Takdir terimakasih sudah menganugerahkan dia untuk melengkapi kehidupan ku. Melengkapi separuh ibadah ku, melengkapi kekosongan hati yang mudah merapuh ini.
Dita terus saja tersenyum di samping suami nya, bahagia, sungguh hari ini Dita sangat bahagia. Bagaimana tidak, hari ini Dita dan Rey akan berkonsultasi kedokter kandungan, keduanya duduk mengantri dengan wajah yang penuh semangat.
"itu kan Dita sana Rey, ngapain di poli kandungan." Gumam salah satu remaja yang kebetulan sedang menjenguk saudara nya.
Tanpa keduanya sadari remaja itu memotret keduanya saat hendak masuk kedalam poli kandungan.
"Berita besar ini."
Rey dan Dita tersenyum penuh harap. "Bagaimana dok, apa semuanya baik-baik saja?"
Dokter itu pun tersenyum kearah keduanya, "Apa kalian sudah menikah?"
Rey dan Dita saling pandang, "Iya dok, kita sudah menikah." Jawab Rey.
"Selamat yah, istri anda sudah mengandung."
Rey dan Dita melotot kan mata nya kaget, "Apa! Dita hamil."
"Dok, apa gak salah?" Tanya Rey lagi.
"Tidak, istri anda memang sudah mengandung."
Dita menangis haru, niat awal keduanya datang bukan untuk memeriksa kandungan tapi hanya berkonsultasi mengingat usia Dita yang masih sangat remaja.
Rey dan Dita keluar dari poli kandungan dengan wajah yang sumringan Rey tak hentinya menciumi pucuk kepala istrinya dan mengucap syukur, Rey juga terus mengelus perut Dita yang masih rata.
"Kamu harus banyak istirahat, gak boleh cape yah?" Ujar Rey.
"Iya,"
"Untung saja, kita sudah UN jadi kamu bisa fokus sama kita."
"Iya yah, gak kebayang kalau aku masih mikirin UN pasti waktu nya bener-bener kebagi." Balas Dita.
"Duta hamil." Gumam seseorang yang terus saja menguping pembicaraan keduanya.
•••••••••
Kebahagiaan apa lagi yang kurang dalam hidup seorang Anindita, suami yang selalu siaga, bertanggungjawab, dan juga selalu ada di saat dia membutuhkan nya, belum lagi keluarga yang selalu mensupport Dita dan teman-temannya yang selalu siap untuk nya.
"Apa!? Lo serius, beneran? Lo hamil!!" Tanya Gina dengan mata yang melotot kaget."Bukan nya bagus yah, kalau Kak Dita hamil. Kan ada suami nya gak apa-apa, kenapa malah Kak Gina syok." Ujar Dini.
Saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Rey dan tentunya karena undangan dari tuan rumah.
Dimas membekap mulut Dini, lalu berbisik, "Mending diem, lo kan masih di bawah umur."
"Yeay!! Gue mau punya ponakan." Seru Bisma dengan wajah yang berseri.
"Doa in yah, semoga semuanya baik-bain aja."
"Untung hamil nya udah UN, tinggal nunggu kelulusan, kalau belum UN gimana nasib nya Dita." Cetus Dimas.
"Aku jadi sedih deh. Kalau kalian udah lulus nanti, pasti akan semakin sulit ketemu sama kalian terutama kak Bisma." Ucap Dini dengan wajah menunduk sedih.
Dimas mengerutkan kening nya, "Kenapa jadi Bisma!?"
"Kan, Kak Bisma yang mau kuliah jauh. Kalau kak Dim kan masih di Indonesia masih bisa Dini cari." Balas nya.
"Jadi lo mau gue pergi jauh kaya Bisma, biar lo juga kesulitan gak bisa ketemu sama gue!?"
"Kak Dimas kenapa sih!? Marah-marah mulu."
"Udah lah Dim, anak orang entar nangis." Lerai Rey.
Sebenarnya Rey tahu kalau Dimas sedang cemburu dengan perkataan Dini barusan, hanya saja dia masih meninggikan ego nya.
"Gue berasa lagi di rebutin sama cewek-cewek anjir!" Ujar Bisma.
"Bisma!!" Sentak Gina. "Diem aja biarin."
Bisma menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
"Dim, kalau suka bilang, apa gak sakit kalau nanti dia nya lari kelain hati." Ucap Dita.
"Bumil yang angkat bicara Dim, gue sih kalau jadi lo nurutin aja ngeri kalau udah badmood." Ucap Rey.
Dimas menarik nafasnya lalu membuang nya kasar, matanya melirik kearah Dini yang sedang cemberut dengan mata yang mengalihkan pandangan nya kearah lain.
"Udah gak usah kaya anak kecil deh! Apa perlu gue cium lo di depan teman-teman gue!?"
"Kak Dimas!!"
Dimas langsung mendapatkan pukulan bantal dari Dita dan Gina.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA CINTA SMA (END) REVISI
Teen Fiction𝗥𝗮𝗻𝗸_𝟭#𝘁𝗲𝗲𝗻𝗳𝗶𝗰𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗥𝗮𝗻𝗸_𝟭#𝘀𝗲𝗸𝗼𝗹𝗮𝗵𝗮𝗻 𝗥𝗮𝗻𝗸_𝟮#𝘁𝗲𝗲𝗻𝗹𝗼𝘃𝗲 Bagaimana jadi nya, kalau gadis yang periang, lincah dan murah senyum, harus di pertemu kan dengan cowo yang cool, cuek, smart dan pendiam. akan kah mere...