ALVINA 07 : NASIB ANAK PSYCHO, YANG TERLAHIR JADI BOCAH POLOS

810 42 11
                                    

“Lo berdua cocok kayanya,” celetuk Leo, saat Alvina dan Rama duduk bersama dengan mereka.

Alvina dan Rama saling menatap, seolah bertanya apa yang dimaksud oleh Leo. “Siapa om?” tanya Alvina polos.

“Lo berdua lah, siapa lagi?” Leo menatap Alvina dan Rama silih berganti.

Temen-temen papa, seolah-olah kayak nyuruh gue nikah sih sama cowok nyebelin kayak dia?! Batin Alvina kesal.

“Kenapa nggak lo berdua jodohin aja mereka, Gan? Vin?” tanya Azka kepada Gana dan Kavin.

“Bukan zaman Siti Nurbaya, om.” jawab Rama datar. Sedangkan yang ditanya hanya bisa diam.

“Ye si malin! Nggak usah datar kayak bapak lo deh,” Leo menoyor kepala Rama.

“Iya, ya. Gue liat-liat, mereka cocok juga,” ujar Elena ikut-ikutan.

“Kok Tante ikut-ikutan sih?!!” geram Alvina.

Elena terkekeh kecil. “Lagian, kalian berdua kan udah lama banget,”

“Lama banget?” beo Alvina.

“Deketnya. Kan kalian deket dari kecil,” jawab Azkia.

“Kan deketnya, deket berantem Tante!” geram Alvina yang tidak nyaman dengan semua ini. “Ini acara Om dingin atau mau godain aku sih?!!”

“Hay, om jago!!” panggil kedua anak kecil, kepada Rama. Sikembar nakal. Membuat mereka disana seakan-akan melupakan pertanyaan Alvina.

Mereka duduk dihadapan Rama dan Alvina, mereka baru datang bersama kedua orang tuanya, Diva dan Nichol.

Melihat ekspresi Rama yang datar membuat keduanya geram. “Om kok nggak jawab sih?! Nggak kenal ya?!” tanya mereka berbarengan. Sedangkan yang lainnya hanya menyimak.

“Hm.” jawab Rama seadanya.

“Ish! Jahat banget! Padahal baru kemaren om ketemu sama Ugo!!” Hugo makin geram.

“Om nggak bisa bahasa Indonesia ya?” tanya Hago.

“Bisa.”

“Atau lagi bisu ya?” tanya Hago lagi.

“Ago kenapa nanya gitu, sayang?” tanya Devi lembut.

“Abisnya dari tadi jawabannya gitu banget.” mendengar penuturan anak kecil itu, membuat mereka yang ada disana tertawa cekikikan. Penuturan bocah itu bisa membuat Rama tersindir.

“Mampus.” bisik Alvina puas ditelinga Rama, membuat Rama semakin geram.

“El? Ki? Anak lo pada nggak diajak?” tanya Devi kepada sahabatnya.

“Anak gue lagi pw katanya,” jawab Elena.

“Anak gue lagi usaha keras, ngejar gebetannya.” jawab Azkia.

“Anak Tante pada banyak alasan ya,” Hago menatap Elena dan Azkia bergantian.

“Biasa, anak muda,” jawab Azkia.

“Emang sejak kapan, anak Tante dibilang anak tua?” tanya Hago berhasil membuat Azkia terdiam seribu bahasa. Jika Hugo songong, maka Hago bisa membuat orang diam akan pertanyaannya.

Diva memeluk Hago erat. “Mama bangga sama Ago!”

“Bangga gimana?” tanya Hago bingung.

“Bangga, bisa bikin diem Tante Kia,” jawab Diva.

“Biasa aja, masalah kayak gini mah udah biasa. Berantem juga udah biasa,” jawab Hago cuek.

“MAMPUS LO!!” ledek teman-teman Diva puas.

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang