32

6.7K 298 5
                                    

"ABIMMMM."

Amorei berlari memeluk Abim erat saat menemukan Abim di depan kelas.

"Ayok pulang." Ajak Abim. Cowok itu mengambil tas Amorei untuk dia bawa.

"Kamu kenapa sih bolos terus. Untung aja tadi gak jadi ulangan. Kalo ulangan terus kamu bolos, aku nyontek sama siapa coba." Cerocos Amorei. "Coba tadi jadi ulangan, aku marah sama kamu."

"Belajar sayang makanya." Balas Abim kemudian membukakan pintu mobil untuk Amorei masuk. Tangannya berada di kepala kekasihnya agar tidak terbentur.

"Aku udah belajar Abim. Tapi tuh setiap yang aku pelajarin sama soal ulangannya tuh beda." Ucap Amorei saat Abim sudah masuk ke dalam mobil juga. "Jadi percuma aja kan belajarnya."

Abim berdecak kesal. Semua ucapan Amorei hanya alasan agar tidak belajar. "Seribu alasan."

"Udah kayak lagu aja seribu alasan." Amorei tertawa dengan keras.

"Lama-lama stres ini anaknya Rio." Abim mendelik kearah Amorei. Abim mendekat untuk memasangkan seltbeat.

Sampai sekarang tawa Amorei masih belum berhenti. Amorei tertawa sambil terus menyanyikan perkataan Abim tadi yang dia bilang seperti lagu.

"Ih seribu alasan apa ya lanjutannya." Gerutu Amorei. Mencoba mengingat apa lanjutan kata itu.

"Emang lagu apasih?" Decak Abim sedikit kesal. Semakin lama pusing juga mendengarkan Amorei yang terus mengulang kata-kata itu.

"Ya itu seribu alasan...." Jawab Amorei kembali fokus untuk mengingat apa sambungan lagunya.

Abim melirik Amorei sekilas. Akibat Amorei yang terus menyanyi membuatnya ikut mencoba menyanyikannya juga di dalam hati. Sebenarnya lagu apa yang sedang dicoba Amorei.

"SERIBU ALASAN SETIAP KALI KU AJAK JALAN!"

"Itu lagunya?" Tanya Abim heran. "Seribu alasan setiap kali ku ajak jalan." Lanjutnya lirih.

Mata Amorei mengerjap beberapa kali akibat senang. "Akhirnya inget liriknya. Iya itu Abim lagunya."

Sepanjang perjalanan yang terdengar hanya suara nyanyian Amorei yang terus bersenandung menyanyikan lagu itu. Untung suaranya lumayan bagus.

"Seribu alasan setiap kali ku ajak jalan."

"Seribu alasan setiap kali ku ajak jalan."

Hanya lirik itu yang terus dinyanyikan Amorei. Abim tersenyum miris, ingin rasanya dia membuang Amorei ke jalanan.

Abim menurunkan kaca jendela mobilnya saat ada pengamen yang sedang bernyanyi di samping mobilnya saat lampu merah.

"Mas nyanyi lagu seribu alasan dong." pinta Abim.

"Siap mas."

Terdengarlah suara nyanyian pengamen itu diikuti suara Amorei juga. Suara keduanya terdengar bersahut-sahutan. Amorei bertepuk senang saat tau kelanjutan lagunya.

"Nih mas makasih." Abim memberikan sesuatu dari sakunya.

"Banyak banget ini mas. Makasih banyak ya."

Abim mengangguk kemudian menjalankan lagi mobilnya saat lampunya sudah berubah menjadi hijau.

"Senyum terus awas kering tuh gigi." Abim mengacak rambut Amorei gemas. Tidak habis pikir dengan segala tingkah gadisnya.

Amorei menoleh senang. "Akhirnya aku tau lanjutannya Abim." Ucap Amorei menepuk lengan Abim senang.

"Nyanyi lagi geh." suruh Abim.

"SERIBU ALASAN SETIAP KALI KU AJAK JALAN."

.....

"Mami sumpel ya mulut kamu Rei lama-lama."

Gina memandangi putrinya jengah. Sejak dari pulang sekolah tadi anaknya itu tidak berhenti menyanyi.

"Seribu alasan setiap kali ku ajak jalan." Nyanyi Amorei dengan nada yang dibuat-buat.

Melihat mulut Amorei yang dimonyong-monyongkan untuk mengejeknya membuat Gina langsung memasukkan roti kedalam mulut Amorei. "Dah diem ya." Gina mengusap puncak kepala Amorei saat mulut Amorei penuh dengan roti.

"Mami mah." Ucap Amorei saat dia sudah berhasil menghabiskan roti di dalam mulutnya.

Gina menangkup wajah putrinya gemas. Jarinya terulur mengusap pipi Amorei. "Makanya diem sayang." ucapnya. "Mami pusing, ampun deh. Dari pulang sekolah kamu nyanyi itu terus."

"Seribu alasan setiap kali ku ajak jalan." Nyanyi Amorei.

Gina menutup mulut Amorei. "Rei mami masukin ya kamu kedalem box es krim." Ancam Gina.

Amorei menepuk pelan tangan milik Gina. Terus bersuara agar maminya melepaskan tangannya. Amorei mengkode lewat tatapannya. "Hmehemhm."

"Ngomong apa kamu ini."

Gina menonton tv didepannya dengan tangan yang masih menutup mulut Amorei. Menghiraukan segala yang diberikan putrinya.

Mata Amorei mulai berkaca-kaca. Lama kelamaan dia merasa tidak bisa bernafas juga. Maminya ini tidak peka sekali bahwa dirinya sudah mulai gelisah.

"Ehmemhmm mahmihm."

"Diem Rei mami lagi nonton."

"Mamhmi ghadah nhafashmm." Amorei mencoba berbicara dengan jelas.

Gina yang dapat menangkap maksud apa yang dibicarakan Amorei hanya tertawa. "Seribu alasan."

Runtuh sudah air mata Amorei. Matanya memerah mendengar maminya bernyanyi. Senjata makan tuan ini mah.

"Eh eh kok nangis." Gina menoleh kearah Amorei panik saat merasa tangannya terasa basah. Wanita paruh baya itu langsung melepaskan tangannya.

"Mamiii." Rengek Amorei. Amorei langsung memeluk maminya, menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Gina.

"Kenapa nangis? Mami kekencangan ya." Gina menenangkan anaknya dengan mengusap-usap rambut Amorei.

"Maaf mami." Ucap Amorei.

"Kok jadi mewek sih. Maaf ya sayang."

Amorei menggeleng pelan. Ini semua salahnya yang terus menyanyi hingga membuat maminya kesal dan berdampak ke dirinya sendiri.

Gina melepaskan pelukannya. Dengan segera Gina mengusap air mata Amorei.

"Udah jangan nangis." ucap Gina.

"Aku kan lagi suka lagunya mami."

"Suka boleh sayang. Tapi jangan kamu nyanyiin terus. Mami pusing atuh suara kamu kenceng banget."

"Maaf mami." Balas Amorei.

"Iya sayang." Gina membawa tubuh Amorei agar bersandar ke dirinya.

Gina menepuk-nepuk punggung Amorei. "Tidur ya." Ucap Gina saat melihat mata Amorei yang terlihat mengantuk.

"Seribu alasan setiap kali ku ajak jalan." Lirih Amorei.

TBC

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang