Bagian 13

2.2K 251 33
                                    

Alhamdulillah, update lagi.





Juna sedang menemani ustadz Adnan ke toko bangunan, memesan bahan-bahan bangunan karena gedung pondok akan ditambah dan diperbesar lagi. Tena di rumah bersama bunda Amirah. Ia sedang belajar membuat kue bolu. Saat sedang asyik-asyiknya membuat kue, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Tena bergegas membukakan pintu, senyumnya langsung hilang dan berganti dengan tatapan tidak suka saat melihat siapa yang datang, Jannah.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Tena ketus.

"Assalamualaikum," salam Jannah agak dinyaringkan agar bunda Amirah dengar.

"Waalaikumsalam, eh ... Jannah, masuk, Nak!" ajak Bunda Amirah.

Jannah tersenyum dan menatap sinis ke arah Tena. Ia masuk dan sedikit menyenggol bahu Tena. Menyebalkan sekali.

"Lagi apa, Ustazah?" tanya Jannah.

"Lagi ngajarin Tena bikin kue bolu," jawab Bunda Amirah.

Tena lanjut memikser adonan sampai mengembang dan menuangnya ke dalam loyang, lalu  memasukkannya ke dalam oven.

"Gimana keadaan keluarga kamu di Makassar, Jan?" tanya bunda Amirah.

"Alhamdulillah, baik, Ustazah. Kadang suka nanyain kapan nikah. Padahal saya masih mau fokus memperbanyak hafalan dulu, nikah, mah ... nanti aja. Takut minder kalau dapat suami yang ilmunya tinggi, sedangkan ilmu saya belum apa-apa," ujar Jannah.

Tena yang sibuk membereskan peralatan pun langsung mematung sebentar. Ia merasa Jannah sengaja menyinggungnya. Bunda Amirah yang melihat perubahan dari gelagat menantunya itu jadi tak enak hati. Namun, Tena dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi tersenyum lagi. "Aku ke rumah sebentar, ya, Bun," pamitnya sambil melepas apron.

"Kenapa, Nak?" tanya Bunda Amirah.

"Aku lupa minum susu," ujar Tena.

"Yang rutin, dong, minum susunya, biar bayi kamu sehat."

"Bayi?" Jannah membeo.

Tena tersenyum. "Kamu belum tahu, ya? Aku lagi hamil anaknya Ustadz Juna," ujarnya sambil mengelus perut.

Jannah terkejut, namun, berusaha mengontrol ekspresinya dan terpaksa tersenyum. "Oh, selamat," ucapnya tak tulus.

Tena tersenyum tipis, lalu kembali menatap sang bunda. "Aku ke rumah dulu, Bun ... assalamualaikum," salamnya sebelum pergi.

"Waalaikumsalam," jawab bunda Amirah.

---+++---

Sorenya setelah Ashar, Tena ke area panahan dan berlatih memanah lagi. Ia sudah agak mahir memanah maupun berkuda. Usai latihan, ia duduk di gazebo bersama Dania dan Salimah. Mereka bercerita diselingi candaan dan sesekali tertawa bersama.

"Kak Tena beruntung banget jadi istrinya Ustadz Juna. Dulu katanya, Ustadz Juna jadi incaran santriwati waktu masih mondok di sini," tutur Dania.

"Penasaran, deh, Kakak gimana ceritanya bisa ketemu sama Ustadz Juna?" tanya Salimah.

"Saya ketemu Ustadz Juna waktu udah resepsi, sebelumnya gak pernah ketemu. Kami dijodohin," jawab Tena.

"MaasyāAllah ... idaman banget, nikah sama orang yang tepat," ujar Dania.

Tena tersenyum. "Hm, kadang minder sama suami sendiri. Saya cuma lulusan SMA, ilmu agama masih sedikit banget, tiba-tiba dinikahin sama Ustadz."

"Ustadz Juna emang gak cocok sama kamu," ujar seseorang, membuat Tena, Dania, dan Salimah menoleh bersamaan. Jannah datang menghampiri mereka.

Ustadz for Fujoshi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang