Bagian 08

2.2K 239 17
                                    

Jangan lupa votement!!

Hari ke tiga di pondok, Tena masih bermain-main di area pesantren. Ponselnya berdering, Taya dan Wina ingin melakukan video call bertiga.

"Lagi di mana, Ten?" tanya Wina dari telepon.

"Gue di pesantren, liburan sama laki gue," jawab Tena.

"Seru banget kayaknya," imbuh Taya.

Tiba-tiba kamera Taya teralihkan dan terdengar suara laki-laki. Tak lama kemudian, Taya kembali menghadap kamera sambil mengusap lipstik merahnya yang belepotan.

"Abis cipokan lo?" tanya Tena, sedikit memelankan suaranya.

"Biasalah, suami suka bikin lipstik gue berantakan," ujar Taya sambil terkekeh.

Wina mencebik. "Gue juga pengen kissing, tapi belum nikah."

Tena terkikik geli. "Sana ciuman ama bantal!"

Taya pun tertawa terbahak-bahak. "Nikah sama Yahya aja ... hahahah!"

Wina hanya mendengkus sebal, ternyata begini rasanya berteman dengan wanita yang sudah menikah. Tentang Yahya, mereka tidak pernah bertemu lagi setelah pernikahan Taya dan Jefri waktu itu.

Usai mengobrol dengan kedua sahabatnya lewat video call, Tena bergegas ke rumah ustadz Adnan dan masuk ke kamar. Suaminya baru selesai mandi dan hanya memakai handuk di pinggang. Tena langsung mendekat memukul bokong Juna.

"Mau ke mana? Pagi-pagi udah mandi," tanya Tena, masih menepuk-nepuk bokong suaminya.

"Tanganmu," tegur Juna.

"Gak usah pakai baju, gini aja bagus." Tena menghalangi Juna yang hendak mengambil bajunya.

"Aku ada jadwal ngawas santri ujian."

"Ada ceweknya?"

"Ada santriwati sama Jannah juga."

"Harus banget sama dia?"

"Iya, Ayah nyuruh aku sama dia jadi pengawas."

"Ya, udah, pergi aja." Tena langsung bergegas keluar. Kebetulan di depan pintu rumah sudah ada Jannah yang pastinya menunggu Juna.

Tena acuh dan meneruskan langkahnya keluar, ia sengaja menabrak bahu Jannah, membuat wanita itu kesal. Tena bergegas ke kandang kuda, karena masih pagi, di sana sangat sepi. Penjaga kuda pun tidak ada.

Tena mendekati kandang kuda yang terkunci, ia celingak-celinguk mencari kunci. Barang kali kuncinya tidak dibawa. Setelah mondar-mandir di sekitaran kandang, akhirnya Tena menemukan kunci di ventilasi atas pintu.

Atensinya langsung tertuju pada Sabil, Tena masih belum jera dengan kuda hitam itu walaupun sudah membuatnya jatuh kemarin. Ia nekat melepas tali kekang dari tiang dan menarik Sabil keluar dengan hati-hati agar tidak mengamuk, Tena mengelus leher kuda tersebut dan membawanya ke pinggir lapangan yang di tumbuhi rumput. Membiarkan kuda itu memakan rerumputan hijau. Tena tersenyum dan terus mengelus punggung Sabil.

"Makan yang banyak, Ganteng, jangan marah-marah lagi," ujar Tena.

Di rumah, bunda Amirah mengajak sarapan, ia bingung karena menantunya tidak ada. "Istrimu mana, Nak?" tanyanya pada Juna.

"Tadi keluar, Bunda," jawab Jannah yang langsung masuk.

"Keluar ke mana? Ini udah waktunya sarapan," ujar Ustadz Adnan.

"Sebentar, saya cari dulu." Juna beranjak dari sana.

Jannah mendengus kesal, padahal ia sudah senang akan sarapan bersama tanpa Tena.

Ustadz for Fujoshi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang