58

5.8K 324 4
                                    

Semua orang tampak bersedih hari ini. Langit gelap seolah menjadi pendukung. Tangis dan rintihan kesedihan seolah semuanya rasakan.

Banyak orang yang datang untuk mengiringi pemakaman seseorang yang tampak sangat berarti, Gina. Sekarang wanita itu sudah tidak lagi merasakan sakit, tetapi kepergiannya meninggalkan kesedihan terdalam bagi semuanya.

Rio, pria yang biasanya tampak tegas dan berwibawa dimata semua orang kini tidak ada. Pria itu terlihat sesekali menangis disamping putrinya. Tangannya selalu mengusap kepala putrinya untuk menenangkan.

Mereka semua tahu bahwa kedua orang itu adalah orang yang paling bersedih hari ini.

Dibalik kaca mata hitamnya, Abim memandang sendu makan didepannya. Abim ikut berjongkok dan memeluk Amorei yang masih terus menangisi maminya.

"Mami..." Panggil Amorei lirih.

Pandangannya tampak kosong. Bibir yang biasanya selalu membentuk suatu senyuman kini sirna.

Abim mengeratkan pelukannya dan menumpukan kepalanya di atas kepala Amorei. Tangis Amorei kian mengeras, terdengar sangat pilu. Amorei masih berharap semua ini hanya mimpi.

"Udah ya princess, jangan nangis lagi. Nanti kalo Rei jadi sakit papi tambah sedih." Ucap Rio mengusap rambut putrinya. Rio selalu berusaha menutupi kesedihannya, dibalik kaca mata hitamnya juga matanya tampak sangat berkaca-kaca.

Deru nafas Amorei terdengar sesak. Dia menggeleng sambil terus menatap makam didepannya.

"Mami bangun." Pinta Amorei.

Sungguh Amorei tidak akan sanggup memulai hari esok tanpa maminya di hidupnya. Dadanya terasa berat seakan belum sanggup meninggalkan tempat ini.

Rio berdiri sebentar untuk mengucapkan rasa terimakasihnya karena sudah meluangkan waktunya kesini. Banyak sekali yang datang, baik keluarga besar Rio dan Gina maupun teman-teman bahkan kolega Rio.

Riska dan Dani mendekat, mereka berdua mengucapkan belasungkawa  pada pria itu. Dani memeluk Rio sebentar dan memeluk punggungnya menguatkan.

"Kita tahu Gina orang baik makanya dia pergi duluan. Gue tau lo kuat." Ucap Dani.

Sementara Riska langsung berjongkok disamping Amorei. Abim yang tahu mamanya ingin memeluk Amorei membuatnya langsung melepaskan pelukannya. Wanita itu memeluk Amorei erat. "Ada mama disini sayang."

"Mama." Amorei membalas pelukan Riska tak kalah erat. "Mami cuman tidur doang kan. Iya kan, mah?" Tanya Amorei.

Dengan berat hati Riska menjawabnya. "Kalo Rei sedih begini, mami pasti ikut sedih juga disana. Mami selalu ada dihati Rei kan, jadi jangan takut ya."

"Tapi Rei maunya mami disamping Rei sekarang."

.....

Suasana hening menyelimuti saat ini. Ruangan yang biasanya penuh tawa kini tampak berbeda. Banyak orang yang ada disana tapi terasa sangat sunyi.

Terlihat Amorei yang tertidur nyenyak dipelukan Abim dan oma Amorei, ibu dari Rio yang setia mengusap kaki cucunya. Wanita yang sudah berumur tidak muda lagi itu selalu mengawasi cucunya.

"Anget ini badannya Rio." Ucap oma Amorei pada anaknya yang duduk disebrang. Rio dengan cepat berjalan mendekati Amorei yang tertidur.

Rio menaruh punggung tangannya di dahi Amorei. Tanpa mereka semua sadari mata Rio berkaca-kaca. Ia menggeleng pelan.

Abim juga ikut mengecek keadaan Amorei. Seingatnya Amorei sudah berkata padanya bahwa cewek itu sudah meminum vitaminnya.

"Mau dibawa ke dokter, pi?" Tanya Abim cemas.

Rio menggeleng. "Papi telpon tantenya Rei aja biar kesini." Rio menjauh untuk menelpon Karin, karena baru saja wanita itu pergi untuk mengurus sesuatu.

Rio terus menelpon saat kakaknya itu tidak mengangkatnya. Hanya Karin yang dia percaya untuk memeriksa putrinya karena sedari dulu Karin lah yang selalu menjadi dokter pribadi Amorei. Penyebab lainnya adalah dia orang yang tidak mudah percaya kepada orang lain.

Pria itu mengusap kasar matanya. Perasaannya  kalut, ia tidak ingin lalai untuk kedua kalinya. "Angkat kak." Pelan Rio.

Merasa Karin benar-benar tidak bisa dihubungi, Rio akhirnya meninggalkan pesan inti memberitahunya. Rio kembali mendekat kearah mereka semua.

"Karin bisa kesini Rio?" Tanya Ibu dari Rio.

"Kayaknya dia lagi sibuk banget. Tapi aku udah kasih tahu dia biar kesini kalo semua urusannya udah selesai." Rio memberitahu.

"Rei mendingan bawa ke kamar aja. Biar tidurnya enak." Ucap Lina atau yang bisa dipanggil grandma oleh Amorei. Lina adalah sosok ibu dari Gina.

Abim izin ke semua orang yang ada untuk pergi dari sana terutama pada Rio yang senantiasa menatap putrinya khawatir. Abim tahu bahwa pria itu sangat lelah.

Abim menggendong Amorei dengan pelan takut membangunkannya. Dia menaiki tangga dengan sangat hati-hati.

Di kamar Amorei, Abim mulai membaringkan tubuh Amorei. Setelahnya menyelimutinya dengan telaten.

Terdengar suara pintu yang terbuka membuat Abim menolehkan pandangannya. Rupanya Rio yang masuk kedalam.

"Makasih ya." Ucap Rio pada Abim.

"Yoi." Balas Abim berusaha mencairkan suasana.

Rio terkekeh pelan. Berjalan pelan untuk duduk disamping putrinya yang masih setia terlelap.

"Jangan sakit Rei. Papi cuman punya Rei sekarang."

Dari kalimat itu sudah sangat menggambarkan bahwa Rio merasakan kesedihan yang sangat terdalam. Mungkin kehilangan itu akan menjadi trauma sendiri bagi dirinya.

TBC

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang