ALVINA 59 : BULAN LAHIRAN

60 19 4
                                    

Aku masih yang dulu, mungkin yang membuat beda hanya tentang keadaan.

-Alvina Kusuma Saputra

59. BULAN LAHIRAN

Laki-laki itu duduk di samping Vina yang sedang menatap kosong ke depan.

“Gue kangen Vina yang ceria,” ucapnya.

Vina langsung menengok ke arah sumber suara, dia terdiam cukup lama ketika melihat sosok laki-laki itu.

Laki-laki itu melambaikan tangannya di depan wajah Vina. “Woi sadar! Gue tau gue cakep tapi jangan melongo juga.”

Vina langsung tersentak kaget, seketika air matanya jatuh. Bukan, bukan air mata kesedihan, tapi air mata kerinduan.

“VARO!!!!” Vina langsung memeluk Varo, begitupun Varo yang membalas pelukan kembarannya itu. Ya, laki-laki itu adalah Varo.

Varo mengelus rambut Vina lembut, dia rindu sekali dengan kembarannya satu ini.

Varo melepaskan pelukan mereka, dengan lembut Varo menghapus air mata yang ada di pipi Vina. “Lo kenapa? Kenapa sekarang kayak gini?”

Vina tersenyum miris. “Gue kacau, var...” jawabnya lirih.

Varo langsung memeluk Vina kembali. Wanita ceria seperti Vina kadar kesedihannya pasti sangat tinggi, dan Varo tidak akan membiarkan Vina kacau seperti ini.

Terimakasih Tuhan, kau mengirimkan Varo di saat aku seperti ini.

Vina melepaskan pelukan Varo. “Lo masih tinggal di rumah sekarang?”

Varo menggelengkan kepalanya, dia tau rumah siapa yang Vina maksud. “Gue di usir, sekarang pindah ke kontrakan.”

Vina membuka matanya lebar. “Serius?!”

Varo memutar bola matanya malas. “Gue tau gue emang sering bercanda, tapi kali ini gue serius. Alasan gue di usir karena gue adu mulut sama papa.”

Vina menepuk keningnya. “Lo tolol apa gimana? Punya nyali berapa berani begitu?”

“Gue ngelakuin ini karena lo, ngebela lo.”

Vina terdiam sebentar, dia merasa bersalah karena banyak merepotkan. “Ma-maafin gue, var...”

Varo terkekeh kecil. “Gue ikhlas, ga usah minta maaf.”

Vina tersenyum kecil. Dia tau semenyebalkan apapun Varo, mereka tetap saudara.

Tiba-tiba Vina teringat Jihan. Dia yakin Jihan pasti mengkhawatirkan keadaanya saat ini. Tapi bodohnya, dia tidak membawa handphone.

“Var, gue boleh minta tolong nggak?” tanya Vina.

Varo berdecih. “Tai segala ijin,”

Vina memukul bahu Varo. “Bangsat emang lo! Yaudah mana handphone lo? Gue minjem,”

Varo langsung mengeluarkan handphone dari saku celananya dan memberikan handphone itu kepada Vina.

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang