37

6.5K 292 12
                                    

Masih dengan kegiatan yang sama yaitu meniup balon gelembung. Amorei melingkarkan sebelah tangannya di tangan milik Abim dan tangan satu lagi masih memegang benda itu.

Ia sama sekali belum merasa bosan terus memainkannya. Abim hanya diam layaknya patung sambil memegang botol yang berisi air gelembung.

Amorei memberikan benda yang dipegangnya kepada Abim. Dia mengedarkan pandangannya dan melihat masih banyak gelembung yang belum pecah di kamarnya.

"Udah capek lo?" Tanya Abim menaruh mainan gelembung itu di dalam lemari.

Amorei mengangguk lalu menidurkan badannya di atas kasur. Amorei merentangkan kedua tangannya untuk dipeluk.

"Manja lo." Abim mendekat untuk menarik Amorei kepelukannya. Amorei langsung melingkarkan kedua tangan di leher kekasihnya dan juga kedua kakinya di pinggang lelaki itu.

"Biarin lah sama pacar sendiri ini, daripada sama pacar orang." Ucap Amorei mengeratkan pelukannya.

"Heh."

"Abim kalo aku ompong kayak omanya bum bum gimana?" Tanya Amorei pelan sambil memainkan tangannya di dada bidang Abim.

"Kita kan mau sama-sama terus sampe tua. Jadinya gue gak bakal ninggalin lo." Ucap Abim lembut. Mendengar perkataan Abim yang sangat romantis baginya, Amorei semakin menenggelamkan wajahnya di dada kekasihnya.

"Tidur." Abim memerlukan puncak kepala Amorei dua kali.

Amorei menurut, ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Abim. Badannya terus bergerak mencari posisi ternyaman. Seakan tau apa yang Amorei inginkan, Abim mengelus rambut Amorei dan menepuk-nepuk punggungnya.

Cewek manja itu mendongak menatap wajah kekasihnya. "Temenin ya."

"Iya sayangnya Abim." Abim mencium tepat di pipi tembam Amorei.

Abim terus mengelus rambut beserta punggung Amorei. Ia juga menyenderkan kepalanya di atas kepala Amorei. Abim merasa matanya juga mulai memberat ingin segera tidur.

Dengkuran halus milik Amorei terdengar saat Abim hampir memejamkan matanya. Abim menunduk melihat Amorei yang sudah tertidur. Ia mencium puncak kepala Amorei lalu mulai memejamkan matanya.

Sebelum memejamkan matanya, ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah lima sore. Masih lumayan lama waktu untuk mereka tertidur sebelum jam makan malam.

.....

Malam telah menyambut karena matahari sudah terbenam digantikan dengan bulan. Malam yang seharusnya saat tertidur tapi berbeda dengan kedua orang yang baru bangun dari tidur. Abim mengerjapkan matanya berkali-kali menyesuaikan cahaya sekitar.

Abim menoleh ke sampingnya melihat seseorang yang berada dipelukannya. Ia mengusap pipi Amorei yang terasa dingin. Cowok itu memandangi Amorei yang masih tampak ternyenyak dipelukannya dengan wajah polos.

Sebernanya ia tidak tega untuk membangunkan Amorei saat ini, tetapi sudah waktunya makan malam sekarang.

"Sayang bangun yuk." Ucap Abim dengan suara yang serak.

Merasa Amorei tidak mau bangun, Abim mulai menggoyangkan pundak Amorei pelan. "Rei bangun dulu."

Amorei membuka matanya pelan. Cewek itu cemberut merasa kesal karena masih mengantuk. Amorei malah mengalungkan kembali lengannya di leher kekasihnya.

Abim memaksa tubuh Amorei untuk bangkit dari tidurnya. Cewek itu merasa tubuhnya sangat lemas. Dia terdiam beberapa detik hingga matanya berkaca-kaca. Abim meraih tubuh Amorei agar didekapnya, tangannya mengusap punggung Amorei untuk menenangkan. Mungkin faktor baru terbangun biasanya Amorei akan semakin manja.

Abim menenangkan kekasihnya. "Jangan nangis dong." Ia menyembunyikan kepalanya diceruk leher Amorei. Kemudian Abim mencium sekilas lalu menjauhkan kepalanya.

Abim mengangkat Amorei dari depan seakan sedang menggendong bayi. Dengan sigap Amorei melingkarkan tangan dan juga kakinya pada Abim. Abim berjalan keluar untuk turun ke bawah menuju meja makan.

Amorei memposisikan tubuhnya agar duduk nyaman dipangkuan Abim saat cowok itu sudah duduk di kursi.

"Makan yang banyak ya." Pinta Abim mulai menyendokkan nasi dan lauk untuk ditaruh di piring.

Semua menu di meja makan ini hampir semua adalah makanan kesukaan Amorei. Karena Gina tahu jika anaknya itu sangat susah sekali makan jadinya dia selalu memasakkan makanan yang Amorei tidak akan pernah bosan agar menambah nafsu makannya.

Amorei menatap antusias piring yang sudah terisi lauk kesukaannya itu, ia membuka lebar mulutnya menerima suapan dari Abim.

"Hmm enak."

Abim membersihkan noda di dekat bibir Amorei dengan lembut. "Nah makanya makan yang banyak. Nanti mami sedih loh kalo lo gak makan banyak." Ucap Abim.

Cewek itu menangguk semangat. Dia tidak mau melihat maminya sedih apalagi sampai menangis. Amorei sesekali memainkan rambut Abim yang berada didepannya. Duduk dipangkuan Abim memudahkannya untuk memegangnya.

Tiba-tiba Amorei memelototkan matanya tepat dihadapan wajah Abim membuat pemuda itu terkaget sebentar.

"Heh ngagetin aja." Abim meraup wajah Amorei membuat Amorei mengerjapkan matanya lucu.

Amorei menyengir. "Gelembung aku disimpen ditempat yang aman banget kan?" Tanya Amorei sambil mengunyah.

"Iya sayang." Balas Abim.

"Abis ini kita main diluar yok sebentar aja." Pinta Amorei dengan kedua tangannya yang menyatu di depan dada.

Abim mengangguk menyetujui. "Oke." Ucap Abim. "Tapi habisin dulu ya makannya." Lanjutnya.

"Siap bosss."

TBC

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang