Jika ada pilihan lain, maka Dita akan memilih untuk tidak menjatuh kan hatinya kepada sosok dingin, cuek, dan bermulut pedas seperti Rey.
Ia duduk di balkon kamarnya dengan lutut yang ia peluk untuk di jadikan sandaran dagunya.
"Kenapa, harus dia yang mampu, menumbuhkan rasa ini kembali," ucap nya dalam hati.
Senja mulai menampakan wujudnya, menandakan hari mulai berganti menjadi gelap.
Dita menatap langit senja dari balkon kamarnya dengan posisi yang masih sama.
Kata-kata Rey, masih terngiang di telinga nya dengan begitu jelas, bahkan tanpa di ingat nya pun, masih terasa menanjab di ulu hatinya dan berputar di telinga nya.
"Kenapa harus lo, yang gue suka." gumam Dita.
Dita menyandarkan tubuhnya di tembok, dengan posisi duduk, lalu yang tadi nya memeluk kakinya erat, kini beralih menjadi meluruskan kan kakinya melipat kedua tangannya di dada.
Tok tok tok
Pintu kamarnya terbuka menampilkan 3 manusia yang selalu merusuh di hidup nya, namun mampu memberi sedikit kecerian an yang tenggelam karena sakit.
Dimas, Bisma, dan Gina, tersenyum begitu manis kala melihat Dita yang menatap nya sayu.
Dimas mendekat lalu menempelkan punggung tangannya ke jidat Dita, memastikan kalau sahabatnya ini tidak apa-apa.
"Gak demam, tapi kok pucet?" tanya Dimas.
"Lo belum makan yah?" tanya Gina.
Dita menggelengkan kepala nya, lalu beranjak duduk di ranjang tempat tidur nya.
Bisma membiarkan pintu kamar Dita terbuka lebar.
Lalu ia duduk di sofa kamar Dita sambil memakan cemilan yang tersedia di meja kamar nya Dita.
"Lo, berdua ngapain? tumbenan amat, mau main ke rumah gue?" tanya Dita.
"Gue di suruh bang Radit, nganterin kaka ipar ke rumah temennya." jawab Bisma, yang masih asyik memakan cemilan.
"Gue, nemenin Bisma ke sini, kan lo tau, di situ ada Bisma, disitu juga ada gue."ucap Dimas cengengesan sambil ber tos ria dengan Bisma.
Dita memicingkan mata nya menatap Dimas dan Bisma bergantian.
"Lo berdua, normal kan?" tanya Dita.
Bisma dan Dimas melototkan mata nya ke arah Dita,"jangan ngadi-ngadi mbak nya! gini-gini juga masih suka yang kinyis-kinyis," protes Bisma.
"Tau! sembarangan tuh mulut, mentang-mentang punya sendiri," cetus Dimas.
"Ya iya lah, DIMAS! ya kali, mulut nya Dita pindah haluan jadi mulut nya lo." cibir Gina.
Semua tertawa terbahak, mendengar canda an yang di lontar kan oleh mereka secara bergantian.
//cafe_Rey
Rey duduk di bangku kebesaran nya, ia memainkan pulpen nya di atas meja kerja nya.
Raga Rey berada di sini, namun jiwa nya terasa berlarian, karena dalam lubuk hati nya terbesit rasa bersalah sejak kejadian tadi siang di sekolah.
Rey sendiri bingung dan tak mengerti dengan perasaan nya.
Semakin ia menjauh, semakin ia mencoba mengubur dalam perasaan nya, justru semakin dalam pula ia merasakan nya.
Terdengar hela an nafas panjang, hela an nafas frustasi, kenapa harus dia yang mampu merubah hati Rey.
"Gue perhati in, lo dari kemarin-kemarin kaya nya frustasi banget, ada masalah?" tanya Dion, orang kepercayaan Rey, sekaligus kaka sepupu nya yang selalu membantu semua perusahaan dan cafe nya Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA CINTA SMA (END) REVISI
أدب المراهقين𝗥𝗮𝗻𝗸_𝟭#𝘁𝗲𝗲𝗻𝗳𝗶𝗰𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗥𝗮𝗻𝗸_𝟭#𝘀𝗲𝗸𝗼𝗹𝗮𝗵𝗮𝗻 𝗥𝗮𝗻𝗸_𝟮#𝘁𝗲𝗲𝗻𝗹𝗼𝘃𝗲 Bagaimana jadi nya, kalau gadis yang periang, lincah dan murah senyum, harus di pertemu kan dengan cowo yang cool, cuek, smart dan pendiam. akan kah mere...