Bagian 18

2.1K 260 66
                                    

Saya kembali....

Jangan lupa votement, jangan jadi hantu wattpad alias sider!

Fyi, saya bikin cerita pasti selalu happy ending. Karena saya gak suka sad ending. Buat yang gak suka cerita saya yang alurnya simple dan always happy ending, silakan pergi jauh-jauh.

Kalau mau komplain di dm, jangan di kolom komentar.












Juna baru pulang jam sebelas malam, padahal tadinya mau pulang setelah Isya, tapi karena pekerjaannya banyak, jadi tertunda sampai lewat jam sepuluh. Sampai di depan rumah, Juna baru mengecek ponsel. Belasan panggilan tak terjawab dari Tena, Juna tidak mengangkat karena benar-benar sibuk dan ponselnya silent mode.

Dia buru-buru membuka pintu dan langsung bergegas ke kamar. Juna merasa bersalah melihat istrinya yang tidur tanpa selimut dengan pakaian super seksinya. Tena sempat mengirim chat, menyuruh Juna agar cepat pulang karena malam Jum'at. Ia ingin memberikan hak Juna setelah dua bulan masa nifas hingga Juna harus menahan diri dari nganu.

Rupanya Juna kemalaman, Tena sudah tertidur. Juna bergegas ke kamar mandi membersihkan diri.

Tena terbangun oleh Chandra yang rewel, ia mengucek matanya lalu bangun dan beranjak ke baby box mengambil bayinya. Tena menoleh ke kamar mandi, suaminya sedang mandi. Kelihatan karena kamar mandinya transparan berlapis kaca bening dan buram di pertengahannya. Kalau bening semua bahaya.

Juna sudah selesai dan keluar dari kamar mandi kemudian menghampiri Tena yang sedang menyusui Chandra.

"Maaf, aku pulang telat," ucap Juna.

Tena tidak hirau, wajahnya kusut dengan make up yang berantakan. Chandra melepas hisapannya di payudara Tena, tapi masih rewel. Juna langsung mengambil alih bayi itu dari gendongan istrinya.

Bayi itu berpihak pada Juna, begitu digendong olehnya Chandra langsung tenang dan kembali terlelap. Tena pergi ke toilet, menghapus sisa make-up dengan perasaan kesal.

Begitu ia keluar dari toilet, pinggangnya langsung direngkuh. Juna menariknya ke pelukan, mengecup kening dan pipinya. Tena langsung memalingkan wajah saat Juna hendak mencium bibirnya, ia masih kesal.

Juna lantas mengecup dan menghisap pelan leher istrinya. Tena langsung mendorong tubuh suaminya menjauh dan menatapnya kesal. Ia bergegas ke kasur dan menutup diri dengan selimut.

"Aku beneran sibuk, gak ada buka hape sama sekali. Hapenya juga silent, jadi gak tahu kalau kamu telepon, aku minta maaf, ya."

Tena bergeming, Juna mendekatkan tubuhnya dan masuk ke dalam selimut. Ia memeluk Tena dari belakang.

"Besok jadwalku kosong, jalan yuk," ajak Juna.

"Nggak, males."

"Sayang jangan marah-marah ... takut nanti lekas tua," senandung Juna sambil menepuk bokong Tena.

"Diam!"

"Gak mau." Juna menyibak selimut yang menutupi tubuh mereka berdua dan menatap jam, hampir jam dua belas malam. Sebenarnya Juna mengantuk usai lembur, tapi tidak bisa membiarkan istrinya merajuk sampai besok.

Tena terhenyak saat tangan Juna menelusup masuk ke dalam gaun tidurnya. Ia tidak protes, menunggu apa lagi yang akan pria itu lakukan. Tena menggigit bibir ketika tangan suaminya semakin ke atas dan kemudian menyentuh sesuatu di balik bra-nya.

"Udah!" ujar Tena sambil menyingkirkan tangan Juna. "Aku ngantuk," lanjutnya lalu menarik selimut, menutupi wajahnya yang memerah.

Juna kaget mendapat penolakan tersebut, tapi ia diam saja dan melingkarkan kembali lengannya di pinggang Tena, memeluknya dari belakang. Juna mengecup pelipis istrinya sebelum tidur.

Ustadz for Fujoshi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang