ALVINA 41 : DIA SANG PENOLONG

271 39 7
                                    

Note : gimana respon kalian kalau misalnya aku buat grup untuk para reades Alvina? Mohon jawabannya nih, penting bagi aku 🤧.

Dan kalau misalnya aku buat grup, ada yang mau gabung?

***

Dia memang sudah menjadi penolong hidup ku.

-Alvina Kusuma Saputra

41. DIA SANG PENOLONG

“Duh Vin!” keluh Ghea. “Tunggu dulu!” lanjutnya mengomel kepada Vina, ketika Vina menariknya untuk berlari. Ghea mana bisa lari sambil di tarik-tarik?

Dengan refleks Vina berhenti. Dia celingak-celinguk ke belakang, mencari apakah Damar mengikutinya atau tidak. Sesaat setelah itu, Vina menghela nafas lega, ternyata Damar tidak mengikutinya.

Vina mengelap keringat yang ada di pelipisnya, merasa lelah karena dari tadi berlari seraya menarik-narik Ghea. Lagian, siapa yang menyuruhnya menarik Ghea? “Capek juga gue lari-larian,” ucapnya.

Ghea mendengus. “Suru siapa lagian,” cibirnya.

“Eh, tapi,” ucap Vian membuat Ghea memberikan tatapan heran.

“Apa?” tanya Ghea dengan wajah penasaran.

“Gue mau pulang hehehe,” pamit Vina seraya terkekeh kecil.

“Kok cepet banget?!” protes Ghea, padahal baru tadi dia mengobrol dengan Vina. Belum melepas rindu, masih kurang.

“Kasihan Karan, dia udah tunggu lama.” jawab Vina seraya tersenyum kecil.

Ghea hanya manggut-manggut memaklumi, bagaimana lagi? Vina sekarang sudah memiliki suami.

“Tapi, gue masih butuh informasi dari lo,” kata Vina.

“Tentang apa? Aku siap!” jawab Ghea dengan mata berbinar, seolah-olah dia sangat semangat melakukan apapun yang Vina perintahkan kepada dirinya.

Vina tersenyum kecil, Ghea sangat baik, dan dia merasa tidak salah pilih. “Gue yakin, Rama bakal nikah malam ini kalau nggak besok.” kata Vina.

Ghea manggut-manggut. “Terus?”

“Biasanya temen-temen Papa sama Mama itu suka pada dateng, pastinya sih. Terus biasanya asisten rumah tangga suka di bawa, buat bantu-bantu yang punya acara.” tutur Vina memberi tau kebiasaan kedua orangtuanya dan teman-teman mereka. “Pasti lo juga bakal ke sana,” lanjutnya.

Vina menghela nafas sebentar. “Dan gue minta tolong, lo cari tau ya.” pinta Vina.

Ghea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Caranya gimana?” tanyanya polos.

Vina memutar bola matanya malas. Dia juga tidak tau caranya bagaimana, tapi bisa saja Ghea mengetahui semua itu secara tidak sengaja bukan? “Kali aja gitu lo bisa denger semuanya secara nggak sengaja?”

“Maksud kamu nguping?” tanya Ghea memastikan.

Vina tersenyum kikuk. “Semacamnya sih,”

Ghea membuka matanya lebar. “Nggak!” tolaknya cepat. “Nggak boleh nguping, dosa!” lanjut cewek itu.

Vina membuang nafas kasar. “Maksud gue, kalau lo denger aja, kalau nggak denger yang nggak usah nguping. Puas?” kesal Vina yang sedari tadi Ghea selalu ambigu.

Ghea manggut-manggut, baru kali ini dia paham. “Lagian, kenapa harus aku? Kamu bisa dateng, kan?”

Vina menggeleng pelan. “Nggak,”

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang