Bagian 14

2.3K 260 41
                                    

Bab ini lebih panjang dari biasanya karena dua bab jadi satu.

Jangan lupa votement!







Jam empat subuh, Juna bangun lebih dulu, mandi, lalu membangunkan istri tercintanya. Tena kalau sudah tidur nyenyak biasanya susah dibangunkan. Juna membelai kepala Tena dan mengecup keningnya. "Sayang ... udah subuh, ayo bangun," ujar Juna.

Tena hanya menggeliat lalu memiringkan tubuhnya dan memeluk Juna, menghirup wangi dari parfum yang suaminya pakai.

"Bangun, Cantik ... salat subuh dulu," Juna mencubit pelan pipi Tena.

Tena akhirnya bangun dan mengucek matanya yang masih mengantuk, ia berjalan gontai ke kamar mandi sambil mengikat rambutnya yang berantakan.

Usai Tena mandi, azan berkumandang. Juna bersiap ke masjid, Tena menyalaminya sebelum pergi. Tena juga akan salat berjamaah di musala putri. Di sana, ia tidak melihat Jannah. Mungkin perempuan itu malu karena wajahnya yang bonyok karena ulah Tena kemarin.

Pulang dari musala putri, Tena lanjut belajar mengaji bersama suaminya. Memang beruntung Tena ini, punya suami yang bisa membimbing ke jalan yang benar.

"Bacaannya udah mulai lancar, tiap habis magrib setoran hafalan surah jangan lupa," ujar Juna, benar-benar membuat istrinya sibuk dengan hafalan hingga tak ada kesempatan untuk kembali ke hobi lamanya.

"Yang An-Naba setengah dulu, ya, Ustadz. Kepanjangan soalnya," tawar Tena.

Juna mengangguk. "Iya, gak apa-apa."

Tena tersenyum, ia meletakkan kitab suci di atas nakas, lalu melepas dan menggantung mukenanya. Waktunya memasak, ia bergegas ke dapur, mengecek bahan apa yang bisa dimasak hari ini. Bibirnya mengerucut, hanya ada telur, ia lupa membeli bahan masakan kemarin.

"Kenapa?" tanya Juna yang melihat istrinya cemberut.

"Adanya cuma telur, masa aku masakin kamu nasi sama telur doang?" gerutu Tena.

Juna tersenyum dan mendekati istrinya. "Emang kenapa kalau telur sama nasi doang, Sayang?" ujarnya.

"Gak masalah, sih, tapi ... masa CEO sekaligus ustadz terkenal makannya nasi pakai telur doang?"

"Intinya bisa dimakan dan yang penting Istriku yang masak," jawab Juna.

"Ih, ih ... makin sayang loh aku sama Ustadz gantengku ini." Tena mengecup pipi suaminya, lalu menyiapkan bahan-bahan yang akan ia masak. "Aku masakin nasi goreng aja, ya, biar keliatan berkelas dikit," ujarnya sambil terkekeh, kebetulan bumbu nasi goreng masih ada.

---+++---

Usia kandungan Tena sudah masuk bulan ke tiga, sudah ada perubahan di perut ratanya yang langsing, jadi agak membuncit sedikit. Bobot tubuh Tena juga naik, membuatnya terlihat semakin berisi. Dalam waktu tiga bulan, Tena berhasil menghafal lima juz Al-Qur'an. Ia begitu sibuk dengan hal-hal bermanfaat seperti menghafal surah, mengaji, salat sunnah, belajar menu masakan yang baru, menulis cerita positif, dan tentunya belajar menjadi seorang istri yang baik untuk suaminya.

Semua itu tentunya tak lepas dari pengawasan Juna, ia memastikan istri tercintanya tidak kembali lagi menjadi dirinya yang dulu. Lalu, pertemanan Tena dengan Lucas? Mereka masih bertegur sapa di kampus, Tena sering menyinggung Lucas sehalus mungkin agar pria itu tidak marah. Lucas justru senang ada yang mengajarinya tentang kebenaran, walau dirinya sendiri masih sulit untuk berubah.

Juna mengecup kepala istrinya yang sedang sibuk mengetik, akhir-akhir ini Tena jadi rajin mengetik. Ia menulis cerita tentang dirinya sendiri yang berjudul 'fujoshi's husband'. Tidak ada yang boleh membacanya sebelum Tena menyelesaikan buku tersebut dan akan menjadikan suaminya sebagai pembaca pertama.

Ustadz for Fujoshi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang