram kerah baju Bisma lalu mendorong nya hingga terbentur dinding. "Gue gak sudi punya temen yang lemah kaya lo." Ujar Dimas, lalu pergi meninggal kan Bisma.

CERITA CINTA SMA (END) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang