ALVINA 40 : PERBINCANGAN DENGAN GHEA

315 33 7
                                    

Note : aku udah siapin buat ending, tapi aku masih belum tau kapan endingnya, ntah ini cerita masih di atas 10 part lagi menuju ending, atau di bawah 10 part lagi menuju ending. Aku bimbang huhu🤧

***

Memang benar, jika seseorang sudah ketakutan, mereka tidak akan takut pada hal apapun lagi.

-Alvina Kusuma Saputra

40. PERBINCANGAN DENGAN GHEA

Vina membawa Ghea ke taman belakang sekolah, sama seperti sekolah-sekolah lainnya, taman belakang selalu sepi, bahkan sekarang Vina rasa hanya ada dirinya dan Ghea yang ada di sana.

Mereka duduk di bangku panjang yang ada di sana. Pandangan mereka fokus ke depan, dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Setelah beberapa menit saling terdiam, akhirnya Vina memutuskan untuk membuka suara. Vina menghembuskan nafas kasar membuat Ghea yang mendengarnya langsung menoleh ke arah Vina.

“Oke, kita mulai.” putusnya di angguki Ghea. Ghea memang tidak tau apa yang Vina akan bicarakan, tapi itu tidak masalah. Hanya mengobrol bukan?

“Seminggu ini gue nggak buka media sosial sama sekali. Semua pesan chat yang masuk gue baca lewat notifikasi, begitupun pesan chat dari lo.” kata Vina di angguki Ghea. Memang benar, Ghea sudah mengirim pesan chat kepada Vina setiap hari, tapi tidak ada balasan sama sekali. Keterlaluan bukan? Padahal, kan, Vina yang menyuruhnya memberikan kabar!

“Kamu ini, aku udah tungguin balesan chat juga, tapi nggak ada balesan!” Ghea memasang wajah ngambeknya.

Vina menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Ya maaf,” ucapnya tak enak. “Gue baca pesan chat lo, kalau keluarga gue selama seminggu ini masih baik-baik aja?” lanjut Vina.

Ghea menyelesaikan sesi ngambeknya, lagian dia hanya bercanda. “Baik-baik aja semuanya. Lagian kenapa kamu tanya gitu? Mau keluarga kamu nggak baik-baik aja?” cibir Ghea yang ambigu akan perkataan Vina.

Vina memutar bola matanya malas. “Bukan gitu! Tau ah! Pusing!” kesalnya.

Seolah-olah mengabaikan Vina, Ghea hendak bertanya tentang sesuatu yang penting. Yang mungkin Vina belum mengetahui itu. “Vin! Tau nggak?!” tanyanya semangat.

Vina membuka bola matanya lebar, sedikit menjauhkan dirinya dari Ghea. “Pelan-pelan anjir, gue juga denger. Lo ketularan Dira keknya!”

Ghea yang di omeli hanya menunjukkan deretan giginya yang rapih dan bersih. “Di sekolah ini, hari ini ada berita yang sangat hot! Aku aja kaget banget pas denger!”

Hot? Sekolah? Apa ini menyangkut Bulan?

“Oh aja,” jawab Vina cuek.

Ghea yang mendapat respon itu langsung memukul bahu Vina kesal. “Sakit anjir!” keluh Vina memegang bahunya yang terasa sakit akibat pukulan Ghea.

“Makanya! Dengerin dulu!” ketus Ghea.

Loh? Kok dia yang galak!

“Yaudah, lanjutin!” cibir Vina.

Dengan semangat dan nafas yang memburu, Ghea segera melanjutkan ceritanya. “Kamu tau Bulan? Tau dong! Orang yang sering bully kita itu loh!” tanya Ghea berusaha membuat Vina mengingat Vina akan sosok Bulan.

Tuh, kan!

Vina mengangguk kecil. “Gue inget, kenapa?” tanyanya pura-pura tidak tau. Dia takut informasi yang dia dapatkan berbeda dengan informasi yang Ghea dapatkan.

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang