EMPAT PULUH TUJUH

199 22 4
                                    

Kenyataan dan pengalaman, kamu hanya memiliki foto dan kenangan nya, aku berharap. aku bisa memiliki orang nya dan masa depan nya.

Decakan keluar dari bibir mungil gadis yang sedang berjalan di trotoar menuju komplek perumahan.

Tin tin tiin.

"Iieh. nih orang buta apa bagaimana sih. gak liat apa, gue udah jalan di pinggir gini." gerutu Disya.

Mobil berwarna hitam yang sangat familiar di mata Disya berhenti di samping jalan, "Heh, bocil. ngapain lo, ngegembel?" tanya Dion.

Yah, pelaku yang menelakson tadi adalah Dion.

"Mata lo buta, haa!!! cewe secakep gue lo katain gembel."

"Ups. cakep sih, kalau gak di liat." ejek Dion.

Disya berjalan mendekat ke arah mobil Dion lalu menendang nya dengan keras.

"Lo pergi sekarang atau, gue ancurin mobil lo." ancam Disya.

Dion panik lalu turun mendekat ke arah Disya, "lo gila, waaah.... lecet nih, mobil gue."

"Bodo amat." jawab Disya dengan nada judes, lalu pergi.

"Dasar cewe gila."

•••••••

Seperti biasa ketiga remaja SMA saat ini sedang berkumpul di apartemen Dimas.

Dimas yang sedang duduk di kursi menghadap jendela luar, sambil memangku gitar kesayangan nya.

"Request Dim," usul Bisma.

"Gak-gak, jangan nyanyi Dim, telinga gue lagi pengin yang hening." protes Rey.

Bisma melempar kulit kuaci ke arah Rey, "Mentang-mentang udah balikan sama mantan songong." Cibir Bisma.

Dimas menaruh gitar ke kursi lalu memandang lekat ke arah Rey, "sekali lagi, lo kaya gini Rey, gue pasti in muka ganteng lo ancur di tangan gue."

Rey berdecak, "Tenang aja bro, gue gak mungkin melakukan kesalahan yang sama."

"Si lampir gimana kabar nya yah?" tanya Bisma.

Dimas dan Rey beralih melakukan kesibukan lain, enggan membahas soal Yumna.

"Hallo epribadeh..!!" sapa Dion, saat memasuki apartemen Dimas, lalu di belakang di susul dengan tiga gadis yang menjadi primadona nya mereka.

"Liat, gue bawa apa nih?" tanya Gina, sambil menggoyang-goyang kan plastik di kedua tangan nya.

"Waaah, makanan, tau aja lo kaka ipar kalau gue lagi laper."

Disya menatap mereka secara bergantian lalu menepuk tangan nya.

"Pengumuman guys!!"

Fokus mereka beralih ke arah Disya. Disya tersenyum ke arah mereka lalu menarik nafas nya dalam, ini adalah keputusan nya yang tepat.

"Lusa, gue udah balik Australia."

Hening, mata mereka terarah ke Disya yang sedang tersenyum.

"Lo apa-apa an sih, kok gue gak tau."

"Prank lo murahan bocil. Aaaah..., gue poles nih kepala lo." protes Bisma.

Disya menggeleng, "gue serius, lusa gue udah balik lagi ke Australia, dan gak tau balik ke sini lagi atau gak."

Dion berdiri lalu menarik lengan Disya menyeret nya keluar apartemen Dimas.

"Apa an sih lo kaka tua, lepasin tangan gue sakit. gila lo yah."

Mereka yang berkumpul di dalam apartemen Dimas saling pandang, Dita hendak beranjak mengejar keduanya namun di tahan oleh Rey.

"Jangan ikut campur, biarin aja."

Gina mengetuk-ngetuk dagu nya, "ck. gue rasa si Dion demen deh, sama sepupu lo Dit."

Dimas mengelus kepala Gina lembut seolah dirinya kucing, "Pinter, kenapa lo telat mulu yah, soal kepeka an. heem...," Ucap nya geram.

Gina menepis tangan Dimas kasar, "Mulut lo, gue tabok nih."

****

Jangan menjamin kebahagiaan orang lain sebelum kamu menjamin kehidupan mu sendiri.

Jangan terlalu mementingkan kehidupan mu sendiri, karna ada aku. yang membutuhkan senyum mu menjadi semangat ku.

Cobaan dalam kehidupan manusia memiliki rumus nya masing-masing, rumus rumit. rumus ringan. namun sebagai manusia terkadang merumitkan hal-hal yang ringan, terkadang juga sebalik nya, persoalan yang rumit justru menjadikan nya hal-hal yang ringan.

"Tuhan maha baik yah Rey."

Pasangan remaja yang kini sedang duduk di atas rumput taman, memandang ke atas langit malam yang di hiasi bulan dan bintang.

"Hem, Tuhan menguji umat nya tak lebih dari kemampuan nya." jawab Rey.

Dita menyandarkan kepala nya di pundak Rey, "Jangan pergi lagi Rey." pinta Dita.

Tangan Rey memeluk tubuh Dita dari samping, "Seharusnya aku yang bilang gini ke kamu, sayang." ucap nya lembut.

"Karena aku selalu ada di dekat kamu, aku gak mungkin pergi ninggalin kamu, karna kamu. aku bahagia." imbuh Rey.

"Bodoh nya aku, kalau aku pergi ninggalin kamu yang begitu sayang kepada ku, dan kamu. orang yang paling aku sayang." ucap Dita.

Rey memandang wajah kekasih nya lekat, wajah kedua nya semakin dekat hanya tersisa beberapa senti. Dita memejam kan mata nya.

"Hayo, loooh..!!"

Dita dan Rey kelabakan, karena kaget dan malu, "Lo pada ngapain sih, ganggu aja." umpat Rey.

Pipi Dita sudah bersemu merah, hawa panas menjalar di tubuh nya.

"Dih, si Dita pipi nya merah," ledek Dimas.

"Hahahahaha. ciieeeee.... gak jadi." ledek Bisma.

"Lo berdua, gue tendang yah." ucap Rey kesal.

"Awas, jangan di gelap-gelap an bahaya, setan nya ada dua." Sindir Radit yang baru saja datang ikut berbagung bersama mereka.

"Maksud lo, kita bedua Bang?!" tanya Bisma sambil menunjuk dirinya dan Dimas bergantian.

"Wah...! mentang-mentang kita doang Bis, yang jomblo se enak jidat nih orang ngatain kita setan." cerca Dimas.

Radit melempar dua minuman ke arah Dimas dan Bisma.

"Gue rasa, lo harus buat alasan ke orang tua lo Dit, karena malam ini Disya gak pulang." ucap Radit sambil tersenyum.

"Haa. emang tuh, anak kemana?" Radit mengedikkan bahu nya, "di bawa kabur Dion kali." Jawab Radit santai.

****

CERITA CINTA SMA (END) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang