TV20 || mansion Laksamana

3.9K 404 6
                                    

Maap typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maap typo.
*
*

Terlihat gadis cantik dengan sejuta talenta tengah terbaring lemah di atas brankar di bantu dengan alat pernapasan.

Gadis tersebut adalah Vanka.  Dari kemarin Vanka belum juga sadar. Dokter memyatakan bahwa Vanka koma karena benturan di bagian kepala yang sangat keras.

Ruangan itu penuh dengan para sahabat dan anggota Vanka. Juga orang tua Vanka dan Abi.

Sedari awal Vanka masuk rumah sakit hingga saat ini,  Abi terus menemani Vanka. Sudah 1001 cara untuk membujuk Abi untuk makan, istirahat, namun tetap saja di tolak.  Mami Abi juga sudah putus asa. Jujur sangat prihatin melihat anak semata wayangnya tak berdaya seperti ini.

"Nak, Mami bawain makanan kesukaan kamu ya? " bujuk Mami Abi.

"Iya loh,  kamu belum makan dari kemarin malam sampe sekarang siang," sambung Desty.

Abi terus saja menggenggam tangan mungil Vanka,  hanya menggeleng sebagai balasan.

"Van, kamu mimpiin apa sih? Sampe gak mau bangun?" lirih Abi dengan suara seraknya.

Abi mengusap-usap pipi Vanka, "Van... Cepetan bangun, kata Kak Indah pohon mangga depan rumah buahnya banyak, kamu gak rindu manjat kah? " gurau Abi tertawa hambar.

Hati Mami Abi semakin teriris kala melihat putra semata wayangnya hancur.

Ceklek.

Pintu ruangan terbuka, terlihat Alin, Adam dan juga Indah menghampiri mereka. "Assalamualaikum, " salam mereka bertiga.

"Waalaikumsalam, " jawab mereka bersamaan.

Alin menghampiri Desty dan langsung memeluk erat sahabatnya itu,  "Gue kangen banget sama lo, Des! Gue kira lo udah gak ada." lirih Alin terisak.

Desty tersenyum membalas pelukan tersebut,  "Gue seneng kita ketemu lagi,  makasih udah besarin anak gue menjadi wanita kuat dan hebat, " isak Desty mengusap punggung Alin.

"Lingga? kenapa ini bisa terjadi? " lirih Indah menatap sendu Vanka.

Lingga tersenyum tipis kearah Indah,  "Udah takdir,  Ndah, " jawab Lingga tenang.

Brak

Pintu ruangan Vanka di dorong kasar.  Terlihat Bulan dengan napas terengah-engah menghampiri brankar Vanka.

"Hiks hiks, apa yang terjadi dengan Vanka,  Ling?  Hiks ken-kenapa Vanka bisa kay-yak gini? " tangis Bulan menatap sendu Vanka.

Lingga menghampiri Bulan dan memeluknya erat, "Lan? Ini udah takdir dari yang maha kuasa, kita doain Vanka cepet sadar Ya?" ucap Lingga lembut.

Bulan mendongak menatap Lingga.  Karna tinggi Bulan yang hanya sedada Lingga membuatnya mendongak.

"Aku gak tega hiks hiks liat,  Adik kesayangan hiks aku hiks kaya gini,  Ling? " lirih Bulan menatap manik mata Lingga.

Transmigrasi Vanka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang