42

7.1K 329 10
                                    

"Sayang." Ucap Abim pertama kali saat masuk ke dalam kamar Amorei. Abim mengedarkan pandangannya saat tidak menemui Amorei di dalam kamar itu. Sepertinya Amorei berada di dalam kamar mandi terbukti suara gemercik air dari sana.

Abim duduk dipinggir tempat tidur Amorei setelah meletakkan sekantung cemilan kesukaan Amorei di nakas. Keningnya mengerut saat setengah jam Amorei belum keluar dari kamar mandi.

Cowok itu berjalan pelan menuju pintu kamar mandi dan mengetuknya beberapa kali. "Rei di dalem ya?" Tanya Abim. Abim kembali mengetuk saat tidak ada jawaban. Dia mendorong pelan pintu itu dan terbuka.

"Sayang." Panggil Abim sekali lagi memastikan. Dan masih sama tidak ada jawaban dari gadis itu.

Dengan cepat Abim membuka pintu itu saat suara tangisan terdengar. Badannya mematung melihat keadaan Amorei yang diam duduk dibawah guyuran shower yang mengalir. Abim berlari menuju Amorei.

Ia bergerak cepat mematikan shower. Abim berjongkok dan memastikan keadaan Amorei.

Amorei mengangkat kepalanya dan mata mereka berdua bertemu. "Abim." Lirih Amorei.

"Iya ini gue sayang." Abim memeluk Amorei sebentar lalu menggendong tubuh cewek itu dari sana.

Abim menahan tangisnya saat melihat keadaan Amorei saat ini. Tangannya bergetar menggenggam tangan Amorei. "Sekarang ganti baju dulu ya." Abim memberikan baju kepada Amorei setelahnya cowok itu langsung berjalan keluar.

Amorei mengganti bajunya sambil menangis. Cewek itu membuka pintunya saat ia sudah selesai mengganti bajunya.

Abim berjalan cepat dan langsung memeluk Amorei erat. Matanya memanas menahan air mata yang akan keluar.

"Kenapa sayang?" Tanya Abim dengan bergetar. Abim mengelus rambut Amorei yang basah.

Amorei mencengkam erat kaus yang digunakan Abim. "Abim udah gak marah?"

"Gue gak marah."

Abim menggenggam tangan Amorei untuk menyalurkan kehangatan. Abim menoleh kesamping saat tangis Amorei meluruh. Ia tidak mau melihat Amorei menangis.

Demi Tuhan, Abim sangat benci tangis Amorei. Seharusnya Amorei hanya boleh menampilkan senyuman manisnya.

"Buktinya kamu sampe ngeblok aku?" Ucap Amorei serak.

Abim mengusap wajahnya kasar. "Gue cuman bercanda. Gue kesini mau ngasih kejutan buat kamu tadinya. Tapi rupanya malah aku yang dapet kejutan."

Abim menghapus air mata Amorei dan melihat mata Amorei yang tampak bengkak. "Berapa lama lo nangis?"

Bukannya menjawab Amorei malah kembali bertanya. "Aku nyusahin ya?" Cowok didepannya itu berkaca-kaca mendengar pertanyaan Amorei.

"Sama sekali enggak. Siapa yang bilang kayak gitu?" Tanya Abim menahan tangis.

Air mata Amorei kembali menetes. "Kamu aja bilang capek deket sama aku."

Pecah sudah tangis cowok itu. Baru kali ini dia menangis tepat di depan Amorei. "Itu gak bener sayang. Gue kelepasan."

Senyuman tulus Amorei berikan. "Gak usah merasa bersalah. Bukan kamu doang kok yang merasa aku nyusahin tapi semuanya."

Abim menjatuhkan kepalanya di bahu Amorei. "Gue gak pernah merasa gitu Rei sumpah." Ucap Abim frustasi.

Amorei mengusap rambut hitam milik Abim. "Iya Rei percaya."

Abim bertanya. "Emang siapa yang bilang lo nyusahin?"

Amorei diam dengan tangan yang masih setia mengusap rambut Abim. Tangisnya semakin meluruh saat terus mengingat apa yang dia alami hari ini.

"Siapa Rei?" Abim memegang pundak Amorei, meminta penjelasan.

"Bohongan Abim."

"You lie."

Amorei menggeleng. "Enggak Abim. Aku gak bohong."

Abi memejamkan matanya. "Kita udah lama bareng Rei. Gue tau kamu bohong."

"Kamu juga bohong." Sarkas Amorei. Cewek itu sudah tidak percaya lagi terhadap semua orang.

"Bohong apa sayang?"

Tangis Amorei semakin mengeras akibat ucapannya sendiri. "Kamu bohong kalo bilang aku gak nyusahin."

Abim menatap Amorei sendu. Amorei adalah hal yang paling berharga di hidupnya. "Lo itu anugerah yang paling gue syukuri Rei."

"Rei capek Abim." Amorei merasa tubuhnya mulai tidak enak. Cewek itu menyenderkan tubuhnya pada Abim.

"Ini terakhir kali lo nangis. Janji ya?" Pinta Abim mengusap air mata Amorei.

"Abim juga janji."

"Janji apa hm?"

"Janji gak bakal ninggalin Rei."

Abim mengecup kening Amorei sayang. "Itu udah kewajiban gue."

TBC

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang