ALVINA 20 : SAD BOY

478 22 16
                                    

Tidak ada larangan untuk mencintai. Tapi setidaknya jangan memaksa jika cinta mu tak terbalaskan.

-Alvina Kusuma Saputra

21. SAD BOY

Pagi ini Vina turun ke meja makan untuk sarapan, tapi wajah Vina tidak menampakkan kebahagiaan di sana. Semalaman Vina tidak bisa tidur hanya memikirkan tentang ucapan Karan yang menyuruhnya untuk jujur.

"Pagi sayang," sapa Devi kepada Vina yang baru datang.

"Pagi ma," jawab Vina dengan memaksakan senyumnya. Dia menarik kursi meja makan dan duduk di sana.

"Muka lo kenapa pagi-pagi gini? Pait amat," sindir Varo yang duduk di sebelah Vina.

"Paitan juga hidup lo," cibir Vina.

"Sialan! Pagi-pagi cari ribut lo?" tajam Varo.

"Lo duluan!" jawab Vina tak kalah tajam.

"Ayo!" Varo sudah berdiri dari duduknya, membenarkan kerah bajunya dengan sombongnya. Dan wajah yang siap bertarung.

"Kemana?" tanya Vina pura-pura bodoh.

Devi dan Gana yang melihat itu hanya cuek saja, kedua anaknya memang seperti ini. Jadi tidak usah khawatir.

"Sekolahlah. Ayo berangkat!" Varo mengambil tasnya dan menatap tajam ke arah Vina.

Vina, Gana dan Devi menahan tawa mereka. Tentu saja jawaban Varo itu nyeleneh. Mereka tau Varo mengubur rencananya karena Vina seolah-olah tidak peka dengan ajakan "Ayo," yang tadi dia ucapkan.

"Kenapa nggak ribut aja?" goda Vina.

"Nggak jadi. Lo nggak asik." tajam Varo.

Vina tertawa kencang. "Sukurin!"

"Puasin situ ketawa. Puasin!" geram Varo.

"Cup cup cup. Anak mama yang ganteng dan baik hati nggak boleh nangis," goda Devi ikut-ikutan.

Varo menatap kesal kepada mamanya. "Siapa yang nangis sih ma? Jelas-jelas nggak ada tuh air mata yang terjatuh dari mata indah milik Varo ini," kesalnya di tambah dengan kesombongnya.

"Cih, indah katanya. Orang ada tuh air yang mengalir,"

"Mana mana?! Dimana hah?!" Varo membuka matanya lebar-lebar. Rasa kesalnya ke keluarganya ini benar-benar tidak tepat. Ini masih pagi ya tuhan!

"Tuh di kuping," ceplos Vina dan berlari membawa tasnya. "Vina berangkat!"

"Sialan lo!" tajam Varo menatap kepergian Vina dengan rasa kesal yang memuncak.

"Vina kamu belum sarapan!!" teriak Devi yang masih di dengar Vina.

"Vina sarapan di sekolah. Vina berangkat!" setelah itu Vina benar-benar pergi dari rumahnya.

"Nggak pamitan dulu nih?" tanya Devi dengan nada menggoda ketika melihat Varo melangkah pergi.

Varo berhenti dan membalikkan tubuhnya. "Edisi ngambek."

"Ada orang ngambek bilang-bilang?" cibir Devi.

"Ada, ini buktinya." jawab Varo ketus setelah itu dia melanjutkan langkahnya.

"Jangan lupa," ucap Gana membuat Varo lagi-lagi memberhentikan langkahnya, bedanya kali ini dia hanya menoleh.

"Lupa apa?"

"Elap air yang turun dari telinga kamu," jawab Gana menahan tawa.

Varo mengepalkan tangannya menatap tajam ke arah Gana. "Punya keluarga nggak ada akhlak semua!" decak Varo langsung melenggang pergi.

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang