ALVINA 26 : CERITA VINA

332 28 7
                                    

Kamu mungkin orang baru di kehidupanku, tapi aku bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan telah mengirimkan seseorang yang sekarang akan menjadi tempat ceritaku.

-Alvina Kusuma Saputra

26. CERITA VINA

“Gue terkena gagal ginjal,” ucap Vina yang terlalu to the point.

Ghea menunjukkan ekspresi kagetnya. Sungguh Vina benar-benar to the point, membuat otaknya tidak bisa bekerja secara normal.

“Lo kaget?” tebak Vina.

Ghea mengangguk lugu tanpa menjawab.

Vina terkekeh kecil, dia kembali menarik nafasnya pelan. “Gue lebih kaget,”

“Kamu bohong, kan, Vin?” tanya Ghea yang masih tidak percaya.

Vina mengangguk kecil. “Iya, gue bohong. Gue bohong kalau bilang gue baik-baik aja ke semua orang, termasuk kelurga gue.”

Ghea tertegun mendengar jawaban Vina, apa mungkin hanya dirinya yang mengetahui ini? “Apa cuma aku yang tau?”

Vina menggeleng kecil. “Gue, dokter, Tuhan dan sekarang lo juga tau.”

Ghea sangat sulit untuk berbicara kali ini, ini mimpi apa bukan? Banyak hal yang ingin dia tanyakan, dan ada di pikirannya, tapi semua itu terasa sangat sulit untuk di utarakan. “Vin, apa ini benar? Aku masih merasa ini mimpi,”

Vina tertera receh. “Gue awalnya juga gitu,”

“Gitu gimana?”

“Merasa semuanya ini hanya mimpi, tapi ternyata nggak. Ini semua kenyataan, kenyataan pahit.”

Ghea menghembuskan nafasnya pelan, kali ini dia harus fokus, tidak boleh ambyar. Karena kali ini banyak hal yang perlu dia utarakan, dan ini cukup serius. “Sejak kapan?”

Vina terlihat mengingat sesuatu, “Minggu lalu,”

“Bagaimana dampaknya?”

“Sangat hebat,” Vina beralih menatap ke depan, membuang wajah dari Ghea. “Gue muntah-muntah parah banget, gue nggak bisa makan sepuasnya, nggak bisa melakukan aktivitas sepuasnya, gue nggak bisa main basket lagi, dan yang paling parah, tentunya menyakitkan di saat keluarga ini dan Rama mengira gue hamil.” tutur Vina sendu.

Ghea tertegun mendengarnya sekaligus kaget, kenapa Vina yang baik ini harus mengalami hal seperti ini? “Berarti keluarga kamu nggak tau?”

Vina mengangguk. “Yang tau cuma tadi yang gue sebutin ke lo,”

“Kenapa? Keluarga ini berhak tau bukan?”

“Iya, gue tau. Tapi kalau mereka tau, mereka bakal khawatir, dan uang mereka yang harusnya di tabung untuk biaya kuliah gue dan Varo harus hangus karena gue.”

Ghea mengernyit, sedikit tidak paham. “Hangus? Apa karena kamu harus cuci darah?”

Vina mengangguk.

“Sejak kamu sakit apa kamu sudah cuci darah seperti orang-orang yang mengidap penyakit sama seperti kamu?”

Vina mengangguk lagi.

“Biaya dari mana?”

Vina menghela nafas pelan, pertanyaan yang harus di jawab dengan penuh keikhlasan. “Dari tabungan gue,”

Ghea mendekat ke arah Vina, memegang bahu Vina memberikan kekuatan. “Vin, menurut aku bukannya keluarga itu memang harus untuk membantu keluarganya, termasuk mengobati mereka.”

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang