ALVINA 42 : OM KAVIN NIKAH LAGI?

323 31 7
                                    

Ini pilihanku, menghilang begitu saja.

-Alvina Kusuma Saputra

42. OM KAVIN NIKAH LAGI?

“Kar-an,” panggil Vina lirih kepada Karan. Vina masih tersadar, samar-samar dia bisa melihat wajah Karan yang sekarang ada di hadapannya. Karan terlihat begitu khawatir.

“Iya, ini saya. Kamu mau apa?” tanya Karan khawatir, tapi dia sedikit lega karena Vina sudah mau berbicara.

“B-bantu mi-minum,” pinta Vina dengan suara yang gemetar.

Karan bingung, bagaimana dia mau memberi Vina minum? Sedangkan botol minum yang tadi dia tunjukkan kepada Vina saja sudah tumpah beserta isinya, yang alhasil membuat celana Vina basah semua.

Karan mengusap wajahnya prustasi. “Kamu bawa air lagi?”

Dengan lemah, Vina mengangguk. Menunjuk tas selempangnya. Karan yang mengerti langsung membuka tas itu, dan di sana ada botol minum yang sangat kecil.

Dengan cepat Karan mengambilnya, membuka tutup botol minum itu. Karan membantu Vina untuk menbenarkan posisi kepalanya, agar Vina bisa minum dengan posisi yang nyaman.

Setelah di bantu Karan, Vina bernafas lega karena dia sudah bisa minum. Setidaknya, ada cairan yang masuk kedalam tubuhnya.

“Bagaimana kondisi kamu?” tanya Karan yang melihat tubuh Vina tidak lagi gemetar.

“Udah membaik, makasih.” Vina tersenyum hangat kepada Karan. “Jauh-jauh, nggak bisa nafas.” titah Vina kepada Karan yang sedari tadi sangat dekat dengan wajahnya, membuat dirinya tidak bisa bernafas dengan lancar.

Karan tersenyum kikuk seraya mengangguk. Merasa tidak enak kepada Vina, dia tidak sadar bahwa sedekat itu dirinya dengan Vina. Maklum, khawatir.

Dengan cepat Karan kembali duduk dengan posisi yang seharusnya di kursi pengemudi. Karan menoleh kepada Vina. “Kita ke rumah sakit,”

Vina menggeleng kecil.

Karan menghela nafas kasar. Vina memang kepala batu. “Pulang ke rumah.”

Vina lagi-lagi menggeleng tanpa mau menatap Karan.

Karan mengusap wajahnya prustasi. “Yasudah, saya akan batalkan keberangkatan kita untuk ke Singap—”

“Jangan!” tolak Vina cepat, meskipun dia masih lemas, tapi untuk berteriak dia masih ada tenaga.

Karan berdecih, menatap Vina malas. Jika berteriak saja sangat lancar. “Terus kamu mau apa?”

Vina berpikir seketika, sesaat kemudian dia memegangi perutnya yang terasa lapar.

“Kamu kenapa? Kamu nggak hamil beneran, kan?” tanya Karan dengan ekspresi wajah yang tidak bisa di artikan.

Vina memukul tangan Karan pelan. “Jangan sembarangan! Gue laper!” cerca gadis itu.

Karan terkekeh kecil, pikirannya ini kadang-kadang suka berlebihan. “Makanya yang jelas,”

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang