EMPAT BELAS

327 33 2
                                    

//cafe_Rey

Segala upaya yang seharusnya di hindari justru menjadi sebuah kebetulan untuk bertemu.

Itu lah yang Rey rasakan kini, semakin ia menjauh dan mengelak segala rasa yang ia punya, justru semakin merajalela perasaan yang Rey punya tanpa bisa ia kendalikan.

Rey keluar dari ruang kerja nya, manik mata nya tak sengaja melihat orang yang beberapa hari ini selalu mengganggu pikiran dan mengganggu fungsi jantung nya.

Langkah Rey terhenti mencari tempat aman untuk bersembunyi Yah, pengecut. itu kata yang tepat untuk nya kali ini.

"Kenapa mesti ketemu sih," gumam nya.

Namun gerak-gerik nya tak luput dari pandangan seorang Dion, sudah sedari tadi Dion terus melihat gerakan Rey, di mulai dari Rey yang keluar dari ruang kerjanya sampai ia berhenti melangkah lalu duduk di salah satu kursi cafe nya.

"Ck! jadi cewe itu, heem..., cakep, lumayan lah. " ucap Dion, yang kini sudah duduk di depan Rey dengan posisinya Rey yang membelakangi Ayah, Bunda nya Dita.

"Gak usah sotoy lo!" ucap Rey. setengah berbisik.

Dion terus tersenyum, menurut nya, ini sangat menarik. baru kali ini Rey terlihat bodoh, hanya karena seorang gadis.

"Samperin kuy! lumayan kan, kenalan sama camer biar makin dekat." bisik Dion.

Rey melotot kan matanya, lalu memukul lengan Dion dengan cukup keras.

Tanpa kedua nya sadari, sudah sedari tadi Disya terus memperhatikan keduanya.

Dita sudah kembali ke meja nya, ia duduk di samping Disya.

"Kak- kak, liat deh, ganteng banget gak sih, tuh dua orang itu." tunjuk Disya.

Dita mengikuti arah yang di tunjuk oleh Disya, mata Dita memicing, Dita merasa tak asing dengan punggung, dan gesture tubuh cowo yang di tunjuk Disya.

"Kaya kenal, tapi siapa yah?" gumamnya namun masih mampu di dengar oleh Ayah, Bunda dan Disya.

"Liatin siapa sih Dit?" tanya Bunda.

"Eh, ga-gak kok Bun," jawab Dita gugup.

"Anjirrr, kenapa gue ngebayangin kalau itu si kutub, udah gak beres nih mata sama otak." ucap nya dalam hati.

Ke empat nya melanjutkan makan nya yang sempat tertunda, karena ulah Disya yang terlalu bar-bar.

Dengan mulut tanpa berhenti mengoceh, Disya masih saja membicarakan dua cowo yang duduk jauh di depan nya, dengan satu cowo yang menghadap dirinya, dan satu lagi, yang membelakangi nya.

"Rey, lo yakin nih, gak mau bantuan dari gue." tanya Dion.

"Gak usah aneh-aneh deh, kak." tegur Rey.

Yang Dion tahu, jika Rey sudah memanggilnya dengan sebutan kak, itu artinya dia benar-benar tak nyaman dengan sikap nya.

"Ya udah, sana balik gih, kasihan Mamah di rumah sendirian." ucap Dion lalu meninggal kan Rey sendirian.

"Bacot!" ucap Rey, dengan mata yang menatap Dion tajam.

//Luwis

Ke dua kaka beradik yang sedang bercanda penuh hangat, sangat terlihat bahagaia terlihat dari raut wajahnya.

Ayah dan Bunda nya, sudah pulang lebih dulu karena Ayah nya ada beberapa kerja an yang mendadak.

Namun tawa Dita terhenti, kala matanya melihat sosok cowo yang paling ia hindari dan ia takuti.

CERITA CINTA SMA (END) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang