Bagian 22

1.9K 220 63
                                    

Jangan lupa votementnya!

Happy reading!!




Beberapa tahun kemudian, Tena sudah sukses menjadi wanita karir. Ia bekerja sebagai sekretaris pribadi di perusahaan suaminya sendiri. Chandra sudah masuk SMA kelas dua, gadis belia itu sebentar lagi akan menjadi kakak karena Tena sedang mengandung calon adiknya.

Hari ini adalah hari pertama Chandra masuk sekolah setelah libur semester, kabarnya, akan ada siswi baru yang akan masuk.

"Cantik, pinjam pulpen," ujar anak laki-laki yang duduk di belakang Chandra.

"Lo gak punya pulpen, ya? Tiap hari minjam, nih, buat lo aja, gak usah dibalikin!" ujar Chandra sambil memberikan pulpennya. "Nama gue Chandra, bukan cantik."

"Iya, tahu. Tapi gue mau manggil lo cantik."

"Terserah lo," final Chandra.

Anak laki-laki itu tak lain adalah Mujahid, putra sulung Jefri dan Taya. Pasangan itu sudah punya empat anak, Muja, Juan, dan Satria, serta Bulan yang menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga tersebut. Saat ini Taya sedang hamil lagi anak ke lima karena tragedi kondom bocor.

Tak lama kemudian, guru masuk ke kelas mereka bersama seorang siswi baru.

"Selamat pagi, anak-anak."

"Pagi, Bu."

"Hari ini kalian kedatangan teman baru, Jihan, silakan memperkenalkan diri ke teman-teman barumu."

Gadis itu melambaikan tangannya pada seisi kelas. "Halo, nama saya Jihan apriliani mutia, biasa dipanggil Jihan. Saya dari SMA Nusa, Yogjakarta."

"Baik, Jihan. Silakan duduk."

Jihan celingak-celinguk, Chandra langsung akan tangan dan mengisyaratkan agar Jihan duduk di sebelahnya. Gadis itu tersenyum dan langsung berjalan ke arahnya lalu duduk di samping Chandra.

"Terima kasih," ucap Jihan.

Chandra mengangguk dan mengulurkan tangannya. "Gue Chandra."

Jihan membalas uluran tangan tersebut. "Jihan, salam kenal."

"Oke, sebelum memulai pelajaran, ibu akan membagikan kelompok untuk mengerjakan tugas. Kelompok tentukan sendiri, satu kelompok tiga orang," ujar guru tersebut.

"Gue sama lo," celetuk Muja sambil menyentuh bahu Chandra dengan pulpen.

"Gue sama Jihan," balas Chandra.

"Satu kelompok tiga orang, pokoknya gue sama lo," Muja tak mau tahu.

"Serah!" ujar Chandra.

---+++---

Hari Minggu, Chandra menelepon Muja berkali-kali. Sebelumnya ia sudah menelepon Jihan untuk mengerjakan tugas sore ini di rumah. Hampir sepuluh kali ia menelepon, panggilan ke sembilan akhirnya diangkat.

"Assalamualaikum, habis Ashar ke rumah gue, nugas," ujar Chandra to the point.

"Waalaikumsalam, ya," jawab Muja lalu memutus sambungan telepon.

"Dasar gak sopan!" gerutu Chandra.

Sorenya setelah Ashar, Chandra menunggu teman-temannya datang. Tiba-tiba sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumahnya, senyum Chandra merekah saat seorang pria itu turun dari mobil, sosok yang sudah ia anggap seperti ayah sendiri, Lucas.

"Ami Lucas!" seru Chandra.

"Assalamualaikum," salam Lucas.

"Waalaikumsalam, masuk, Ami." Chandra mengajak Lucas masuk. "Abi, Umma, ada Ami Lucas!" serunya dari ruang tamu.

Ustadz for Fujoshi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang