ALVINA 25 : CERITA GHEA

336 25 4
                                    

Di saat dia memutuskan bunuh diri, di situ dia meninggalkan ku sendiri.

-Ghea Cassandra

25. CERITA GHEA

Vina dan Ghea sudah sampai di depan rumah Vina.

Ghea menatap ke depan, “Wow!” ucapnya dengan mata yang berbinar.

Vina mengernyit. “Kenapa?”

“Rumah kamu besar banget,” jawab Ghea tanpa mengalihkan pandangannya.

Vina terkekeh kecil. “Besar dari mananya? Rumahnya aja terhalang gerbang,”

“Itu,” Ghea menunjuk ke suatu arah, dan Vina mengikutinya. “Rumahnya dua lantai, berarti besar.”

Vina menggelengkan kepalanya heran. “Apa rumah dua lantai harus selalu besar?”

Ghea mengangguk. “Iya,” jawab Ghea lugu.

Vina tidak mau melanjutkan obrolannya, dia langsung mengajak Ghea masuk.

“Indahnya,” kata Ghea yang kembali takjub dengan apa yang dia lihat sekarang. Ghea melihat halaman depan rumah Vina.

Vina memutar bola matanya malas. “Kenapa lagi? Lo suka sama taman?”

Dengan lugunya Ghea menggeleng seraya menjawab, “Aku lebih suka pantai,”

“Yaudah, berarti gak ada yang aneh kan sama taman ini? Jadi, kita masuk sekarang!” kesal Vina, rasanya ingin masuk ke rumahnya saja harus menunggu lama karena Ghea.

“Bentar Vina. Taman ini berharga, karena di sini banyak tumbuhan. Dan tumbuhan adalah—”

“Paru-paru dunia.” potong Vina cepat.

Ghea hanya nyengir kuda, dan Vina tidak memperdulikan itu. Vina langsung membawa Ghea masuk ke dalam rumahnya.

Baru dua langkah Ghea menginjakkan kaki ke dalam rumah Vina, Ghea kembali takjub untuk kesekian kalinya.

“Ini rumah atau istana seperti di film-film India?” tanya Ghea dan menelusuri setiap penjuru rumah itu menggunakan matanya.

Ghea tidak bisa membayangkan bagaimana hidup enak di rumah ini. Bukan kehidupan dirinya yang sangat menyedihkan.

“Eh, non Vina? Sudah pulang non?” tanya seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba datang, membuat Ghea dan Vina langsung melihat ke arahnya.

Vina mengangguk seraya tersenyum manis. “Udah bi,”

“Nggak main basket dulu non?” tanya bi Mirnah asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Vina. Bi Mirnah sudah lama mengenal keluarga Vina, begitu pun dengan kebiasaan keluarga ini, termasuk Vina dan Varo.

Vina terdiam sebentar, rasanya sakit ketika dia mengingat tentang basket yang sudah mendarah daging di dirinya. Dan sekarang hobi itu tidak bisa dia lakukan karena sakit yang dia derita.

Vina menghela nafas sebentar, berusaha tegar. “Nggak bi, lagi nggak mau.”

Bi Mirnah hanya mengangguk. “Non, tapi bibi nggak buat makanan untuk non. Bagaimana? Karena biasanya jika siang hari seperti ini rumah sepi,”

Vina hanya mengangguk, itu tidak masalah bagi dirinya. Vina menatap Ghea, yang di tatap hanya mampu menjawab tatapan itu dengan tatapan bingung. “Ada apa?” tanya Ghea.

“Lo mau makan apa?” tanya Vina.

Ghea tampak berfikir. Tak lama dia menjawab, “Apa aja,”

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang