ALVINA 33 : PESAN DARI KARAN

321 32 4
                                    

Bukan tegar, hanya mencoba untuk menerima kenyataan.

-Alvina Kusuma Saputra

33. PESAN DARI KARAN

“Gue nggak nyangka Vin,” ucap seseorang yang datang dari balik pintu kamar Vina, membuat Vina dan Karan melepaskan pelukan keduanya dan menatap ke arah pintu.

Vina menatap orang itu dengan tatapan terkejut. “Rama,”

Rama tersenyum miring, maju menghampiri Vina. “Iya, ini gue. Kenapa?”

“Kenapa lo ada di sini?” tanya Vina menatap Rama penuh tanya.

Rama berdecih. “Harusnya gue yang nanya sama orang ini,” Rama menatap Karan. “Ngapain dia ada di sini? Segala peluk lo lagi,”

“Kenapa? Kamu cemburu?” jawab Karan terlihat meremehkan.

Rama terdiam sebentar. “Lo mending pergi dari sini,”

“Saya atau kamu yang harusnya pergi?” tanya balik Karan.

“Gue mau ngobrol empat mata sama Vina, puas lo?” decak Rama.

Karan mencoba memberikan kedua orang itu untuk mengobrol, Karan tau bahwa Rama adalah sahabat Vina. Jadi, Karan tidak mau membuat hubungan persahabatan itu renggang karena dirinya.

Karan menatap Vina sebentar. “Saya permisi,”

Vina mengangguk ragu. “Hati-hati,” setelah itu Karan langsung pergi dari sana.

“Mau ngomong apa?” sembur Vina kepada Rama ketika Karan sudah tidak terlihat di sana.

“Lo gila apa gimana?” tanya Rama tajam.

“Apa maksud lo?”

“Lo goblok apa gimana?” tanya Rama dingin.

Vina terdiam menahan sesak, Rama biasa berbicara kasar seperti itu kepada dirinya, tapi kali ini bukan untuk bercanda, tapi serius. Itu yang membuat Vina merasa sesak. “Lo nggak perlu ikut campur,”

Karan berdecih, menatap sahabatnya dengan penuh tanya. “Gue sahabat lo, dan masalah kek gini lo bilang gue nggak perlu ikut campur? Gue ngerasa nggak guna kalau gini,”

“Semua orang punya privasi yang nggak bisa dia bagi ke siapa pun, termasuk itu sahabatnya sendiri.” jawab Vina mengalihkan pandangannya dari Rama.

“Oke,” pasrah Rama. “Gue nggak maksa lo buat cerita ini, tapi jujur, gue kecewa sama lo. Lo berani lakuin hal bodoh kayak gini,” lanjut Rama penuh kecewa.

Vina mengangguk kecil, menghembuskan nafasnya pelan. “Iya, gue emang bodoh. Sekarang lo bisa pergi?” usir Vina.

Rama tertegun mendengar perintah Vina, ini bukan candaan tapi ini terdengar serius. “Oke gue akan pergi. Tapi, setelah ini jangan harap lo bisa ketemu gue lagi.”

“Gue ikutin apa mau lo,” jawab Vina menyetujui.

***

Langit semakin gelap, menunjukkan malam semakin larut. Sekarang sudah pukul 23.45 WIB tapi Vina belum bisa tidur.

Sebenarnya sedari tadi Vina berusaha untuk tidur, tapi tidak pernah bisa, kejadian hari ini sangat menyesakkan bagi dirinya, tapi dia juga tidak bisa banyak berbuat.

Vina mendudukkan bokongnya di atas kasur, mengacak-acak rambutnya prustasi. “Argh!” umpatnya kesal.

“Mau tidur doang juga ribet banget!” kesalnya.

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang