ALVINA 22 : AWAL PERJUANGAN ALVINA

432 26 6
                                    

Yang harus aku lakukan sekarang hanya satu. Menerima kenyataan pahit, dan menunggu keajaiban yang akan tuhan berikan kepada diriku.

-Alvina Kusuma Saputra

22. AWAL PERJUANGAN ALVINA

Seseorang itu berbalik badan menghadap Vina, Rama dan Ghea.

“Dokter Karan?” kaget Vina ketika melihat siapa orang tersebut.

“Kamu dari mana saja Vina? Kasihan dia menunggu lama,” tegur bu Indah.

Vina nyengir kuda. “Hehe... Maaf bu, Vina tadi habis dari toilet.”

“Tidak apa-apa bu, tenang saja.” ucap dokter Karan kepada bu Indah.

Bu indah mengangguk. “Ya sudah,”

“Bu, saya akan membawa Vina keluar sebentar seperti yang tadi sudah saya bilang.” ijin dokter Karan.

“Iya pak, silahkan.” kata bu indah mempersilahkan.

Rama terkejut tapi ekspresi wajahnya masih datar, sedangkan Ghea hanya melongo tidak tau apa-apa.

“Ayo,” dokter Karan menarik tangan Vina.

Vina hanya diam, dia tidak menolak ajakan Karan.

Ghea tidak henti-hentinya memperhatikan Rama dan seorang laki-laki yang ada di samping Vina. Kedua laki-laki itu adalah ciptaan tuhan yang begitu indah.

Vina di kelilingi cogan. Udah Rama, terus sekarang ada lagi? Masyaallah Vin, bagi satu. Huhu,” batin Ghea dramatis ketika melihat Karan dan Rama yang sepertinya dekat dengan Vina.

“Tunggu,” cegah Rama ketika mereka sudah berada di luar ruang guru.

“Ada apa?” tanya Karan.

“Mau di bawa kemana?” tanya Rama dingin. Rama menahan sesak ketika melihat tangan Vina di genggam erat oleh Karan, sedangkan Vina tidak ada penolakan sama sekali.

“Suatu tempat,”

“Sepertinya di waktu yang tidak tepat.” cibir Rama.

“Saya tau. Tapi jika tidak sekarang, semuanya akan fatal.”

“Fatal?”

Karan berdecih. “Sudahlah, kamu tidak akan mengerti.”

“Dokter muda sialan!” batin Rama kesal.

“Lo hutang cerita sama gue.” Rama menatap Vina tajam.

Vina menelan salivanya sulit. Dia mengangguk ragu. Setelah itu Rama pergi dari sana.

“Hati-hati Vin,” kata Ghea.

Vina tersenyum. “Ghe nanti lo buka tas gue, disana ada tempat pensil. Lo bisa pakai isi dari tempat pensil itu untuk jam istirahat. Harus lo pakai. Wajib.” titah Vina tidak ada penolakan.

Ghea menatap Vina bingung. “Isinya apa?”

“Ikutin aja apa yang gue suruh, yang pasti lo wajib pakai itu waktu jam istirahat. Kalau nggak lo pakai, gue marah.”

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang