Maap typo.
*
*Kini Abi juga Vanka sudah berada di depan mall tetbesar di kota tersebut. Abi menyadari saat Vanka tidak berada di samping.
Abi mendengus lalu menoleh kebelakang menatap gemas Vanka. "Lo ngapin diem disitu!?"
Vanka tersadar dalam lamunannya kemudian berjalan menuju Abi berada, "Gue lagi mikir. Ntar mau beli apa ya?" ucap Vanka menatap langit sedang berpikir.
Pletak.
Abi menyentil kening Vanka.
Vanka menatap tajam Abi seraya mengusap keningnya.
Abi terkekeh lalu meraup wajah Vanka kasar.
"Abi!" pekik Vanka kesal lalu mengembungkan pipinya.
Abi terkekeh melihat ekspresi kesal Vanka yang semakin membuat Abi gemas lalu mencubit pipi Vanka.
Vanka geram sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal, "Iiiis Abi ..." rengek Vanka dengan mata berkaca-kaca.
Abi gelagapan melihat Vanka yang hendak menangis. Abi menepuk-nepuk pelan puncak kepala Vanka saat gadis itu tangisnya histeris.
"Udah-udah, gue minta maap. Lo nya gemesin sih," dengus Abi membuat Vanka semakin histeris.
"Huaaaaa Abi jahat!" tangis Vanka kencang membuat para pengunjung mall menatap mereka.
"Mas! Itu Adeknya kenapa? Kok nangis?" tanya Ibu-ibu di depan mereka.
Abi tersenyum, "Es krim nya jatuh, Bu," jawab Abi, wanita itu mengangguk lalu pergi.
"Bang, Adeknya gue bawa pulang ya?" celetuk laki-laki tersebut. Perempuan selaku kekasihnya yang di sampingnya membulatkan mata lalu menjewer telinga laki-laki tersebut.
"Heh bagong! Bisa-bisanya lo bilang gitu di depan gue! Mau gue mutilasi lo!" emosi perempuan tersebut lalu mereka beranjak dari sana.
Vanka masih menangis menatap Abi, "Hiks hiks Abi jahaat! Vanka marah!"
Kumat! Batin Abi lalu membuang napas kasar menatap Vanka miris.
"Utututu sini-sini peluk," ucap Abi merentangkan kedua tangannya.
Perlahan Vanka berjalan menerima pelukan Abi, tangisnya mulai mereda.
Abi mengusap kepala Vanka, "Udah ... Cup-cup cantiknya Abi gak boleh nangis, ntar cantiknya ilang loh ... "
Spontan Vanka melepas mereka kasar, "Jadi maksud lo gue jelek kalo nangis!" marah Vanka.
Abi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Gue beliin lo puding mangga deh."
Seketika tangis Vanka berhenti, dengan mata berbinar menatap Abi. "Beneran?" antusias Vanka jingkrak-jingkrak.
Kumat nih si Vanka manjanya, batin Abi menatap Vanka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Vanka (END)
Fiksi RemajaSEQUEL UDAH DI UP! __ Semula hidup Vanka terasa damai dan sempurna di sayangi orang-orang disekitarnya. Dan perlahan sebuah kebenaran mulai terungkap. Kenyataan bahwa dirinya bukan anak kandung dari orang tuanya, yg ternyata memiliki orang tua ka...