Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote dan komen yaaa!
Azan berkumandang dari masjid dekat rumah Juna, pria itu sudah bangun sejak tadi, hanya Tena yang belum bangun. Ia malah menarik selimut dan semakin menutup diri karena hawanya memang dingin usai hujan tengah malam.
"Bangun!" Juna menggoyangkan bahu istrinya. "Salat subuh."
"Males, ah ... orang masih ngantuk!"
Juna menarik selimut dan tangan Tena secara paksa agar terduduk. "Pintar bohong, ya, kamu ... kemarin bilang kalau lagi mens, ternyata tadi malam kamu bersih."
"Bawel! Jangan ganggu, gue masih ngantuk!" Tena hendak berbaring lagi.
Juna menahannya agar tetap duduk. "Bangun saya bilang, ambil wudu!".
Tena berdecak sebal, akhirnya ia beranjak dengan malas-malasan ke kamar mandi. Usai wudu, ia keluar dan tidak menemukan suaminya lagi, Juna sudah berangkat ke masjid. Tena pun menunaikan salat subuh sendirian.
Karena masih mengantuk, ia tertidur lagi di atas sajadah dan masih berbalut mukena. Sampai Juna datang, ia melihat istrinya tertidur pulas di lantai beralaskan sajadah. Juna berjongkok dan membangunkan Tena. "Hei, habis salat subuh jangan tidur."
Tena melenguh dan membuka matanya. "Ngantuk." Lalu terpejam lagi.
"Mau tetap tidur atau saya guyur di sini?"
"Galak banget, sih, lo! Gue masih mau tidur!" sahut Tena lalu berbalik membelakangi suaminya.
Juna memaksa Tena agar bangun dengan mendudukkan gadis itu. Tena yang benar-benar malas bangun dengan sengaja menempel ke tubuh Juna seolah tidak punya tenaga.
"Tidur setelah salat subuh itu makruh, Tena."
Tena mendengkus kesal dan segera beranjak. "Bawel banget lo, ngalahin emak-emak!" gerutunya, lalu melepas mukena dan meletakkannya di kasur begitu saja. Sungguh, matanya masih sangat mengantuk, tapi suaminya tidak mengizinkannya tidur lagi. Tena memutuskan untuk mandi pagi agar kantuknya hilang dan kembali segar.
Usai mandi, ia ke dapur. Tena tidak pandai memasak, tapi bisa. Ia hanya memasak sesuai ide yang ada di kepalanya. Tena melangkahkan kakinya dan membuka kulkas, hanya ada telur dan beberapa sayuran, ia memang belum belanja bahan masakan apa pun sejak tinggal di rumah itu.
Tena memutar lagu di ponsel dan mulai berjoget santai sambil melakukan kegiatannya mengolah masakan. Dia terus berjoget tanpa menyadari kehadiran Juna yang masuk ke dapur dan berdiri dua meter di belakangnya. Tena bernyanyi sambil memegang centong nasi yang berperan sebagai microphone ala-ala.
"Sawarasenaai~ kimi wa shoujo nano, boku wa yarichin bicchi no osu dayo!"
"Aaah ... tsutsumaretai na kimi no nenmaku ni ... fallen ...."
Tiba-tiba lagunya berhenti karena Juna mematikannya. Tena menatap tajam pada suaminya itu sambil berkacak pinggang. "Kerjaan lo bisanya bikin bete orang doang, ya?!"
"Jangan terlalu joget-joget," tegur Juna.
"Kenapa? Nafsu lo lihat gue joget-joget? Lemah banget iman lo."
"Yang sopan kalau berbicara, Tena."
"Salah lo! Gue juga gak bakal nyolot kalau lo gak ngeselin!" balas Tena semakin kesal.
Menghela napas panjang lalu mendekati istrinya. "Kamu masak apa?"
Tena memutar bola matanya malas. "Kan ... langsung aja ngalihin pembicaraan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz for Fujoshi ✓
RomanceApa jadinya jika fujoshi menikah dengan ustadz? Berawal dari pernikahan tanpa cinta yang melibatkan keduanya. Juna, seorang ustadz kondang yang harus menikahi Tena untuk menyelamatkan gadis itu dari kekerasan dan pelecehan yang dilakukan oleh keluar...