56

5.5K 278 0
                                    

Riska tersenyum saat Amorei terlihat turun dari lantai atas. "Sini sayang makan dulu."

Abim yang baru saja menyelesaikan makannya terhenti saat Amorei berjalan mendekat. Abim menarik kursi untuk Amorei duduk dan segera mengambilkan makan.

Pandangan Riska menuju Abim dan Amorei yang tampak saling melengkapi. Ia tersenyum bahagia melihat Abim nyaman bersama Amorei.

Saat Amorei sudah duduk tepat disamping Abim, Riska memberikan segelas air putih untuk Amorei. "Minum dulu Rei, baru bangun tidur juga kan." Ucap Riska ikut duduk di samping Amorei. Riska mengelus rambut Amorei yang sedikit pirang.

Amorei berucap tulus. "Makasih mama."

Abim mulai menyuapkan Amorei seperti biasanya. Tiba-tiba Amorei menghentikan kunyahannya dan terdiam.

Tapi perlahan Amorei mulai mengunyah lagi dengan raut wajah yang menahan tangis. Matanya tampak berkaca-kaca tapi Amorei tidak ingin menangis di depan Abim maupun Riska. Dia menahan air mata yang akan keluar dari matanya.

"Aaakkk." Abim menyuapkan Amorei. Kening Abim menyerngit, Abim menyadari bahwa nata Amorei berkaca-kaca.

"Kenapa sayang?" Tanya Abim peka.

Air mata Amorei tidak dapat ditahan lagi. "Mami sama papi lagi apa ya?" Cicit Amorei.

Riska terdiam menatap Amorei dari samping. Usapannya pada rambut Amorei pun sempat terhenti. "Kalo menurut mama sih, mami sama papinya Rei lagi romantis-romantisan tuh." Riska menjawab pertanyaan Amorei sebaik mungkin.

"Iya kali ya." Amorei mengangguk polos.

Kali ini Abim menatap Amorei dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Nih makan lagi." Ucap Abim agar mengalihkan Amorei.

Abim mengusap rambut Amorei saat Amorei telah selesai menghabiskan makanannya.  Cowok itu menarik obat dari sakunya, obat itu adalah vitamin milik Amorei. Entah mengapa  sekarang Abim lebih cekatan lagi menjaga Amorei.

"Malem ini mama mau tidur sama Rei boleh gak?" Tanya Riska dengan nada lembutnya.

Amorei berfikir sebentar. "Emang boleh?"

"Ya boleh dong. Mama gemes deh." Dengan gemas Riska mencubit pipi Amorei kemudian memeluknya. Riska mengangguk pelan saat matanya bersisih tatap dengan Abim yang berada di balik tubuh Amorei.

"Abim ikut." Ucap Abim yang langsung dibalas pukulan pelan pada tangannya.

Riska menatap Abim garang. "Ini khusus ciwi-ciwi. Kamu laki bukan? Kalo bukan yaudah ikut sini."

"Gitu amat sih sama anaknya." Abim mencelikkan bibirnya kesal. Amorei mengacak rambut Abim saat kepala kekasihnya berada didekatnya.

"Kalian disini rupanya. Papa udah pulang nih." Sapa Dani dengan jas yang masih melekat pada tubuhnya. Pria itu mencium kening Riska kemudian mulai menyapa Abim dan Amorei.

"Eh ada si cantik disini. Sehat kan Rei?" Dani mengusap puncak kepala Amorei.

Amorei mendongak dan menyalimi Dani sebelum menjawab pertanyaannya. "Rei sehat kok." Amorei memberikan kedua jempolnya.

"Bagus deh." Dani lalu berjalan duduk menuju kursi yang masih kosong.

"Pah, masa nanti mama sama Rei tidur berdua." Adu Abim. "Abim gak boleh ikut masa." Lanjutnya.

"Ngapain kamu mau ikut? Biarin aja mama lagi pengen kali." Balas Dani menahan tawa melihat raut wajah masam Abim. Merasa papanya tidak juga membelanya, Abim beralih pada Amorei dan terus membujuknya.

"Gue mau ikut ih." Ini bukan pertama kalinya Abim merengek kepada Amorei.

Cewek disebelahnya tersenyum manis. "Rei mah ikut mama." Jawab Amorei.

"Kalo gitu kita tidur barengan aja yok berempat sama papa." Usul Riska pada akhirnya. Riska menatap Dani menunggu apakah pria itu mau atau tidak.

"Papa mah ayok ayok aja."

"Yaudah mauu." Semangat Abim. Abim kembali tersenyum cerah tidak lagi menampilkan raut wajah kesalnya.

"Dasar kamu." Dani menggelengkan kepalanya melihat putranya yang tampak berbeda. "Makasih sayang." Ucap Dani saat Riska memberinya piring yang sudah diisi dengan nasi dan lauk.

"Rei papa ada es krim loh di kulkas." Lanjut Dani menunjuk kulkas yang ada dibelakang Amorei. Dani mengkode agar Amorei mengambilnya.

Dengan senang hati Amorei membuka kulkas itu dan tersenyum melihat yang ada di dalamnya. Berbeda dengan Amorei yang tersenyum senang, Abim malah kesal menatap papanya.

"Rei abis sakit tau, pah. Malah disuruh makan es krim." Abim menahan kekesalannya.

Dani tertawa kecil. Abim memang sangat possesive terhadap semua yang menyangkut Amorei.

"Biarin aja Abim. Liat tuh Rei seneng." Kekeh Dani.

"Aku setuju sama Abim." Riska ikut membela Abim.

"Anak sama ibu sama aja."

Kemudian Dani beranjak, pria itu sudah menyelesaikan makannya. Abim dan Riska memperhatikan pergerakan Dani yang menuju kearah Amorei.

"Makan aja yang banyak Rei." Dani menepuk-nepuk kepala Amorei.

.....

Malam ini, terasa ada yang berbeda. Entah mengapa langit malam ini sangat gelap tidak ada satu pun bintang disana. Seorang perempuan duduk termenung di balkon kamar milik kekasihnya.

Matanya menerawang melihat langit di atas sana. Sesekali dia memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

"Rei pengen nangis terus perasaan." Ucapnya pada dirinya sendiri. Tangannya bergerak mengusap matanya yang mulai memburam.

Gadis pemilik wajah manis itu menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan. Amorei terdiam memikirkan beberapa potongan yang dia lalui selama ini.

"Hey bayi." Abim memanggil.

Dari awal Amorei berada disana, Abim sudah memperhatikannya dari dalam. Tapi dia menunggu untuk melihat apa yang Amorei lakukan.

Abim berjalan mendekat. Duduk disebelah Amorei dan langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Amorei. Abim menyenderkan  kepalanya dibahu Amorei. Membuat pipi mereka bersentuhan saat Amorei menoleh sedikit saja kesamping.

"Kenapa hm?" Abim bertanya rendah.

Amorei tersenyum tipis dengan pandangan lurus. "Perasaan Rei kok gak enak ya."

"Sakit ya. Tuh kan gara-gara makan es krim banyak." Abim berkata dengan panik. Raut wajahnya sangat menggambarkan kekhawatiran.

Perkataan Abim membuat Amorei tertawa pelan. "Bukan sakit ih. Panik banget."

"Ya iyalah, gue takut kamu kenapa-kenapa."

"Aku gak kenapa-kenapa Abim." Ucap Amorei. "Rei takut banget orang-orang pada ninggalin Rei sendirian."

Kemudian Amorei menyenderkan tubuhnya kebelakang. Abim merubah posisinya agar Amorei merasa nyaman.

Kini mereka sama-sama diam. Tangan Abim bergerak menggenggam tangan Amorei yang lebih kecil darinya. Angin yang berhembus cukup dingin membesut mereka sama-sama menyalurkan kehangatan satu sama lain.

Abim menunduk. "Lo tau gak?"

"Tau apa?" Tanya Amorei balik tanpa menoleh, karena dia sudah nyaman dengan posisinya.

Abim tersenyum dalam diam. "Tau kalo lo itu termasuk hal yang berharga dalam hidup gue."

Mendadak pipi Amorei terasa panas, untung saja sekarang  sedikit gelap sehingga kemungkinannya kecil Abim akan mengetahui bahwa pipinya memerah.

Amorei berdeham sebelum berkata. "Abim juga tau gak?"

"Tau apa tuh?"

Amorei berbalik dan menerjang Abim kembali untuk memeluknya. Kepalanya dia sembunyikan di dalam dada bidang milik Abim. Jantungnya berdegup kencang. "Tau kalo Abim juga termasuk hal yang paling  berharga dalam hidup  Rei."

TBC

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang