19

8.7K 387 0
                                    

"Rei bangun dulu sayang." Amorei merasakan pipinya ditepuk pelan.

"Abim." lirih Amorei. Badannya terasa hangat dan kakinya yang masih terasa nyerinya.

Abim langsung mendekap Amorei dengan erat. Dia merasakan hangatnya tubuh itu saat menyentuh kulitnya. Amorei meremas kaus Abim kencang.

Amorei merasakan kepalanya yang pusing dan pandangannya yang memburam. "Pusing Abim." adu Amorei.

"Badan lo panas Rei." sendu Abim. "Tunggu sini bentar." lanjutnya seraya berlari keluar kamar.

Langkah Abim dengan cepat kearah kamar milik mamanya. Dia mengetuk pintu dengan tidak sabaran.

"Mama, Rei sakit mah."

Tidak lama kemudian pintu tersebut terbuka dan muncul Riska dengan raut khawatir yang terlihat jelas. Riska berjalan kearah dapur untuk mengambil kompresan dan juga obat.

"Panas banget." Riska menyentuh dahi Amorei, merasakan suhu badan Amorei yang tinggi.

Abim membantu Amorei untuk duduk. "Minum obat dulu."

Saat Amorei sudah duduk bersandar, Riska langsung memberi obat kepada Amorei. Dia membantu Amorei minum dengan perlahan.

"Tiduran lagi ya." ucap Riska.

"Abim." panggil Amorei lirih. Abim merasakan tangannya digenggam erat oleh Amorei. Pandangan Abim mengarah pada Amorei yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Cowok itu membalas genggamannya.

Riska dengan telaten mengompres Amorei. Riska menatap Amorei sendu sambil mengelus kepalanya sampai Amorei tertidur lagi.

"Masih ngantuk itu ma, makanya cepet tidur." celetuk Abim mengusap tangan Amorei yang di genggamannya.

"Udah gak papa, nanti kalo dia bangun langsung ajak makan aja." pesan Riska yang diangguki Abim. Riska kemudian keluar dari kamar Abim setelah mencium kepala Abim sayang.

Abim ikut menidurkan dirinya disamping Amorei. Abim memperhatikan Amorei yang sudah tertidur nyenyak. Dia menarik pelan tubuh Amorei kedalam pelukannya lalu dia mengecup kening Amorei. "Cepet sembuh sayang."

.....

Amorei kini tengah duduk tenang dengan tangan yang dia lipat di atas meja makan sambil menerima suapan dari Abim. Suhu tubuh Amorei sudah sedikit mendingan dari tadi siang.

Cewek itu menginap beberapa hari di rumah Abim karena mami dan papinya sedang pergi keluar negeri karena ada urusan pekerjaan. Makanya Riska terlihat sangat merasa bersalah melihat Amorei yang sakit.

"Makan yang banyak ya." ucap Riska.

"Iya mama." ucap Amorei serak.

Dani menahan tawa melihat Amorei yang sedang sakit itu. Tidak seperti biasanya Amorei yang sering mengoceh tidak jelas, kali ini dia sedikit lebih diam. Sejujurnya Dani merasa kasihan tapi dia ingin tertawa mengingat cerita Riska tadi.

"Hayo siapa yang dikejer anjing tadi?" tanya Dani jahil.

"Aku." sahutan dari Amorei membuat Dani tidak dapat menahan tawanya lagi. "Anjingnya nakal tadi sama aku." Amorei cemberut.

"Anjingnya nakal ya, besok papa pukul kalo gitu." ucap Dani bohong. Amorei mengangguk percaya menatap papanya.

Abim mengusap rambut tebal Amorei. "Makanya kalo pergi harus sama gue ." ucapnya.

"Tadi kamu kan lagi tidur." balas Amorei.

"Bangunin lah."

Amorei menatap Abim tidak terima. "Kamu aja tidurnya nyenyak banget. Kasihan lah kalo dibangunin." sewot Amorei.

"Iya iya." Abim terpaksa mengalah karena sedari tadi Riska menatap dirinya tajam.

"Abim kenyang." ucap Amorei membuat Abim melihat kearah piring didepannya. Sudah tinggal sedikit rupanya.

Sebenarnya tadi Abim menambahkan lebih banyak makanannya dari biasa agar Amorei melihat bahwa cewek itu baru makan sedikit.

"Serius ya?" tanya Abim yang diangguki kekasihnya. Abim menghabiskan sisa makan Amorei tadi. Sambil menyuapkan Amorei tadi, dia ikut memakan juga.

Setelah selesai makan, Riska langsung memberikan Amorei obat. Amorei memandang obat itu cemberut.

"Banyak banget." gumamnya.

"Udah minum aja buruan abis itu minum susunya." ucap Abim saat cowok tampan itu membawa segelas susu untuk Amorei.

Tadi dokter pribadi mereka sudah datang untuk memeriksa Amorei. Dokter Dika bilang bahwa demam Amorei ini efek dari kakinya. Dan juga dia memberikan beberapa obat penurun demam dan salep untuk kakinya.

Setelah itu dia berpesan bahwa Amorei harus rutin meminum obatnya agar cepat sembuh dan istirahat yang cukup.

"Nih minum susunya biar gak pahit." ucap Abim.

Amorei dengan cepat meminum susunya saat merasa pahit dimulutnya. Cewek itu sudah meminum semua obatnya. Abim mengusap bahu Amorei agar cewek itu pelan-pelan.

"Pelan sayang."

Uhuk

Uhuk

"Nah kan baru aja dibilangin." Abim menatap Amorei yang tersedak. Amorei memberikan senyum kecilnya kearah Abim.

"Pahit banget geh tadi." ucap Amorei dengan wajah lucunya. Mengedipkan sebelah matanya kepada Abim.

Tidak tahan dengan tingkah cewek itu, Abim langsung memeluk Amorei erat. "Lucu bayii." gemas Abim.

Dani menatap Riska menggoda. "Kamu mau dipeluk juga gak?"

"Udah tua. Inget umur." ketus Riska.

Dani tidak memperdulikan ucapan istrinya. "Bilang aja mau sih." ucapnya memeluk Riska.

"So sweet." ucap Amorei tersenyum senang melihat Riska dan Dani.

"Udah jangan digodain gitu. Mama malu nih Rei." ucap Dani sambil tertawa yang disambut pukulan di lengannya.

TBC

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang