53

5.5K 279 6
                                    

Amorei menatap ruangan didepannya lesu. Hari ini Gina mulai berada di rumah sakit untuk mulai pengobatan. Mereka datang lebih awal dari jadwal yang ditentukan karena Gina sudah mulai mengeluh kesakitan. Saat ini wanita itu sedang diperiksa di dalam sana.

Abim mengelus rambut Amorei dan selalu membisikkan kalimat-kalimat penenang. Sedangkan Rio memeluk pundak Amorei untuk menguatkan putrinya walaupun dirinya juga cemas setengah mati.

"Tenang princess." Bisik Rio berulang kali.

Amorei tidak menjawabnya. Dia hanya duduk dengan pikiran yang entah kemana. Raganya memang ada disana tapi jiwanya tidak.

Semuanya berdiri saat dokter keluar dari ruangan itu. Karin kakak dari Rio itu matanya tampak menahan tangis.

"Mami gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Amorei cepat dengan lirih.

Karin mengusap kepala Amorei. "Mami baik-baik aja kok." Suaranya berusaha tenang. Lalu Karin menatap Rio seakan ingin berbicara sesuatu. "Rio ayok ikut aku dulu. Rei tunggu disini dulu ya sama Abim."

"Aku mau ikut." Sela Amorei cepat.

"Sebentar aja ya. Tante mau ngomong berdua sama papi Rei. Oke sayang." Karin berusaha untuk menolak keingin gadis cantik didepannya. Saat mengucapkannya dia selalu menguatkan hatinya agar sanggup mengatakan.

"Rei kita disini aja temenin mami. Nanti mami sedih kalo lo pergi." Ucap Abim berusaha membantu. Abim menarik Amorei untuk mendekatinya.

Amorei mengangguk pasrah. Dan kembali melihat pintu ruangan di depannya.

Tidak ingin kehilangan kesempatan itu dengan cepat Karin mengajak Rio untuk berbicara diruangannya. Mereka berdua duduk berhadap-hadapan, tatapan cemas terpancar di bola mata Rio.

"Jadi gimana kak?" Tanya Rio tak sabar.

"Gina memang pernah melakukan operasi pengangkatan rahim setelah melahirkan Rei. Tapi itu semua gak memungkinkan bahwa Gina gak bakal mengalami kanker ovarium." Jelas Karin dengan hati-hati. Berusaha agar tidak membuat adiknya kecewa.

"Kita udah tau akan hal itu. Disini masalahnya adalah kanker itu udah lumayan parah, Rio." Ucap Karin pada akhirnya.

"Maksud kakak sekarang Gina sakitnya lebih parah?" Rio tidak percaya dengan kenyataan yang diterimanya. Karena selama ini Rio sudah berusaha mencoba mengobati Gina untuk mencegah penyakit itu semakin parah.

Karin menggenggam tangan Rio erat. Killa mulai menangis pelan. "Gina udah stadium tiga."

"Gak mungkin. Artinya dari kemarin pengobatan yang Gina lakuin gak ada gunanya sama sekali? Gina udah sakit selama ini untuk nyoba semua pengobatan."

"Karena pengobatan itu gak bisa nyembuhin secara total. Pengobatan itu cuman memelerlambat atau memang ada yang perlahan sembuh. Tapi Gina rupanya gak cocok dengan semua itu." Rio menangis memeluk Karin erat, pria itu menggeleng seakan semua yang diucapkan Karin adalah kebohongan.

"Kayaknya kakak salah prediksi deh. Coba cek lagi yok." Rio berusaha mengajak Karin keluar dari ruangan itu.

Karin memegang bahu Rio erat. "Kalo kamu kayak gini apalagi Rei. Kamu harus kuat, Rei sama Gina masih butuh kamu buat jadi pelindung mereka." Perlahan Karin mendekap adiknya untuk menguatkan. "Sekarang kita keluar dan berusaha gak ada yang harus dikhawatirkan."

Tubuh Rio lemas dipelukan Karin. Kepalanya terus menggeleng tidak terima.

"Mulai besok kita harus udah ambil tindakan. Masih ada kemungkinan untuk Gina sembuh, kamu harus inget itu." Karin berusaha melakukan semampunya. Padahal dirinya sendiri tidak yakin dengan hal itu.

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang