40

6.7K 325 6
                                    

"Gue bilang apa coba?" Tanya Abim dengan tatapan tajamnya. "Jangan kecapekan sakit nanti."

"Jawab!"

Amorei mendongak dengan mata yang tampak berkaca-kaca. Dirinya takut mendengar suara Abim yang terdengar marah. "Aku bosen Abim."

"Gue buang aja itu mainan gelembung gak jelas."

Tidak tahan dirinya dimarahi terus menerus, Amorei duduk menangis dilantai. "Kenapa sih marah-marah mulu?" Tanya Amorei.

Abim menyugar rambutnya kebelakang. Ia hanya khawatir terhadap kesehatan gadis itu. "Gue gak bakal marah kalo lo nurut."

"Kamu terlalu ngekang aku."

"Oke. Mulai sekarang gua gak bakal ikut campur lagi." Ucap Abim enteng.

Bibir Amorei melengkung ke bawah menatap Abim dengan mata yang terus mengeluarkan air mata. Tangisnya semakin keras ketika Abim berjalan keluar kamarnya.

"Abim jangan pergi." Amorei menarik ujung baju Abim.

"Lepas."

"Gak mau."

"Lepas gue bilang." Abim melepaskan paksa tangan Amorei dari bajunya. "Sekarang terserah lo mau ngapain aja. Gue gak urus kalo kenapa-kenapa."

Amorei memegang erat telapak tangan Abim, tidak membiarkan cowok itu melangkah sedikit pun. "Temenin aku Abim."

Abim menatap Amore tajam. "Ini kan yang lo mau." Desisnya.

"Hiks... Engga Abim."

"Gue capek Rei." Abim berjalan cepat keluar rumah Amorei. Sebelum masuk ke mobilnya, Abim menoleh kearah Amorei yang berlari menyusulnya.

"ABIM!" Teriak Amorei kencang saat mobil Abim melesat pergi.

Satpam yang sedang menutup pagar itu terkaget mendengar teriakan Amorei. Pria itu berjalan pelan menghampiri Amorei.

"Aduh non kok nangis."

"Abim aku mau Abim." Amorei menghentakkan kakinya.

Satpam itu tampak khawatir melihat keadaan Amorei. "Masuk aja ya non. Nanti saya kena marah ." Ucapnya cemas. Pasalnya sebelum keluar tadi Abim sempat menitipkan Amorei kepadanya agar cewek itu tidak berada diluar.

Amorei menjatuhkan badannya ke tanah dan maraung memanggil nama Abim.

.....

Gina membuka pintu kamar putrinya pelan. "Rei makan dulu ya sayang." Ucap Gina membawa nampan yang berisi makanan untuk Amorei.

"Sayang." Gina mengelus kepala Amorei yang terdiam ditempat tidurnya.

Amorei menoleh. "Hm iya kenapa mih?" Tanya Amorei seperti orang bingung."

"Rei kenapa sayang?"

"Gak papa kok." Jawab Amorei. Ia memeluk lengan maminya dari samping.

"Sekarang makan dulu ya." Gina mulai menyuapkan Amorei.

Amorei menurut dengan pandangan kosongnya. Cewek itu hanya diam menerima suapan dari Gina.

Gina menggeleng pelan saat merasa kepalanya sedikit pusing. Matanya menatap Amorei yang terus memeluknya.

"Nah udah deh." Gina mengecup puncak kepala Amorei sayang. "Mami kebawah dulu ya."

Saat Gina mulai beranjak untuk berdiri tiba-tiba ia terjatuh pingsan dilantai. Amorei yang melihat itu langsung berdiri kaget. Amorei mendekat dengan cepat dan menggoyangkan tubuh maminya.

Ia menangis histeris ketakutan. Amorei terus memanggil-manggil maminya.

"Papiii." Teriak Amorei.

Rio datang dengan tergesa-gesa saat mendengar teriakan putrinya. Matanya melotot melihat Gina yang tergeletak dilantai.

"Mami kenapa bisa gini Rei?" Tanya Rio menggendong tubuh Gina untuk dibawa ke atas kasur.

Amorei menjelaskan. "Tadi mami abis nyuapin aku makan. Pas mami mau pergi eh maminya malah pingsan."

"Mami kamu pasti kecapekan Rei." Ucap pelan Rio.

"Rei takut."

"Makanya Rei kamu udah gede. Belajar mandiri jangan apa-apa harus mami." Rio berucap dengan nada yang tinggi.

Amorei terdiam dengan badan yang bergetar. "M-maaf papi."

TBC

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang