Bagian 24

1.6K 177 12
                                    

Double up 24-25

Jangan lupa votement!!

Yang sider moga jempol kakinya kejedot kaki meja.








Tena menghela napas pelan, usia kandungannya tinggal menghitung hari. Ia berjalan-jalan di halaman rumah tanpa mengenakan alas kaki sambil mengelus perutnya yang buncit. Puas jalan-jalan di halaman rumahnya, Tena kembali masuk ke dalam rumah menuju dapur, hendak mengambil minum.

Ia langsung minum segelas air sambil berdiri. Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang, Tena tahu betul itu siapa, sudah pasti suaminya.

"Kalau minum duduk, Sayang," peringat Juna sambil mengelus perut Tena.

"Hehe, lupa," ujar Tena cengengesan.

Juna merasakan tendangan dari dalam perut istrinya. "Bayinya nendang," kata Juna kemudian.

"Akhir-akhir ini dia emang lebih aktif, mungkin udah gak sabar mau keluar," kata Tena.

"Habis lahiran mau ke pondok gak?" tanya Juna.

"Mau!" pekik Tena. "Kangen sama Bunda dan Ayah, sama Sabil juga ...."

"Oke, by the way ... kamu gak mau ketemu sama Mama kandungmu?" tanya Juna lagi.

Tena diam beberapa saat, lalu menghela napas berat. "Mau, tapi aku gak mau ketemu Papa tiriku dan Azka."

"Kalau kamu mau ketemu Mama kamu, aku siap nganterin kapan aja," ujar Juna dan Tema hanya mengangguk.

Beberapa hari kemudian, Tena mulai kontraksi. Ia sudah berada di rumah sakit bersama suami serta anak dan mertuanya. Juna menemani Tena di ruang bersalin, sedangkan yang lain menunggu di luar. Setelah beberapa menit, Tena akhirnya melahirkan bayi kembar. Juna tak henti-hentinya mengucap syukur atas kehadiran dua bayi laki-lakinya yang sehat.

Setelah dipindah ke ruang rawat, Dokter menyerahkan dua bayi kembar secara bergantian untuk diazani oleh Juna lalu diberikan pada Tena untuk disusui. Setelah itu, baru orang tua Juna serta Chandra masuk.

"MasyaaAllah, cucu jiddah," ujar Bunda Amirah sambil menatap dua bayi yang tertidur di sebelah Tena.

"Lucu banget, namanya siapa, Bi?" tanya Chandra ada abinya.

"Haidar muwaffiq amarnath dan Haikal rasydan amarnath," kata Juna.

"Haidar dan Haikal ... semoga menjadi anak yang shaleh ya, cucu njidd," kata Ustadz Adnan sambil mengusap ubun-ubun kedua cucunya bergantian.

"Aamiin," ucap mereka semua.

"Nanti pulang dari rumah sakit tinggal di pondok aja, ya, biar Bunda bantu ngurusin anak-anak kamu," kata Bunda Amirah.

"Kayaknya Bunda aja yang nginap di rumah Juna, nanti tasmiyahan aja baru kita gelar di pondok seperti Chandra dulu," usul Ustadz Adnan.

"Nggak, Yah ... sebelum lahiran aku sama Mas Juna udah sepakat mau tinggal di pesantren sementara biar Bunda gak perlu repot-repot, lima langkah aja langsung nyampe rumah kami," kata Tena.

"Chandra gak keberatan, kan?" tanya Juna pada putrinya.

"Nggak, Bi ... aku malah senang, di pesantren banyak teman," kata Chandra.

"Alhamdulillah kalau gitu," gumam Juna.

---+++---

Beberapa hari kemudian, gema selawat terlantun indah dari area pesantren. Juna sekeluarga sedang melaksanakan aqiqah Haidar dan Haikal. Chandra pun menyumbang satu syair selawat dalam acara tersebut.

Ustadz for Fujoshi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang