54

5.3K 276 7
                                    

"Rei sayang mami." Lirih Amorei menggenggam tangan maminya. Hari ini Gina mulai menjalankan kemoterapi. Amorei sedari tadi tidak pernah beranjak sedikit pun dari sana. Cewek itu seakan tidak ingin berjauhan dengan maminya.

Air mata Gina mengalir, dengan cepat ia segera menghapusnya. "Mami juga sayang banget sama Rei." Gina membalas genggaman tangan Amorei erat.

Gina berkata dengan panik. "Rei sakit ya? Badan kamu anget loh sayang." Cukup dia yang merasa sakit sekarang, Gina tidak ingin putrinya ikut jatuh sakit juga karena terlalu khwatir dengannya.

"Rei sehat kok. Ini Rei masih kuat banget." Balas Rei ingin terlihat kuat di depan Gina. Padahal sedari tadi Amorei menahan dirinya yang merasa pusing.

"Jangan sakit dong sayang." Sendu Gina.

Rio yang tadinya tengah fokus pada pekerjaanya kini dengan cepat berjalan menuju dimana kedua orang tersayangnya berada. Pria itu tampak panik saat mendengar bahwa Amorei sakit. Dia tadinya sedang fokus pada laptopnya untuk mengurus beberapa perkerajan.

Tapi sekarang Rio meninggalkannya karena panik. Rio tidak ingin gagal untuk keluarganya.

"Rei sakit ya?" Rio memegang dahi Amorei untuk mengecek suhunya. Dan benar terasa hangat saat tangannya bersentuhan dengan kulit Amorei.

Amorei menggeleng cepat. Dia tidak mau jika disuruh untuk istirahat atau berobat. Amorei tidak ingin berjauhan dengan maminya.

"Ke dokter dulu yok, biar dikasih obat."

"Gak mau papi."

Rio mencium kepala Amorei. Rio sangat tahu bahwa Amorei tengah khawatir dan tidak ingin berjauhan dengan Gina. "Yaudah istirahat dulu yok di sofa." Di ruangan Gina memang tersedia sofa berukuran lumayan besar.

"Rei mau nemenin mami." Cicit Amorei. Amorei menatap Rio memelas berharap papinya tidak memaksanya.

"Minum vitaminnya dulu aja." Ucap Gina mengangguk pelan agar Rio tidak terlalu memaksa Amorei. "Tolong ambilin pi, di tas aku vitaminnya Rei."

Rio mengikuti ucapan Gina. Rio juga mengambilkan minum untuk Amorei agar langsung meminumnya. "Minum dulu ya princess." Amorei menatap obat didepannya sedih tapi dengan cepat ia meminumnya.

"Sekarang Rei istirahat dulu ya. Nanti kalo mami mau kemoterapi, mami sama papi pasti bangunin Rei. Tadi malem pasti Rei ga nyaman tidur di kursi." Gina berusaha membujuk putrinya agar menuruti ucapannya.

Rio menyetujui Gina. "Abim juga bentar lagi sampe. Jadi istirahat dulu, bentar aja asal udah istirahat dulu."

Setelah lama berfikir akhirnya Amorei menuruti ucapan keduanya. Amorei juga merasa kepalanya sangat pusing sekali. Baru saja dia beranjak tiba-tiba hidungnya keluar darah secara pelan.

Amorei mengelap kasar hidungnya dan melihat darah yang menempel pada tangannya. Cewek itu langsung menutup matanya entah karena merasa sakit atau merasa takut saat melihat darah.

Rio dengan sigap menarik tisu dan mengusap hidung Amorei secara telaten. Dengan hati-hati dia mengusapnya tidak ingin merasa putrinya kesakitan. Rio kembali menuntun Amorei untuk duduk.

Lama kelamaan darah itu tidak keluar lagi membuat Rio dan Gina menghala nafas lega secara bersamaan.

"Udah ya yok tidur dulu. Biar abis bangun nanti makan sama minum obat. Nurut mami oke." Gina berucap sedikit tegas kali ini.

Amorei tidur dibantu Rio yang menyelimuti tubuh Amorei dengan sayang. "Tidur ya. Tenang aja papi jagain mami pas Rei tidur." Rio mengusap rambut Amorei agar semakin terlelap tertidur.

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang