ALVINA 04 : KANGEN KITA YANG DULU!

870 45 8
                                    

Sudah berkali-kali Alvina mencoba menutup matanya. Tapi, lagi-lagi dia gagal. Dia masih terngiang-ngiang oleh ucapan Rama.

Alvina bangkit dari tidurnya. Alvina mengacak rambutnya kesal. “Sial!” umpatnya.

“Apaan coba tuh tadi? Tuh cowok bilang nggak suka?! Huwaaaaa!!!” rengek Alvina, ditengah malam.

“WOI BERISIK! GUE MAU MOLOR!! KALAU PUTUS CINTA, CUKUP NANGIS! JANGAN GILA!” Teriak orang dari sebelah kamarnya. Siapa lagi jika bukan kembarannya?

“Putus cinta Your head!!” Kesal Alvina.

Alvina mengambil ponselnya yang berada dinakas. Ponselnya bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Tanpa melihat siapa si penelpon, Alvina dengan kesal mengangkat telpon itu.

“Apaan sih?! Ini tuh jam satu pagi! Lo nggak lihat jam apa?!” marah Alvina.

“Gangu?”

Alvina sontak melotot melihat jawaban dari sipenelpon. Alvina mengenal suara itu, suara dingin yang tegas. Dengan sigap Alvina langsung melihat nama sipenelpon, dan benar, itu Rama.

Sial! Gue nggak bisa tidur gara-gara dia! Dan sekarang dia nelpon! Batin Alvina sembari menatap telponnya.

“Nggak!”

“Gue serius.”

“Gue juga.”

“Kenapa nggak tidur?”

Tumben. “Lo nelpon, mangkanya gue bangun.” Alibinya.

“Gue tutup.”

“Nggak! Lo mau ngomong apa?!” cegah Alvina cepat.

Diseberang sana, sipenelpon tersenyum tipis. “Gue nggak main-main.”

“Main-main? Apaan sih?! Gue nggak paham! Nggak usah pelit ngomong dah!”

“Jangan deket-deket damar.”

“Alah! Bawel lo!”

“Karena gue peduli.”

Mendengar jawaban itu, tanpa sadar pipi Alvina memerah. Alvina merasakan panas dipipinya. Kok gue jadi begini sih?! “Apaan bahasa lo?”

“Bad mood?”

Alvina mengangguk, meskipun hanya dirinya yang menyadari itu. “Tau aja lo!”

“Nada lo ketus.”

“Oh.”

“Mau makanan?”

“Hah? Apaan? Makanan? Nggak salah denger?”

“Nggak.”

“Tumben.”

“Mau nggak?”

Tanpa sadar Alvina menjawab. “Mau.” kok gue jawab mau sih?! Ish!

“Tunggu gue,”

Alvina langusung terbelalak. “Mau ngapain?”

“Anter makanan.”

“Buat?”

“Lo.”

“Eh? Nggak usah! Lo mau mati? Jam satu pagi kayak gini, kerumah gue?!”

“Nganter makanan. Bukan bertamu.”

“Lo kok—”

“Tunggu gue dijendela.” dengan sepihak, Rama mematikan sambungan telpon itu.

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang