Bagian 03

2.9K 278 42
                                    

Lagi fokus sama ff ini, jangan lupa vote dan komennya!

Yang sider moga pas jalan kesandung e'ek.








Acara majelis taklim berlangsung ramai di sebuah masjid besar pusat kota, Juna diundang untuk ceramah di sana. Tena juga ikut dan memakai satu set gamis syar'i yang dibelikan oleh Juna, berwarna hitam senada dengan jubah yang Juna pakai sekarang. Ketika sesi tanya jawab, seorang wanita bertanya pada Juna.

"Bagaimana pendapat Ustadz tentang umat muslim yang mendukung hal menyimpang, misalnya mendukung penyuka sesama jenis?"

Juna otomatis melirik istrinya, Tena menunduk. Kenapa juga Juna harus melirik ke arahnya dulu.

"Dalam Islam, mendukung segala jenis penyimpangan berupa kemaksiatan termasuk dosa. Terutama penyuka sesama jenis ... istri Nabi Luth pun ikut terkena azab karena mendukung kemaksiatan penyuka sesama jenis," tutur Juna.

Tena mengepal tangannya kuat lalu mengangkat tangan. "Saya mau bertanya."

"Silakan," ujar Juna.

"Tidak ada orang yang ingin dilahirkan sebagai gay, lesbian, atau kelainan orientasi seksual lainnya. Yang ingin saya tanyakan di sini, bagaimana pendapat Ustadz tentang hal tersebut? Siapa yang pantas disalahkan atas mereka? Takdir? Atau Tuhan? Kalau penyimpangan tersebut salah besar, kenapa Tuhan menciptakan mereka dalam keadaan seperti itu?"

Semua orang terkejut dengan pertanyaan Tena, bagaimana bisa istri dari seorang ustadz menanyakan sesuatu seakan Tuhan lah yang salah. Juna menatap Tena, yang ditatap balas menatap sengit.

"Tidak masalah mencintai siapa pun. Tidak berdosa juga kalau memang ada kelainan menyukai sesama jenis asal bisa menahan diri dan mau berusaha menjadi normal. Yang salah adalah ketika mereka melampiaskan nafsu ke sesama jenis dan dengan bangga memamerkan hubungan haramnya terutama jika mereka muslim. Allah memang menciptakan manusia dengan nafsu. Namun, barang siapa yang bisa menahan nafsunya dari keburukan, maka dia lah sebaik-baiknya orang beriman."

Tena terdiam, sampai acara selesai ia tetap diam dan Juna memperhatikannya. Ia tahu istrinya itu tersinggung. Juna tak kunjung menyalakan mobil, ia memiringkan tubuhnya menatap Tena yang sibuk dengan ponselnya sambil cemberut.

"Cemberut mulu," tegur Juna. Tena tetap diam, Juna membenarkan posisinya dan menyalakan mobil. "Masih support LGBT?" tanyanya kemudian.

"LGBT gak cuma gay sama lesbi doang, yang mana yang kamu maksud?" tanya Tena sinis.

"Kamu masih baca komik gay dan mendukung pasangan gay yang terang-terangan?" Juna balik menanyainya.

"Apa, sih?! Aku gak ngedukung, cuma toleransi!"

Juna terkekeh. "Kamu paham makna toleransi tidak? Toleransi artinya membiarkan, kamu membiarkan mereka seperti itu?"

"Aku cuma menghargai pilihan mereka."

"Menghargai kemaksiatan?" tanya Juna lagi.

Tena mendengkus. "Itu pilihan mereka, aku masa bodoh."

"Tena, yang namanya hal menyimpang itu tidak bisa dibiarkan," tegas Juna.

"Terus, aku mesti ngapain? Ceramahin mereka? Udah lah, bahasannya agama mulu kalau sama kamu, iya, tahu situ ustadz!"

"Jangan bawa-bawa pekerjaan, saya memberitahu supaya kamu paham dan bisa berubah."

"Ya, terserah!" Tena memalingkan wajah ke arah pemandangan di tepi jalan raya.

---+++---

Ustadz for Fujoshi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang