46

6.9K 336 5
                                    

"Abim hiks..."

Amorei menangis tersedu-sedu sambil merentangkan tangannya lebar. Berharap Abim segera memeluknya.

"Janji nurut." Tegas Abim mengangkat Amorei kedalam gendongannya.

"Janji." Cewek dengan rambut dikuncir kuda itu mengangguk di ceruk leher Abim. Amorei menenggelamkan kepalanya disana, menghirup wangi Abim yang menjadi favoritnya.

"Kalo nakal gue tinggalin lo. Gue pulang aja gak usah nginep disini lagi. Biarin aja lo nangis-nangis kayak orang gila."

Spontan Amorei memukul punggung Abim. "Abim ih." Amorei kembali menangis mendengar ucapan Abim. Dia memberontak dipelukan kekasihnya.

"Sttt.... diem. Gue bercanda doang." Abim mengusap punggung Amorei menenangkannya. Cowok itu menggoyangkan badan Amorei yang berada di gendongannya.

"Mami." Ucap Amorei saat melihat keberadaan Gina. Amorei cemberut dengan mata sembab dan hidungnya yang merah.

"Kenapa nangis sayang?" Tanya Gina lembut. Wanita itu mencium puncak kepala Amorei yang berada dibahu Abim.

"Abim nakalin Rei." Adu Amorei. "Marahin Abim, mami."

Gina berpura-pura memukul pundak Abim. Abim mengaduh kesakitan agar mengikuti alur yang maminya buat.

"Tuh udah mami pukul dia. Jangan nangis lagi ya." Gina membersihkan bekas air mata yang masih tersisa di pipi Amorei.

Gina berjalan maju membuat dirinya sekarang berhadapan dengan Abim. Amorei menoleh kebelakang sebentar untuk melihat maminya kemudian kembali berbalik.

"Kenapa?" Tanya Gina tanpa suara. Tapi Abim tetap paham dengan gerakan mulut maminya.

Abim terkekeh. "Biasa." Balas Abim santai membuat Gina menabok lengan cowo itu pelan.

"Jangan dijahilin anak mami, Abim." Ucap Gina berkacak pinggang. Gina mendekat mengelus rambut Amorei, putrinya tampak tenang dalam gendongan Abim.

"Tidur mi?" Tanya Abim pelan takut suaranya mengganggu.

Gina menggeleng. "Enggak, tapi udah kayak teler tuh."

Abim mengusap punggung Amorei dengan sayang. Lalu ia mengangguk saat Gina berpamitan pergi kepadanya.

Merasa perlu menghirup udara segar Abim memilih keluar. Amorei yang berada di gendongannya membuka dan menutup mata seperti ingin tidur.

Cowok dengan setelan hitam itu duduk di kursi yang ada disana. Abim menarik Amorei agar terlepas dari pelukannya, ia ingin melihat keadaannya.

"Abimmm." Rengek Amorei. Padahal dia sudah akan terlelap tadi.

"Oh mau tidur ya sayangnya Abim." Abim mencium pipi Amorei gemas sesekali menggigitnya.

"Ganteng banget ih." Ucap Amorei spontan. Bergantian dengan Abim sekarang Amorei yang sedang mencium pipi pria itu.

"Mau pergi gak nanti malem?" Tanya Abim. Ia merapikan ikatan rambut Amorei.

"Mau dong." Semangat Amorei.

"Tapi ada syaratnya loh."

"Apa syaratnya?"

"Harus pake jaket dan harus nurut gue terus." Abim mengangkat sebelah alisnya menatap Amorei.

"Siap."

Abim mengelus rambut Amorei. "Bayi emang harus nurut."

"Sekarang waktunya baby boss tidur." Abim menggendong Amorei dan membawanya berlari masuk kembali ke dalam.

"Wuuuuu." Teriak Amorei memeluk erat Abim.

Tertawa bersama. Abim dan Amorei sama-sama saling mengatur nafas.

"Rei hari ini seneng banget deh." Amorei menyengir. Ia bahagia sudah berbaikan dengan papinya dan maminya juga sudah kembali sehat.

"Lo emang harus seneng terus." Abim menggelitik Amorei. "Peluk sini."

Tapi Amorei melupakan sesuatu. "Abim tadi bikin Rei nangis tapi."

"Itu karena salah lo sendiri, nakal sih. Tapi kan gue gak beneran marah kan tadi hm."

Amorei menduselkan kepalanya di dada bidang Abim. "Iya sih Rei nakal tadi." Amorei mengakui.

"Bobo ya. Biar nanti malem gak ngantuk pas pergi." Abim mengusap-usap kepala Amorei lembut.

Dengan menurut Amorei mulai memejamkan matanya. Bertepatan dengan itu, ponsel Abim yang berada di atas nakal berbunyi. Pelan-pelan Abim bergerak mengambil ponselnya dan mengangkat telpon tepat disamping Amorei.

Panggilan dari mamanya, buru-buru Abim mengangkat panggilan tersebut.

"Halo ma." Sapa Abim saat panggilannya sudah tersambung.

"Hai gantengnya mama. Kamu lagi ngapain? Anak mama yang cantik itu mana?"

Menghela nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan Riska. "Ini nemenin Rei tidur. Reinya tidur mama cantik." Cowok itu menatap Amorei yang sudah terlelap.

"Eh mama gak ganggu Rei tidur kan?"

"Enggak kok. Ada apa, ma?"

Ada jeda di panggilan itu, Riska belum menjawab pertanyaan Abim. Disebrang sana hanya terdengar suara berisik.

"Mah?"

"Eh iya ini papa kamu ganggu. Besok abis pulang sekolah kamu sama Rei kesini ya." Suara Riska kembali terdengar setelah beberapa waktu.

Abim menyerngit, ia menjauhi Amorei sedikit agar tidak mengganggu. "Ngapain?"

"Ih mama pengen main sama Rei. Sekalian mama mah ngasih kue buatan mama." Suara antusias terdengar ditelinga Abim. Cowok itu tersenyum sesaat.

"Besok Abim sama Rei kesana. Ditunggu ya bos."

"Mama tunggu. Dadah sayang."

"Dadah mama."

Setelahnya sambungan terputus. Abim kembali menaruh ponselnya di nakas, lelaki itu kembali membaringkan tubuhnya disamping kekasihnya. Perlahan, Abim memeluk Amorei gemas. "Bayi gue."

"Engghh." Erang Amorei merasa terganggu akibat Abim yang terlalu erat memeluknya.

Abim mengusap lembut pipi Amorei yang terasa dingin. Memperhatikan setiap lekuk wajah Amorei yang begitu cantik.

"Punya gue nih." Abim mengencangkan pelukannya.

TBC

AMOREI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang