Bagian 11

2.3K 250 43
                                    

Jangan lupa vomen!













Taya terbangun dari pingsannya setelah beberapa menit. Jefri sudah tidak ada di sampingnya. Taya bangun dari pembaringan dan mengusap wajahnya kasar. Ia mengingat kembali kejadian sebelum pingsan. Di atas nakas, sudah ada ponsel baru. Taya beranjak ke kamar mandi membasuh wajahnya.

Ia keluar dari kamar dan turun ke dapur. Jefri sedang memasak. Melihat istrinya datang, Jefri langsung menghampiri. "Udah bangun, bentar ... aku masak dulu buat kamu," ujarnya sembari mengaduk tumis udang pedas manis kesukaan Taya.

Taya diam dan menuang air putih ke gelas, lalu meminumnya. Ia berjalan mendekati Jefri, dipandanginya punggung tegap suaminya itu sebelum melingkarkan kedua lengannya di pinggang Jefri dan membenamkan wajahnya di punggung beraroma maskulin tersebut.

"Kenapa, Sayang?" tanya Jefri, tak ada jawaban. Ia segera mematikan kompor karena masakannya sudah masak lalu berbalik. Dengan mudahnya ia mengangkat Taya dan mendudukkannya di atas meja granit. "Ada apa?" tanyanya lagi.

Taya menggeleng, ia pun bingung dengan apa yang ia rasakan sekarang. Agak linglung, tapi perasaannya jauh lebih damai dari sebelumnya. Ia menghela napas panjang lalu memeluk leher Jefri. "Gak apa-apa, Mas," jawabnya.

"Makan siang dulu, ya, aku siapin."

"Aku aja, Mas," Taya hendak turun tapi langsung ditahan oleh Jefri.

"No, i will treat you like a queen ... jadi, diam aja di sini," ujarnya lalu mengecup kening Taya sebelum menyiapkan makanan untuk launch berdua. "By the way ... masalah hape kamu yang aku banting, udah aku ganti. Data bisnis kamu juga udah aku pindah semua ke hape baru. Jangan disalahgunakan lagi hapenya," lanjut Jefri.

Taya mengangguk saja.

Jefri mulai menata makanan di atas meja, lalu menurunkan Taya dari atas meja granit. Mereka duduk berdampingan dan makan siang bersama.

---+++---

Seharian Juna meladeni keinginan istrinya yang aneh-aneh. Mulai dari bermain kuda-kudaan, minta digendong, sampai berbaring sambil menciumi ketiak suami. Untunglah Juna orang yang sangat bersih dan tidak bau badan.

"Lebat ... kayak hutan rimba," ujar Tena sambil memainkan rambut ketiak suaminya.

"Udah belum nyiuminnya?" tanya Juna.

Tena menjauhkan wajahnya dari ketiak Juna. "Udah ...."

Juna beranjak ke kamar mandi membawa gel dan kertas untuk waxing.

Beberapa menit kemudian, ia keluar. Istrinya sudah tidak berada di kamar, Juna memakai kaos oblongnya lalu keluar kamar, mencari keberadaan Tena. Ternyata istri kecilnya itu sedang memasak untuk makan siang.

"Libur akhir pekan mau ke pesantren lagi gak?" tanya Juna tiba-tiba.

Tena menghentikan gerakannya mengaduk masakan. "Ngapain? Kamu kangen sama Ja--"

"Mau ketemu Ayah sama Bunda," sela Juna.

Tena membulatkan bibirnya. "Oh."

"Mau gak?" tanya Juna lagi.

"Iya, mau ... tapi jangan dekatin si J itu, ntar aku ngambek anak kamu aku bawa kabur," ancam Tena.

"Nggak ... siapa juga yang mau deketin dia."

<•><•><•>

Liburan akhir pekan pun tiba, Juna dan Tena pergi ke pondok pesantren Nurul Hidayah untuk menemui ustadz Adnan dan bunda Amirah. Rumah kosong di samping rumah ustadz Adnan akan jadi rumah Juna dan Tena saat mereka menginap di pesantren. Ustadz Adnan sengaja menyuruh Juna dan istrinya tinggal di situ karena ingin agar anak dan menantunya lebih leluasa berduaan tanpa merasa canggung.

Ustadz for Fujoshi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang